Cemburu

1302 Kata
Selamat membaca! Setelah selesai menyuapi Sandra, Alex pun mulai beranjak menuju kamar di mana Sierra berada dengan membawa makanan yang diletakkannya di atas nampan. Berharap Sierra mau menuruti permintaannya untuk mengisi perutnya yang sejak kemarin selalu menolak setiap makanan dari Sandra. Setelah kematian Evans, Alex memang tidak bisa berlama-lama meliburkan dirinya dari aktivitas bekerja di kantor. Terlebih saat ini, ia sudah tak lagi memiliki seorang asisten. Maka dari itu, walau harus menahan rasa sakit pada tubuhnya, Alex pun sudah bekerja satu hari sejak insiden kelam itu terjadi dalam hidupnya. Insiden di mana ia harus kehilangan seorang sahabat terbaik, sekaligus partner kerja yang selalu bisa diandalkannya. Beruntung Alex saat itu masih sempat menyelamatkan Oscar. Ya, walau saat tiba di rumah sakit Oscar benar-benar dalam kondisi yang kritis, nyawanya masih bisa diselamatkan. Seolah sebuah keajaiban, Oscar yang sempat kehilangan detak jantungnya, akhirnya bisa kembali setelah dokter menggunakan alat pacu jantung untuk mengembalikan detaknya. "Semoga Sierra tidak keras kepala seperti biasanya." Alex terus melangkah menaiki anak tangga menuju lantai 2 apartemennya. Sierra memang menempati kamar yang sebenarnya diperuntukkan Alex untuk calon baby-nya. Kamar yang berada saling berseberangan dengan kamarnya. Langkah pria itu pun terhenti tepat di depan kamar Sierra. Alex tak membuang waktu dengan langsung mengetuk pintunya dan berulang kali memanggil nama Sierra. "Sierra, ayo makan dulu! Cepat bukakan pintunya!" Permintaan Alex tak digubris oleh Sierra. Tak ada jawaban dari wanita itu. Entah disengaja atau memang terjadi sesuatu yang buruk dengan Sierra. Namun, karena itulah Alex kini mulai merasa cemas. Terlebih sudah 5 menit berlalu, Sierra belum juga menjawab panggilannya. Suara ketukan pintu pun semakin terdengar keras karena Alex sengaja menambah tenaganya. Berharap agar Sierra mendengar ketukannya bila memang wanita itu sedang tertidur. "Jangan-jangan Sierra pingsan." Alex mulai berinisiatif untuk membuka paksa pintu kamar Sierra dengan mendobraknya. "Aku harus mendobraknya. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada Sierra." Alex meletakkan nampan yang berisikan makanan untuk Sierra di atas sebuah nakas yang tak jauh dari posisinya. Kini Alex bergegas mengambil ancang-ancang. Tak ada pilihan lain yang terbesit dalam pikirannya, selain mendobrak pintu kamar dan melihat kondisi Sierra saat ini. Namun, di saat ia sudah mulai berlari menuju pintu kamar, tiba-tiba saja pintu itu terbuka. Membuat Alex tak dapat mengendalikan langkah kakinya hingga membuat pintu yang terbuka pun tertabrak oleh tubuhnya. Sierra yang begitu terkejut dengan cepat berusaha meraih tubuh Alex. Akan tetapi, hal tak terduga pun terjadi. Sierra malah ikut terjatuh bersama dengan Alex dan tubuhnya tepat berlabuh di atas d**a kekar pria yang dulu pernah menjadi raja di hatinya. "Alex," ucap Sierra dengan lirih. Menatap netra biru Alex yang juga menatapnya dengan dalam. Sejenak keduanya hanya diam, tanpa kata. Hanya napas yang mulai tak beraturan terdengar dalam keheningan. Memaksa kedua insan yang dulu pernah saling mencintai itu, seketika bangkit dan salah tingkah. "Maafkan aku, Sierra. Aku tadi hanya cemas karena kamu tidak juga membuka pintu kamar, padahal aku sudah begitu keras memanggilmu." Sierra yang sudah berdiri sambil merapikan pakaiannya mulai mengulas senyuman setelah beberapa menit lalu, pikirannya seolah terbawa jauh ke masa di mana dulu ia pernah melewati waktu yang indah bersama Alex. "Aku yang minta maaf, Alex karena sudah membuatmu khawatir." "Iya tidak apa-apa. Oh ya, sekarang kamu makan ya. Aku sudah bawakan makanan untukmu." Tanpa menunggu jawaban Sierra, Alex mulai melangkah keluar dari kamar untuk mengambil makanan yang tadi ia letakkan di atas nakas. Sierra hanya menatap Alex dengan ingatan yang kembali menarik dirinya ke masa lalu. Hal yang dulu pernah juga dialaminya. Saat di mana Alex datang ke apartemen dengan membawa satu nampan makanan untuknya ketika dirinya sakit. "Ya Tuhan, kenapa kenangan itu jadi sering muncul saat ini? Aku tidak ingin perasaan itu kembali ada di hatiku. Perasaan yang sudah aku kubur jauh di dasar hati. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan Sandra. Mau bagaimanapun, Alex adalah masa laluku dan tidak pantas bagiku mengingat-ingat semua yang pernah aku lewati bersama Alex," batin Sierra hanya termangu diam dengan pandangan yang mulai kosong. Lamunan Sierra pun seketika buyar, di saat Alex sudah kembali ke hadapannya dan langsung menepuk pundaknya. "Sierra," panggil Alex seketika menyadarkan wanita itu dari pikiran yang tengah kalut. "Eh, iya Alex," jawab Sierra masih menata keterkejutannya di hadapan Alex. Ia tak ingin pria yang saat ini sedang melihatnya dengan penuh selidik itu mengetahui bahwa pikirannya sedang teringat masa lalu. "Kamu ini jangan kebanyakan melamun. Sekarang ayo makan dulu ya!" "Iya nanti aku makan." Sierra pun mengambil alih nampan yang berisikan makanan itu dan meletakkannya di atas nakas yang berada di sisi di kirinya. Namun, Alex tak begitu saja memercayainya. Pria itu kembali mengambilnya dan melangkah menuju balkon kamar. Setelah melangkah sendiri ke balkon, Alex kembali tanpa nampan itu. Ia langsung menarik tangan Sierra tanpa izin si pemiliknya. Membuat wanita itu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alex. Setelah keduanya berada di balkon kamar, Alex mulai menuntun Sierra untuk duduk bersamanya. "Sekarang makan di hadapanku! Aku tidak akan pergi dari sini sampai kamu memakan habis semua makanan ini!" titah Alex dengan sorot mata yang begitu tegas menatap wajah Sierra. Wajah pucat dengan kedua pelupuk mata yang membengkak. Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung mengetahui bahwa saat ini Sierra benar-benar sedang terpuruk. Tak ada di setiap jamnya ia lewati tanpa menangis. Terlebih ketika bayangan Evans seolah hadir di dalam kamar itu. "Aku enggak nafsu makan, Alex." Terdengar lemah. Suara itu semakin membuat Alex simpati. Rasa cemas yang spontan menggerakkan tangan Alex untuk menyuapi Sierra. Sama ketika sebelumnya ia menyuapi Sandra saat tahu bahwa sang istri sedang kehilangan selera makannya. "Sekarang makan dulu ya! Biar aku suapi! Kamu tidak boleh menolak." Sierra kini mulai menatap Alex dengan sendu. Air mata itu kembali berlinang membasahi kedua pipinya. Air mata yang entah sudah beberapa banyak ia teteskan saat dunianya seolah jungkir balik kembali hancur tanpa kebahagiaan. Bahkan Sierra sempat berpikir bahwa Tuhan seolah tak ingin memberinya waktu untuk bisa merasakan bahagia lebih lama. Bagaimana tidak, wanita itu harus menelan sakitnya kehilangan suami sekaligus calon buah hatinya. Kehilangan yang tak bisa dipungkiri sempat membuat dirinya berniat mengakhiri hidupnya. "Alex, aku rindu dengan Evans. Aku sangat merindukannya." Tangisan Sierra pun seketika pecah. Bahkan rasa makanan yang kini sedang dikunyahnya seolah berubah menjadi asin, saat air mata mulai bermuara masuk ke dalam mulutnya. "Aku tahu ini tidak akan mudah untuk kamu lalui Sierra, tapi kamu tidaklah sendiri. Ada aku, ada Sandra yang akan selalu menemanimu. Kamu jangan merasa bila kamu terpuruk sendirian karena kamu masih memiliki kami berdua," ucap Alex coba menenangkan tangisan Sierra yang terdengar begitu menyakitkan. Tak kuasa menahan kesedihannya, Sierra pun melabuhkan tubuhnya yang rapuh ke dalam dekapan Alex. Membuat Alex terkejut sambil meletakkan piring itu kembali ke atas meja. Sierra terus menyebut nama Evans berulang kali. Hatinya begitu rindu akan sosok pria yang mampu mengobati luka atas kehilangan Alex dalam hidupnya. Namun, kini pria itu sudah pergi dan membuat hatinya mulai terpenjara kembali dalam perasaan masa lalu yang dulu susah payah ditepikannya. "Saat ini tidak ada yang bisa membuatku tenang selain kamu, Alex. Maafkan aku, Sandra," batin Sierra yang terus meluapkan segala kesedihannya dalam dekapan Alex yang mulai mengusap punggungnya. Namun, tanpa di sadari oleh keduanya. Sandra melihat semua itu dengan kedua mata yang penuh keterkejutan. Ada rasa cemburu yang mulai hadir menelusup masuk ke dalam pikirannya. Perasaan yang dengan cepat disingkirkannya jauh-jauh. "Aku tidak boleh cemburu. Mau bagaimanapun, saat ini Sierra memang membutuhkan Alex untuk mengobati luka atas kehilangannya. Aku harus siap dengan semua ini. Perhatian Alex sekarang bukan hanya untukku, tapi juga akan terbagi untuk Sierra. Kamu harus kuat Sandra, kamu pasti bisa menjalani semua ini. Setidaknya sampai Sierra mampu melupakan kesedihannya dan dapat hidup normal seperti dulu lagi," batin Sandra yang tak terasa, air mata menetes di kedua pipinya karena menahan rasa cemburu yang sebenarnya begitu menusuk relung hatinya. Tak ingin mengganggu di saat Alex tengah coba menenangkan Sierra, Sandra pun berlalu pergi dengan membawa rasa cemburu di dalam hatinya. Bersambung ✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN