Mengejutkan

1159 Kata
Selamat membaca! Setelah dibawa keluar dari lift, kini Sandra ditarik paksa oleh seorang pria dengan kasar. Mereka terus menuruni anak tangga, walau Sandra berulang kali coba berontak. "Lepaskan aku! Aku mohon lepaskan aku!" pinta Sandra yang tengah panik atas apa yang menimpanya. "Jangan banyak melawan! Atau aku akan membunuhmu!" kecam pria itu dengan gurat amarah yang tercetak jelas di wajahnya. Pria itu semakin kasar membawa Sandra menuruni anak tangga. Sampai akhirnya, mereka pun tiba di lantai basemen. Setelah membuka pintu tangga darurat, ternyata keduanya sudah ditunggu oleh sebuah mobil Van berwarna hitam yang memang telah menunggu di sana. "Ayo cepat masuk!" titah pria itu sambil menarik paksa lengan Sandra, lalu melempar tubuhnya ke dalam mobil. "Lepaskan aku! Aku tidak mau ikut kalian." Sandra berusaha keluar. Namun, sayangnya sebuah hantaman keras pada pelipis wanita itu, membuat Sandra seketika tak sadarkan diri. Pukulan dengan menggunakan ujung pistol yang membuat salah satu pria berdecak kesal atas apa yang dilakukan oleh rekannya terhadap Sandra. "Ingat! Kita harus membawa wanita ini hidup-hidup. Kalau sampai mati, maka nyawamu bisa melayang sebagai penggantinya!" protes pria lainnya yang memang bertugas mengawasi situasi di luar apartemen, sekaligus mempersiapkan mobil untuk membawa targetnya. "Aku hanya menggunakan tenagaku sedikit! Kau tenang saja Smith!" Perdebatan pun tak berlangsung lama ketika salah satu pria datang dengan membawa Grace. Namun, ia tak membawa serta Sierra bersamanya. Usut punya usut, ternyata Sierra berhasil membunuh satu orang pria yang sebelumnya sempat meringkusnya. Pria itu mati dengan luka tusukan pada lehernya. Saat itulah Sierra berhasil meloloskan diri. Akan tetapi, ia tak bisa membawa Grace karena kondisi wanita paruh baya itu yang masih tak sadarkan diri. "Hai, ke mana wanita pirang itu?" tanya salah satu pria dengan kedua alis yang saling bertaut setelah pandangannya tak melihat Sierra. "Wanita sialan itu berhasil lolos dengan membunuh Roger. Sewaktu aku kembali, aku memang tak menemukan keberadaan wanita pirang itu dan hanya mendapati Roger yang sudah tak bernyawa dengan pisau lipat ini menancap pada lehernya," jawab pria itu sambil melempar sebuah pisau lipat pada salah satu rekannya yang baru saja bertanya padanya. Setelah itu, ia mulai memasukkan tubuh Grace ke dalam mobil dan meletakkannya di samping Sandra yang kini tak sadarkan diri. Jawaban dari pria itu membuat kedua rekannya yang lain menjadi geram. Ia tak menyangka bila Roger bisa terbunuh oleh seorang wanita. Bahkan hanya dengan menggunakan sebuah pisau lipat yang berukuran kecil. Pisau yang memang disembunyikan oleh Sierra di dalam sakunya. "Sudah biarkan saja! Lagipula wanita itu tidak termasuk target kita. Nanti kita akan urus dia belakangan untuk membalas kematian Roger! Sekarang lebih baik kita cepat kembali ke markas!" ungkap Smith mengutarakan rencananya. Tanpa membuang banyak waktu, mobil pun mulai berjalan dengan perlahan keluar dari area basemen. ()()()()() Sementara itu, Sierra yang berhasil meloloskan dirinya dengan membunuh Roger, kini sudah berada di dalam lift. Wanita itu terlihat sibuk dengan ponselnya karena sejak tadi ia terus mencoba untuk menghubungi Alex dan juga Evans yang belum juga menjawab panggilan teleponnya. "Ya Tuhan, Kenapa meeting-nya lama sekali? Sekarang bagaimana ini, Mommy Grace pasti sudah dibawa oleh pria itu?" Sierra sejenak terdiam. Sampai akhirnya, terbesit sosok Sandra dalam pikirannya. "Aku harus menemukan Sandra, setidaknya dia sudah berhasil lolos," ucap Sierra yang memang belum mengetahui bahwa Sandra kini telah tertangkap. Saat ini, wanita itu kelihatan begitu lelah karena baru saja tiba di dalam lift setelah berlari dengan sangat cepat. Raut panik benar-benar bertahta terlihat di wajahnya. Ia tak habis pikir bahwa Alex ternyata masih memiliki musuh yang berniat menculik ibu dan juga istrinya. "Sebenarnya siapa mereka? Kira-kira apa alasan mereka menculik Sandra maupun Mommy Grace? Apa jangan-jangan, mereka akan menggunakan keduanya untuk menekan dan melemahkan Alex?" Sierra yang tengah merasa kacau, kini terus menangis karena kegagalannya menyelamatkan Grace. "Maafkan aku, Alex. Aku gagal menyelamatkan Mommy Grace." Wanita itu terus merutuki dirinya sendiri. Ia merasa bersalah karena meninggalkan Grace dan membiarkannya tertangkap. Namun, hal itu terpaksa dilakukannya karena sangat tidak mungkin bila Sierra memapah tubuh Grace yang tengah dalam kondisi tak sadarkan diri. ()()()()() Di lain tepatnya, jauh dari kota London, Chris tengah memerintahkan kepada asisten rumah tangga di rumahnya untuk merapikan pecahan gelas yang tidak sengaja disenggol olehnya. Kejadian yang menyulut rasa cemas dalam dirinya hingga membuat bayangan Grace seketika muncul di pikirannya. "Kenapa perasaanku jadi tidak enak seperti ini ya? Kenapa aku jadi memikirkan Grace?" batin Chris bertanya dengan cemas dalam hatinya. Setelah bergumul bersama kekhawatiran yang kian menderanya, Chris pun mulai meraih ponsel miliknya. Tujuannya hanya satu, menghubungi Oscar untuk bertanya sekaligus menjawab apa yang kini terus mengusik ketenangannya. "Halo, Oscar," ucap Chris sesaat setelah panggilan itu terhubung. "Iya Tuan Chris, ada apa?" jawab Chris yang baru saja terjaga karena dering ponselnya berbunyi. "Kau baru bangun Oscar?" tanya pria paruh baya itu setelah mendengar suara malas dari anak buahnya yang ditugaskan menjaga Grace dan juga Alex selama di London. "Iya Tuan, semalam itu aku mengikuti Alex sampai larut malam. Ada apa ya Tuan?" tanya Oscar yang belum mengetahui maksud Chris menghubunginya. Namun, dari nada suara yang terdengar cemas di telinganya, Oscar bisa menebak bahwa tuannya tengah panik memikirkan Grace. "Cepat kau ke apartemen Alex. Lihat apa yang terjadi di sana! Perasaanku tidak enak memikirkan Grace, apalagi aku baru saja memecahkan sebuah gelas kopi yang tidak sengaja tersenggol olehku." Chris terus menuturkan apa yang dipikirkannya saat ini. Namun, Oscar hanya menanggapi kecemasan Chris dengan santai. Ya, pria itu sudah sering sekali mendengar tuannya seperti sedang berhalusinasi bahwa istri yang dicintainya tengah berada dalam bahaya. Itulah mengapa Chris sampai menugaskannya untuk pergi ke London. Pria paruh baya itu ingin Oscar menjaga dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Terutama Grace, wanita yang hingga detik ini masih sangat dicintainya. "Baik Tuan. Saya akan segera ke sana!" jawab Oscar yang ternyata tak langsung bangkit dari posisi tidurnya. Ia kembali memeluk seorang wanita yang kini masih bersamanya di atas ranjang. Keduanya terlihat nyaman dengan selimut yang masih membalut tubuh mereka. Tubuh yang sejak semalam sudah terlihat polos tanpa mengenakan sehelai pakaian pun. Sementara Chris, masih tak bisa membuang rasa cemasnya jauh dalam pikirannya. Pria itu terlihat tidak tenang sebelum mendapatkan laporan dari Oscar bahwa apa yang ditakutkannya tidaklah nyata. Rasa panik yang tengah mengusiknya bahkan sampai membuat Chris tak menyadari keberadaan Naori yang ternyata telah menguping pembicaraan dengan Oscar. "Jadi selama ini ketika kamu mengatakan bahwa kamu telah melupakan Grace itu bohong! Kamu diam-diam malah memerintahkan anak buahmu untuk menjaga dan mengawasinya di sana." Kalimat yang begitu pedih itu terlontar dari mulut Naori bersama air mata yang mulai membasahi kedua pipinya. Ada rasa sakit yang terasa menusuk hatinya. Terlebih saat mengingat apa yang dikatakan Chris padanya. Tanpa menunggu jawaban dari Chris yang sejenak diam mematung, Naori pun melangkah pergi meninggalkan suaminya dengan membawa luka di hati. "Seharusnya aku tidak mempercayaimu. Ternyata kau masih mencintainya. Aku bisa lihat dari wajahmu yang cemas. Kenapa kau memilih aku? Kenapa kau tidak mengejarnya dan berusaha kembali padanya? Apakah semua yang kamu lakukan hanya untuk menepati janjimu kepada Edward?" batin Naori yang terus sibuk mengusap air mata di kedua pipinya. Bersambung ✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN