bc

Ayah Presdir Luar Biasa

book_age18+
12.8K
IKUTI
62.7K
BACA
billionaire
contract marriage
one-night stand
arrogant
dominant
CEO
single mother
sweet
bxg
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Setelah dikhianati kekasih yang dipacarinya 6 tahun, Elsa menghabiskan malam dengan seorang pria tidak dikenal hingga hamil dan melahirkan seorang anak. Yang tidak pernah terpikir oleh Elsa sebelumnya, pria itu ternyata adalah Theo Sander, CEO di tempatnya bekerja. CEO angkuh dan arogan yang selalu membuat hari-harinya sebagai sekretaris terasa buruk.

Di sisi lain ternyata Theo juga sedang mencari identitas wanita yang pernah bermalam dengannya. Dia melakukan semua usaha untuk menemukannya, tetapi tidak sadar jika wanita yang dicarinya berada di sekitarnya. Berada sangat dekat dengannya. Tepat di sisinya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 : Single Mother
"Elsa, mari kita berpisah?" Suara berat dari ujung telepon membuat tangan wanita bernama Elsa Ricard bergetar hebat. Dia menjauhkan ponselnya dan menatap layar nama yang tertera di sana. Itu benar-benar adalah kontak kekasihnya, Erkan. Tapi kenapa dia berbicara begitu sembarangan? "Aku akan menikah dalam waktu dekat dengan wanita lain. Maafkan aku karena tak bisa menunggumu." Deg! Sekali lagi kalimat yang keluar membuat jantung Elsa seakan berhenti berdetak. Dia bertanya perihal masalah dalam hubungan mereka, tapi pihak lain telah mematikan sambungan telepon tanpa berkata sepatah kata pun. Tiga bahkan empat kali Elsa mencoba menghubungi kembali. Tapi seolah tidak menginginkan kehadirannya, panggilan tidak menemukan jawaban. Elsa menggigit bibirnya dengan rasa kecewa, tatapan tertuju pada meja makan yang telah dihiasi rangkaian bunga dan lilin aroma terapi. Seharusnya ini menjadi kejutan untuk Erkan. Elsa baru saja kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan pendidikannya dan secara khusus pulang lebih awal untuk menyiapkan semua ini. Dia bahkan memesan kamar hotel dengan pemandangan kota yang indah, juga sengaja menyiapkan makan malam. Tak lain Elsa ingin menjadikan malam ini sebagai malam terindah dalam pertemuan pertama mereka setelah empat tahun tak bersua. Namun siapa yang mengira, saat mencoba memberitahu kekasihnya justru menjadi kabar buruk untuknya. "Enam tahun ...." Elsa tersenyum getir. Benar-benar tak percaya, masa pacaran enam tahun tapi berakhir begitu saja melalui telepon. Tanpa sadar matanya memerah, buliran air mata mengalir di kedua pipinya. Tepat pada saat ini, terdengar suara ketukan pintu. Elsa dengan spontan mengusap air matanya dan berjalan ke arah pintu. Begitu terbuka, tampak seorang pria mengenakan tuxedo hitam dengan tubuh yang ideal. Tapi sikapnya sedikit aneh. Dia seperti orang teler yang terlalu banyak menenggak alkohol. Entah dalam keadaan sadar atau tidak, pria itu masuk begitu saja tanpa permisi. Elsa terkejut dan mencoba menghentikannya. Tapi pria itu malah mencekal tangannya. Sambil semakin mengeratkan cengkeraman tangan, pria itu berkata, "Hanz yang mengirimmu ke sini, kan? Maka lakukan tugasmu dengan benar." Dia tak memberi kesempatan. Menarik dengan kasar lalu menjatuhkan Elsa di atas tempat tidur. Elsa berteriak dan mengumpat sambil mendorong tubuh pria yang mengungkung tubuhnya. Tapi bukan berhasil menyingkirkannya, pria ini malah semakin bringas bahkan merobek gaun merah yang dikenakannya. Dalam sekejap sebagian tubuh telah terbuka. Elsa takut setengah mati dan memohon. Suara bergetar saat mengatakannya. "Berhenti, lepaskan aku! Jika kamu menginginkan uang, kamu bisa mengambilnya." Pria itu sempat mengangkat wajahnya dan menatap dengan lekat, tapi dia bersikap seperti tidak mendengar apapun. Elsa menjadi putus asa, hanya bisa memohon sambil menangis pada sosok mengenakan tuxedo hitam. Tapi pria itu benar-benar tak menggubrisnya, membungkam mulut Elsa hingga rasa pahit alkohol yang khas masuk ke mulutnya. Mungkin karena Elsa juga dalam suasana hati yang kacau, aroma alkohol yang menyeruak mulai mempengaruhi dirinya. Di malam yang harusnya menjadi malam terindah, malah menjadi malam yang mungkin tidak akan pernah ingin ia ingat kembali. Entah apa kesalahan yang telah ia lakukan hingga harus melalui penghinaan seperti ini. Malam yang terasa panjang akhirnya berlalu. Keesokan paginya, Elsa terbangun dan merasakan kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya sakit. Dia mulai mengedarkan pandangannya hingga menemukan sobekan kain merah di lantai. Di saat yang sama sebuah ingatan muncul dalam benaknya. Tentang seorang pria asing yang tiba-tiba datang ke ruangannya dan melakukan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sempat Elsa berpikir semua itu hanya mimpi, tapi bercak darah di atas seprei menamparnya dengan keras. "Kenapa bisa begini ...." Elsa tertunduk, memeluk erat lututnya masih tak percaya apa yang baru ia alami. Kesucian yang selalu ia pertahankan, malah hilang di tangan pria tak dikenal. Harusnya ini menjadi hak suaminya kelak, tapi ia tidak dapat melakukan apapun kecuali menyesalinya. Di saat ini, ponsel yang tergeletak di lantai tiba-tiba berdering. Elsa segera mengambilnya dan melihat beberapa pesan dari Erkan, kekasihnya. Beberapa saat, Elsa memiliki harapan tentang Erkan yang mungkin telah menyesali keputusannya semalam dan ingin kembali bersamanya. Namun, sepertinya Tuhan telah menutup semua hal baik untuknya. Erkan mengirim dua foto kepadanya. Satu undangan pernikahan dan satu lainnya adalah bukti USG dari dokter kandungan. "..." Elsa tak bisa berkata-kata. Hanya dapat merasakan dadanya bergemuruh saat melihat kedua foto tersebut. Dia merasa menjadi orang paling menyedihkan di dunia ini. Rasanya ia ingin bunuh diri saat itu juga. Tapi .... "Mama ...." Seorang anak laki-laki berusia dua setengah tahun, memasuki ruangan dan membangunkan Elsa dari lamunannya. "Mama!" Dengan membawa selembar kertas, anak laki-laki itu berlari dengan wajahnya yang berseri senang. Elsa menatap malaikat kecil tampan itu, seulas senyum tersurat nyata di wajahnya. "Coba Mama lihat, apa yang Max gambar hari ini." Max menunjukkan kertas yang dia bawa kepada Mamanya, gambar seorang anak yang bermain bola. "Wah, bagus sekali Max." Elsa mengacak-acak puncak kepala Max dan tersenyum ke arahnya. Ya, dia adalah Max Ricard. Anak dari pria yang telah merenggut kesuciannya. Elsa sangat membenci pria itu. Terlepas siapa dirinya. Tapi, dia tidak melimpahkan kebenciannya terhadap pria itu kepada Max. Walau bagaimanapun Max tidak tahu apapun. Dan Max adalah malaikat kecilnya yang menjadi alasan dirinya untuk terus bertahan. "Max, di mana Aunty?" Max mengangkat wajahnya dan berpikir seperti orang dewasa. Ekspresinya ketika menempatkan telunjuk di dagunya benar-benar menggemaskan. Elsa terkekeh sambil menggelengkan kepala. "Aku di sini, kenapa kau mencariku?" Seorang wanita dengan tinggi semampai berambut pirang memasuki kamar ruangan Elsa. "Apa kau ingin aku menjaga Max lagi?" lanjutnya dengan melipat tangannya di depan. Elsa mengangguk dengan tak berdaya. "Kemungkinan aku hari ini akan pulang terlambat. Akan ada penyambutan dosen baru dan semua dosen harus hadir." Sahabat Elsa bernama Intan itu berjalan mendekat lalu duduk sembari menarik Max ke dalam pangkuan. "Semakin besar dia semakin nakal. Aku akan mengajaknya ke rumahku. Kau harus mengambilnya ketika pulang." Elsa kembali mengangguk. Dia lalu berjongkok di depan Max dan mencoba membuatnya mengerti. "Max setelah ini ikut Aunty ya? Mama harus pergi bekerja." Max terlihat enggan, wajahnya berubah cemberut. Pada saat ini, Intan memikirkan cara untuk membujuk Max. "Oh iya, kemarin Aunty baru saja membeli es cream. Ada rasa vanila, ada rasa coklat dan banyak lagi ...." Belum sempat kalimat itu selesai, Max berseru dengan suara cadelnya. "Max mau es cream vanila!" Elsa dan Intan tertawa melihat sikap Max. Intan lalu menunjuk Elsa dan meminta Max untuk melambaikan tangan. "See you mommy ...." Dengan dibantu Intan, Max melambaikan tangannya dengan bersemangat. Elsa tersenyum, dia mendekatkan wajahnya untuk mencium puncak kening Max. Kemudian setelah itu dia ikut melambaikan tangan sambil berjalan keluar dengan menenteng tas hitamnya. "Jangan lupa tinggalkan kuncinya di meja, kau tidak ingin apartemenmu dimasuki maling bukan?" Intan berbicara sebelum Elsa sampai di ambang pintu. Elsa berhenti sejenak dan menunjuk ke arah nakas dekat tempat tidurnya. "Kuncinya di sana. Kau jangan lupa untuk menguncinya ketika keluar." Elsa kembali melambaikan tangan dan kali ini dia benar-benar pergi.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

After That Night

read
13.3K
bc

The CEO's Little Wife

read
653.1K
bc

Revenge

read
27.7K
bc

BELENGGU

read
67.9K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
15.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
80.2K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook