Elsa telah berada di Sander Group. Akan tetapi ketika baru saja masuk, penjaga keamanan menghentikannya.
"Apa kamu datang untuk melamar pekerjaan?" Penjaga keamanan ini menelisik dari atas ke bawah seperti orang yang ingin melakukan wawancara.
Elsa merasa tidak tenang, dia berusaha menutup noda lumpur pada pakaian dengan map di tangannya.
Tapi sudah terlambat. Penjaga keamanan sudah melihat berapa kotor pakaiannya dan ia menggelengkan kepala seolah tidak menyambut kedatangannya. "Orang lain datang ke sini dengan pakaian rapi dan bagus, kamu malah mengenakan pakaian seperti ini. Belum masuk ke ruang HRD mungkin kamu sudah disuruh pulang."
Tidak dipungkiri, Elsa sedikit khawatir setelah mendengar penuturan penjaga keamanan. Dia sekali lagi melihat pakaiannya, dan noda lumpur terlihat sangat jelas.
Kacau!
Bagaimana ini? Apa aku harus pulang?
Elsa melihat jam tangannya, melihat waktu interview hanya tersisa 15 menit. Mustahil bagi dirinya untuk pulang dan kembali tepat waktu. Tapi apakah ia dapat diterima dengan pakaian seperti ini?
"Pak Sultan ...."
Mendengar namanya dipanggil, penjaga keamanan segera memutar kepalanya. Tampak seorang wanita berusia 25-an tahun melambai sambil menunjukkan tas di tangannya.
Sultan, petugas keamanan itu segera meninggalkan Elsa dan menghampiri wanita yang berdiri di balik meja lobi. Tapi tak lama dia kembali dan menyerahkan tas yang dibawanya kepada Elsa.
"Kamu beruntung sekali, Lidya kebetulan membawa pakaian ganti. Dia kasihan padamu, dan meminjamkan pakaiannya. Sebaiknya kamu cepat berganti pakaian. Di sebelah tempat parkir ada kamar mandi." Pria empat puluh tahun yang berposisi sebagai kepala penjaga keamanan itu menunjuk ke arah tempat parkir. Wanti-wanti bila Elsa tidak tahu di mana tempat parkir berada.
Tanpa banyak bicara, Elsa mengambil tas itu dan pergi untuk berganti pakaian. Dia bertarung dengan waktu, keluar dari kamar mandi dengan sisa 8 menit sebelum waktu interview.
Cepat ... Cepat ....
Elsa menenteng tas sambil mencepol rambutnya, mengenakan kaca mata coklat seperti wanita culun. Dia berlari dengan panik, berharap dapat segera sampai. Tapi ....
Entah siapa yang meletakkan traffic cone di tengah jalan, Elsa yang terburu-buru tanpa sengaja menendangnya dan ia terjatuh.
Yang lebih sial, tas berisi pakaian kotornya jatuh dan menyelinap ke bawah kolong salah satu mobil di tempat parkir.
Elsa bangkit dengan mengeluh, dia bergegas mengambil kembali tas yang cukup jauh dari jangkauan tangannya.
"Kenapa hari ini aku begitu sial?" keluh Elsa sambil meringis, perhatiannya tertuju pada mobil di depannya dan secara pasti raut wajahnya berubah.
"Mobil ini ...." Elsa mengingat kembali kejadian beberapa saat lalu. Dia tidak mungkin salah, Mercedes-Benz hitam ini yang membuat pakaiannya basah. Membuatnya harus repot-repot berganti pakaian, hingga tersandung traffic cone dan terjatuh.
Semua karena mobil ini!
Rasa kesal dalam hati Elsa meluap, terlebih saat menyadari lampu Mercedes-Benz hitam ini baru saja berkedip, hal itu memberitahunya jika ada orang di dalam mobil.
Tok tok tok..
Elsa mengetuk kaca dengan sedikit keras, kaca mobil bergetar karena ulahnya.
"Tuan, ...."
"Apa kau tidak bisa memutuskan sendiri? Percuma aku memberi bonus yang besar jika masalah sepele saja tidak bisa kau selesaikan!"
Hanz yang ingin bertanya langsung mengurungkannya. Detik berikutnya dia menurunkan kaca mobil sehingga tampak wanita berpenampilan culun yang sudah menajamkan alisnya.
"Nona, apa kamu membutuhkan sesuatu?"
Elsa tidak menghiraukan pertanyaan Hanz, mata hazel-nya malah memperhatikan sosok pria 30-an tahun yang duduk di kursi belakang dengan begitu tenang. Tangannya mengutak-atik ponsel, seperti tidak menganggap keberadaannya.
"Nona ...."
Panggilan untuk kedua kali membuat Elsa tersadar, dia menatap Hanz dan berkata dengan marah. "Kamu mengemudi tanpa tahu ada orang berjalan. Sekarang pakaianku kotor, kamu harus bertanggung jawab!"
Hanz sedikit menjulurkan kepalanya keluar, lalu melihat pakaian Elsa yang tidak kotor seperti pengakuannya.
Elsa seperti tahu apa yang dipikirkan oleh pria ini, dengan segera mengangkat tas berisi pakaian kotornya. "Lihat ini! Aku akan melakukan interview pagi ini, tapi ...."
Eh!
Seperti mengingat sesuatu, pupil matanya membulat sempurna. Elsa menarik kembali tas yang ditentengnya, lalu berlari meninggalkan tempat parkir dengan segera. "Aduh, kenapa bisa lupa. Ini sudah pukul 09.10 ...."
Sambil menata rambutnya, Elsa melihat jam tangan, dia semakin panik kala melihat jarum panjang telah bergerak satu ruas. "Bodoh kamu Elsa, kenapa malah berurusan dengan mereka?! Interview lebih penting!"
Hanz hanya memasang wajah datar melihat kepergian Elsa, dia menaikkan kembali kaca mobil dan menatap Theo dari kaca spion. "Tuan, terdapat beberapa kandidat untuk sekretaris Anda. Sebagian telah memiliki pengalaman dalam bidang yang sama 5-8 tahun, tapi ada juga yang belum memiliki pengalaman. Anda dapat memilihnya secara langsung."
Theo mengalihkan pandangannya dari gawai di tangannya, menatap Hanz dingin sambil memberinya peringatan. "Aku tidak menginginkan sekretaris wanita."
Hanz langsung diam mendengar kalimat Theo. Detik berikutnya dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi kepala HRD.
"Presdir Theo tidak menginginkan sekretaris wanita. Eliminasi mereka!"
"Baik!"
Setelah mendapat jawaban, Hanz kembali melapor pada Theo.
Sementara di sisi lain, Elsa baru sampai di tempat interview setelah berputar-putar mencarinya. Anehnya, tidak ada siapapun di tempat tunggu. Seolah hanya dirinya yang akan melakukan interview.
Elsa untuk yang kesekian kalinya mengangkat tangan kirinya dan melihat jam telah menunjukkan pukul 09.30. Dalam sekejap wajahnya menjadi cemas dan gugup.
"Apa mungkin interview telah berakhir?" Di saat Elsa mulai pesimis, pintu ruangan interview terbuka dan tampak seorang wanita yang berjalan keluar dengan raut wajah kecewa.
"Elsa Ricard!"
Bersama dengan itu sebuah panggilan terdengar dari pengeras suara yang terpasang di langit-langit lorong. Elsa sangat senang dan merasa beruntung. Tapi pada waktu ini dia tidak mempunyai banyak waktu untuk berpikir, langsung mengeluarkan map coklat dari tas dan berjalan masuk.
15 menit kemudian Elsa keluar dengan wajah berseri. Semua orang yang melihat tentu dapat menebak apa yang terjadi. Dia berhasil mendapatkan pekerjaan!
Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, lalu ditopang dengan kemampuan berpikir yang luar biasa. Sulit bagi HRD untuk memulangkannya.
Meski Elsa hampir tidak bisa melakukan interview karena melewatkan panggilan pertama, Elsa lolos tes dengan sempurna. Dia akan bekerja sebagai sekretaris direktur dan bisa mulai bekerja besok. Ini sungguh adalah berita bahagia.
Hal pertama yang Elsa lakukan adalah menghubungi Bibi Yenny, begitu Bibi Yenny mendengar berita baik ini, dia ikut senang dan merayakannya.
"Elsa, kamu bisa bekerja dengan tenang. Max sangat penurut, ...."
Elsa tersenyum lembut mendengar nama Max, dia lalu mengatakan pada Bibi Yenny akan membelikan sesuatu untuk Max ketika pulang. "Bibi Yenny, katakan padanya, setelah pulang aku akan membawakannya es krim."
"Es krim vanila!"
Terdengar seruan cadel Max ketika Elsa mengatakan ingin membelikannya es krim. Elsa tersenyum tak berdaya, dan menyetujuinya. "Baik, es krim vanila. Max tunggu Mama pulang ya? Jangan nakal, kasihan Nenek."
Setelah mengakhiri panggilan, Elsa segera kembali menuju lobi. Dia bertemu dengan Lidya dan berterima kasih padanya.
"Kamu terlihat bahagia, sepertinya interview berjalan lancar."
Elsa tersenyum canggung. "Ini semua karena kamu yang telah meminjamkan pakaian. Jika tidak, ini tidak akan berjalan lancar."
"Oh ya, aku akan berganti pakaian ...."
"Tidak perlu. Kamu dapat mengembalikannya besok. Lagipula kamu sudah bekerja di Sander Group. Kedepannya akan terus bertemu."
"Selain itu pakaian basah seperti itu sangat tidak nyaman. Kamu bisa sakit jika memakainya."
Elsa tertegun sejenak, lalu menganggukkan kepala. "Aku akan mengembalikannya setelah mencucinya."