Gelisah

1137 Kata
Selamat membaca! Setelah melihat rekaman CCTV beberapa hari yang lalu, Alex tetap tak berhasil mengidentifikasi siapa pihak yang harus bertanggung jawab dalam penculikan Sandra dan juga Grace. Namun, Alex tak sendiri. Pihak kepolisian yang sudah mulai berdatangan ke apartemennya, sudah memintai keterangan pada Sierra dan akan berupaya agar dapat mengungkap kejadian yang sungguh membuat Alex tidak bisa tenang saat ini. "Tolong selidiki pria itu ya!" pinta Alex kepada salah satu petugas polisi yang sejak tadi terus meminta keterangan kepadanya. "Baik Tuan. Kami akan langsung memberi kabar kepada Anda apa pun informasi yang kami dapat." "Terima kasih banyak, Officer." Para petugas polisi dan forensik pun mulai pergi setelah 3 jam berada di sana. Selain mengolah tempat kejadian perkara, mereka juga meminta keterangan kepada Sierra dan Alex untuk dapat mengembangkan kasus penculikan yang sungguh menyita perhatian, baik penghuni apartemen ataupun media masa yang sudah mulai berdatangan ke sana. Namun, pengelola apartemen tak membiarkan para wartawan itu untuk masuk. Mereka hanya dibiarkan menunggu di luar. Setelah kepergian mereka, kini tinggallah Alex masih bersama Evans dan juga Sierra. Pria itu tampak sedang mengatur napasnya yang masih terasa berat. Kehilangan Sandra entah dalam waktu yang lama atau sebentar membuat hatinya benar-benar gelisah. "Ya Tuhan, aku tidak pernah membayangkan akan kehilangan Sandra. Sekarang bagaimana kondisinya? Apalagi dia sedang hamil muda saat ini," gumam Alex yang mulai menyamankan dirinya di atas sofa, walau tak dapat dipungkiri kegelisahan benar-benar terlihat di raut wajahnya. Melihat Alex, Evans dan Sierra ikut merasa sedih. Namun, mereka tidak bisa melakukan apa pun selain berdoa agar ada petunjuk untuk dapat menemukan keberadaan Sandra saat ini. "Kasihan Tuan Alex. Kenapa ada saja masalah yang menimpanya? Padahal dia sudah jauh dari kehidupan mafianya, tapi kenapa masih saja ada yang mengusik kehidupannya?" batin Evans merasa prihatin dengan apa yang sedang dialami oleh Alex saat ini. Sama halnya dengan Evans, Sierra pun merasakan hal yang sama. Namun, tak hanya ikut merasakan kesedihan Alex, wanita itu merasa sangat bersalah karena tak berhasil menyelamatkan Sandra maupun Grace. Padahal saat itu, Sierra memiliki kesempatan menghabisi kedua penculik itu. Namun, tak sedikit pun terbesit di benak Sierra untuk melakukan hal yang memang tak pernah dilakukannya. "Harusnya aku langsung membunuh kedua penculik itu. Seandainya aku memanfaatkan kesempatan itu, pasti Sandra dan Mommy Grace bisa aku selamatkan," batin Sierra masih menatap nanar Alex dengan rasa bersalahnya. Evans yang juga memerhatikan kondisi istrinya dapat membaca apa yang saat ini dirasakan oleh Sierra. Pria itu tiba-tiba menggenggam tangan Sierra hingga membuat pandangan wanita melihat ke arahnya. "Jangan merasa bersalah karena semua ini bukan kesalahanmu. Sekarang kita tinggal menunggu Tuan Chris datang. Semoga dia bisa membantu kita dalam mengungkap kasus penculikan ini," tutur Evans coba menenangkan istrinya yang kelihatan gusar saat ini. ()()()()() Sementara itu, kini Sandra sudah berada di sebuah kapal pesiar yang terlihat mewah. Kapal yang sedang mengarah ke sebuah pulau jauh dari kota London. Kedua mata wanita itu perlahan mulai terbuka. Rasa pening yang menusuk sebagian kepalanya, membuat Sandra sampai mengernyitkan dahinya ketika mulai terjaga. "Di mana ini?" Dilihatnya, sebuah kamar mewah dengan ranjang besar yang saat ini ditempatinya. Harum dan mewahnya, membuat rasa penasaran kian memenuhi pikiran wanita itu. Sandra perlahan bangkit dari posisi tidurnya. Ia mulai merasakan sekujur tubuhnya terasa begitu sakit untuk digerakkan. Namun, ia harus beranjak dari ranjang yang sebenarnya terasa nyaman untuk ditidurinya. Ranjang berukuran king size itu dibalut sprei selembut sutra dengan dua bantal besar pada sandarannya. "Kenapa aku diculik, tapi dibawa ke tempat semewah ini?" tanya Sandra yang tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Seketika ingatan Sandra langsung tertuju pada sosok Grace yang tak ditemuinya di kamar mewah yang saat ini sungguh membuatnya bertanya-tanya. "Kenapa Mommy tidak ada di sini? Ke mana para penculik itu membawanya?" tanya Sandra kembali yang saat ini sudah berdiri di hadapan sebuah tirai besar. Tanpa menunggu lagi, wanita itu pun mulai membuka tirai tersebut dengan kedua tangannya. Kedua matanya seketika terbelalak ketika melihat hamparan laut biru yang luas. "Ya Tuhan, aku sedang di tengah laut. Ke mana kapal ini akan membawaku?" tanya Sandra mulai merasa cemas. Di tengah kepanikannya, ia teringat akan sosok Alex. Membuatnya dengan cepat mencari ponsel miliknya di sekeliling kamar yang saat ini ditempatinya. "Aku harus segera menghubungi Alex. Aku harus memberitahu padanya." Sandra terus mencari ke sekitar ranjang dan beberapa nakas yang terdapat di sana. Namun, ia tak juga menemukan benda pipih yang saat ini sangat dibutuhkannya agar dapat menghubungi Alex. Meminta suaminya untuk dapat menyelamatkannya. Di saat pencariannya ternyata tak membuahkan hasil, pintu kamar mulai terdengar terbuka dengan perlahan. Sandra pun memilih untuk kembali ke ranjang dan berpura-pura tertidur. Sosok pria dengan kemeja biru panjang yang dilipat sampai ke lengannya, membuat pria itu terlihat tampan. Kini pria bermata biru itu terus mendekati Sandra yang dilihatnya masih belum sadarkan diri. "Akhirnya setelah lama aku hanya mengagumimu. Saat ini, aku bisa memilikimu. Sekarang kau akan menjadi milikku dan tidak akan ada yang bisa mengambilmu lagi atau bahkan menemukanmu," ucap pria itu yang masih belum mengetahui bahwa Sandra sebenarnya tengah mendengar semua perkataannya. "Suara ini, sepertinya aku mengenalnya. Mungkinkah pria ini adalah Mark," batin Sandra menerka dari suara yang cukup familiar di telinganya. Langkah pria itu pun terhenti setelah raga kekarnya berlabuh di tepi ranjang. Kedua matanya terus menatap tubuh Sandra yang menurutnya sangat indah untuk dimilikinya. Tanpa ragu, ia mulai menyentuh Sandra. Membuat kemarahan wanita itu mulai membuncah. Sandra dengan cepat berbalik dan menghadiahi sebuah tamparan keras ke wajah pria itu yang benar dugaannya bahwa pria tersebut adalah pelanggan tetap di bengkel tempatnya bekerja dulu sebelum bertemu Alex. Pria yang memang sering menjadikan mobilnya sebagai alasan agar dapat bertemu dengan Sandra. Padahal mobil mewah yang dimilikinya saat itu sama sekali tak mengalami masalah apa pun. "Ternyata kau sudah sadar!" ucap Mark dengan senyum tipis sambil mengusap sebelah pipinya yang terasa panas. Sandra masih menatap dengan sorot mata yang tajam. Ia begitu benci kepada pria yang saat ini ada di depan matanya. Pria yang telah menculik. Membuat kebahagiaannya benar-benar terusik. "Aku tidak menyangka jika kau sampai melakukan hal sepicik ini. Apa kau pikir dengan menculikku, kau bisa memilikiku?" kecam Sandra diakhiri sebuah pertanyaan yang membuat Mark seketika terkekeh dengan lantang. Reaksi yang ditunjukkan Mark, semakin meradang kemarahan Sandra. "Kau itu jahat sekali! Masih bisa kau tertawa setelah apa yang kau lakukan kepadaku! Selamanya kau tidak akan bisa memilikiku, ingat itu! Walaupun ragaku kau penjarakan, tapi sampai kapanpun, kau tidak akan pernah bisa mendapatkan hatiku!" Mark memicingkan sorot matanya seolah menyimpan rencana untuk dapat meruntuhkan pendirian Sandra saat ini. "Kita lihat saja! Apa setelah melihat ini, kau masih bersikeras untuk tidak melayaniku?" Mark mulai menyalakan sebuah layar LED yang memang berada di sana. Membuat Sandra semakin dibuat penasaran akan maksud dari perkataan pria itu. Pria yang saat ini benar-benar sangat dibencinya. "Ya Tuhan, kenapa tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak seperti ini ya? Sebenarnya apa yang direncanakan oleh pria ini?" batin Sandra mulai merasa gelisah. Bersambung ✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN