Rasa Canggung

1196 Kata
Selamat membaca! 1 jam setelah Alex menghubunginya, kini Chris sudah terlihat berada di dalam pesawat. Wajahnya tak lagi tenang, terlebih saat mengetahui situasi yang dikatakan oleh putranya. "Siapa sebenarnya yang telah menculik Grace dan Sandra? Kenapa firasatku selalu saja benar? Aku memang sudah merasa hal ini akan terjadi. Maka itu, aku mengirim Oscar untuk menjaga mereka, tetapi dia malah mengabaikan tugas dariku!" Chris terus bergumam dalam hatinya. Ia begitu kesal, saat mengetahui anak buahnya ternyata lalai dari tugasnya untuk menjaga Grace. Kepergian Chris kali ini sudah mendapatkan izin dari Naori yang seketika langsung meminta padanya agar menolong Alex. Permintaan yang tentunya disambut baik oleh Chris. Ya, pada akhirnya, Naori menunda kepergiannya. Setidaknya sampai Chris kembali membawa Grace pulang bersamanya. Tak berapa lama kemudian, pesawat pun mulai lepas landas. Butuh waktu sekitar 4 jam untuk Chris tiba di kota London. Namun, ia sudah memerintahkan Oscar agar membantu Alex dalam mencari keberadaan Grace dan juga Sandra. "Semoga saja Oscar bisa membantu Alex. Setelah aku tahu siapa dalang di balik penculikan ini, aku pastikan orang itu akan mati." Chris mulai memejamkan kedua matanya sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Berharap agar kegusarannya dapat berkurang. ()()()() Sementara itu, Alex kini telah berada di dalam apartemennya bersama Evans. Kini sesosok mayat laki-laki dengan bersimbah darah tampak meregang nyawa di area kamar. Alex mulai berlutut dan melihat wajah dari pria yang memang tak dikenali itu. Sampai akhirnya, ia melihat sebuah tato yang memiliki gambar naga terukir pada punggung tangannya. "Tato ini. Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana ya?" Alex coba mengingat. Namun, usahanya gagal karena pikirannya tengah buntu saat ini. Di tengah kegagalannya dalam mengingat, Evans pun datang mendekat padanya. "Alex, aku sudah meminta akses untuk melihat semua CCTV di apartemen ini. Kau bisa melihat ini." Sebuah tablet berukuran sedang disodorkan oleh Evans ke hadapan Alex yang tengah gusar. Alex mulai mengamati dengan seksama. Detik-detik Sandra tertangkap oleh seorang pria benar-benar terekam jelas pada CCTV itu. Namun, untuk mengenali wajah pria tersebut sangat sulit karena sang pria memang selalu menunduk ketika melintas pada area yang terekam oleh CCTV tersebut. Pria itu seperti sudah paham dengan letak dari semua CCTV yang ada di apartemen hingga membuatnya begitu leluasa untuk masuk tanpa terbaca oleh petugas keamanan yang berjaga di sana. "Evans, aku minta rekaman CCTV beberapa hari ke belakang? Apa kau bisa memintanya? Aku curiga pria ini sudah sering datang ke apartemen ini. Makanya, dia bisa hafal semua letak CCTV di apartemen ini." "Baik Tuan, saya akan segera memintanya." Evans bergegas pergi dengan membawa tablet miliknya kembali untuk meminta file rekaman CCTV beberapa hari ke belakang seperti apa yang diminta oleh Alex. Sementara itu, Alex kini mulai bangkit dari posisinya yang sejak tadi berlutut. Setelah mengamati balkon kamar, ia memutuskan untuk menemui Sierra yang tengah berada di ruang tamu apartemennya. Langkah yang gontai ketika menuruni anak tangga benar-benar menunjukkan bahwa Alex saat ini merasa lemah. Bagaimana tidak, baru tadi pagi dirinya merayakan kehamilan sang istri. Namun, sekarang Sandra sudah tak lagi bersamanya. Hatinya begitu gelisah memikirkan semua itu. "Ya Tuhan, aku sudah melepaskan kehidupan mafiaku, tapi kenapa ada saja orang yang ingin mengusik ketenanganku," gumam Alex merasa sangat geram setelah kesedihan menyerangnya dengan bertubi-tubi. Sierra mulai melihat kedatangan Alex yang terhuyung langkahnya. Sampainya, tubuh kekar pria itu berlabuh pada sofa yang berada di seberang Sierra. Wanita itu pun sontak meminta maaf atas kegagalannya yang tak bisa menyelamatkan Sandra maupun Grace. "Aku minta maaf padamu, Alex. Aku gagal menyelamatkan mereka," ucap Sierra dengan raut sendu di wajahnya. Wanita itu begitu berang karena gagal menyelamatkan kedua wanita yang sangat berarti bagi Alex, mantan kekasihnya dulu. Kini baik Alex dan Sierra telah berkomitmen untuk melupakan masa lalu mereka dengan menjalani kehidupan yang telah mereka pilih masing-masing. Hidup yang ternyata menuntun keduanya saling berdekatan. Namun, bukan lagi sebagai sepasang kekasih, melainkan sahabat. "Ini bukan kesalahanmu, Sierra. Aku tidak habis pikir, sebenarnya apa alasan mereka menculik Sandra dan juga Mommy?" jawab Alex yang diakhiri sebuah pertanyaan. Membuat Sierra merasakan keanehan yang sama. Terlebih dalam dua bulan ini, Alex sudah tak lagi hidup dalam dunia hitamnya. Tak hanya itu, kepindahannya dari Paris ke kota London harusnya dapat menghilangkan identitasnya sebagai seorang mafia. Namun, ternyata apa yang terjadi jauh dari pikiran keduanya. "Coba deh, Lex. Kamu ingat-ingat, apa ada orang di London ini yang mengenalimu sebagai seorang mafia?" tanya Sierra yang seketika terbesit dalam pikirannya. Alex seketika berpikir dengan kening yang mengerut. Kedua alisnya tampak saling bertaut. Menandakan bahwa otaknya saat ini tengah berpikir keras dalam mengingat. Sampai akhirnya, ia mulai teringat akan sosok pria yang tadi baru saja ditemuinya. Pria yang kini menjadi rekan bisnisnya. "Tidak mungkin dia. Aku baru bertemu dengan pria itu hari ini. Bagaimana mungkin dia bisa tahu alamat apartemenku?" tanya Alex pada dirinya sendiri. "Maksudmu apa, Lex?" tanya Sierra penasaran. "Ya, aku bertemu dengan pria yang pernah aku hajar sewaktu dinner dengan Sandra dan kedua orang tuaku. Saat itu karena cemburu aku menghajar pria itu sampai babak belur. Ternyata pria yang dulu aku hajar dan aku tinggalkan begitu saja di dapur restoran adalah rekan bisnisku sekarang," jawab Alex seketika pikiran tertuju pada sosok Mark. Membuat tangannya mulai mengepal dan rahang wajahnya yang mengeras. "Jika benar pria itu adalah dalang dari penculikan ini, aku pasti akan membunuhnya!" kecam Alex yang langsung ditenangkan oleh Sierra dengan menasehatinya. "Tidak boleh main hakim sendiri, Lex. Kamu itu sudah pernah berjanji kepada Sandra untuk tidak membunuh lagi dan jauh dari dunia hitam. Jadi aku minta kamu tepati semua itu. Kita hidup tidak sendiri, Lex. Ada aparat kepolisian dan hukum jadi biar mereka yang mengadilinya. Sebaiknya kau laporkan pria itu agar polisi menyelidikinya. Ya, walaupun tuduhanmu belum tentu benar adanya, tapi siapa tahu itu benar." Sierra coba meredam kemarahan Alex. Amarah yang seketika mengingatkannya akan sosok Alex yang dulu, saat masih menjalin kasih dengannya. Alex pun menghela napasnya dengan kasar. Ia coba memijat keningnya secara perlahan untuk meredakan rasa pening yang memenuhi isi kepalanya. Melihat akan hal itu, secara spontan Sierra yang tadinya duduk di seberangnya mulai berpindah dan menempati sofa yang sama dengan Alex. Sebagai sahabat, Sierra begitu sedih melihat kondisi Alex saat ini Raut wajah sendu dibalut amarah yang tertahan, benar-benar menampilkan bahwa pria itu sedang kacau. Kini tanpa diminta, Sierra membantu Alex memijat keningnya. Membuat Alex menatap Sierra. Seketika pandangan keduanya pun saling bertaut, bertemu di satu titik yang sama dan kembali melempar ingatan keduanya jauh ke belakang. "Perasaan ini, kenapa aku melakukan semua ini ya?" Sierra bergumam dalam hatinya dengan pandangan mereka yang masih saling menatap. Sampai akhirnya, suara langkah kaki yang terdengar tergesa-gesa, membuat keduanya mulai membaca kedatangan Evans. Sierra pun melepas jemarinya yang sempat memijat kening Alex, walau hanya beberapa detik saja. Sementara Alex, masih bergeming tanpa kata, menikmati rasa canggung yang kini mulai menyelimuti keduanya. "Dulu Sierra adalah satu-satunya wanita yang bisa membuat rasa pening di kepalaku hilang lewat pijatan tangannya. Entah kenapa ada yang bergetar jauh di dasar hatiku ketika Sierra melakukan itu. Alex, Alex, mikir apa sih? Ingat Sierra hanya masa lalu. Lagipula dia itu adalah istri dari sahabatmu sendiri. Ada hal yang lebih penting daripada memikirkan semua itu, Alex." Pria itu terus mengumpat dalam hatinya. Meyakinkan dirinya untuk tak kembali mengingat masa lalu yang memang tak pantas diingatnya Bersambung ✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN