Udah sebulan aku ga ketemu sama Elang semenjak kejadian terakhir di kamar aku. Hubungan aku dengan Bian baik-baik aja bahkan jauh lebih baik. Tapi hubunganku dengan Elang? Tidak dikatakan baik, komunikasian juga enggak, aku telvon ke kakak iparnya ternyata ini dia balik ke Inggris lagi setiba balik ke Indonesia dia setiap hari ketemu sama ciya.
Ciya itu mantan pacar adiknya, tapi Elang pernah mencintainya ga tau kalau sekarang. Aku sangat-sangat merasa kehilangan. Aku gatau apa yang aku rasakan tapi yang pasti ini menyakitkan. Aku ga suka kalau Elang dekat dengan wanita lain. Apakah aku egois?
Malam ini aku ketemuan sama temen SMAku di tempat biasa kita ngumpul aku masuk kedalam untuk mencari tempat yang kosong saat aku mencari tempat kosong aku melihat Elang lagi sama ciya! Yap cewek itu lagi, gatau kenapa perasaan aku ga enak. Aku menghampiri mereka. Mereka terkejut apalagi Elang tapi tidak ada senyum diwajahnya seperti biasanya dia melihatku.
"Hallo Mbak" Ciya menyapaku, aku tersenyum kepada ciya dan melihat Elang yang duduk disampingnya.
"Boleh pinjam Elang ga? Aku mau ngomong berdua sama Elang" Elang langsung ngelihat aku.
"Ngomong disini aja ga harus berdua" Jawab Elang malas padaku.
"Gabisa Lang ini penting aku mau ngomong berdua sama kamu, kamu ikut aku yaa please." Aku memohon kepada Elang.
"Yaudah kamu pulang aja duluan nanti aku kerumah kamu, aku nganterin ciya pulang dulu, kalau kayak gitu gimana?" Elang mencoba memberi jalan keluar padaku.
"Oke aku tunggu dirumah ya." Aku lamgsung pergi meninggalkan tempat itu.
*****
Aku keluar dari kamar mandi karna aku habis mandi tapi aku hanya menggunakan handuk warna putih sebatas diatas paha aku, aku keluar dari kamar ternyata Elang udah ada di kamar aku duduk di atas ranjang aku dengan memainkan hpnya.
"Kamu udah lama disini?" Aku mencoba untuk mencairkan suasana dulu. Dia langsung melihat kearah aku.
"To the point aja, kamu mau ngomong apa sampai mau ngomong berdua sama aku?" Elang langsung bangkit untuk berdiri dihadapan aku.
"Aku ga suka kamu menghilang dari aku satu bulan ga ada kasih kabar, terus kamu mala berduan terus sama ciya, aku ga suka lang" aku langsung mengutarakan apa yang aku rasakan tadi.
"Apa hubungannya sama kamu? Kenapa kamu ngatur aku? Kamu lupa kalau kamu yang bilang kita sahabatan dan ga perlu ikut campur dalam hal apapun lupa? Ya terserah aku dong mau jalan dan dekat sama siapa aja." Seketika aku diam dan tegang. Aku gatau tapi disaat Elang ngomong gitu ada perasaan sakit mungkin?
"Maafin aku lang, kemarin aku udah kelewatan sama kamu udah ngomong gitu, aku minta maaf sama kamu. Aku sayang sama kamu lang. Kamu segalanya buat aku. Aku gabisa diginiin sama kamu." Aku memohon dan menggenggam tangannya. Tapi mala dilepaskan dan dia mengusap mukanya dan ngebelakangi aku.
"Kamu yang bilang kemarin kayak gitu cha, udahlah omongan kamu ada benernya jugakan" Elang mulai melembut ngomong ke aku tapi dia ga mau ngelihat aku.
"Aku salah lang, aku salah. Ga kayak gitu lang, maaf aku salah aku minta maaf. Aku dan kamu satu lang. Aku kangen sama kamu. Aku kangen banget sama kamu lang." Aku memeluknya dari belakang dan mencium bahunya.
"Maafin aku ya, aku janji ga akan ngomong kayak gitu lagi. Jangan ngejauhin aku lang, aku ga bisa kamu giniin. Aku sayang kamu." Aku semakin memeluknya dan mencium bahunya. Dia membalikkan badannya kearah aku dan langsung mencium bibirku dengan lembut.
Aku merasakan sensasi yang berbeda. Dia menuntunku untuk duduk diranjang tapi tetap berciuman dia semakin memperdalam ciumannya kepadaku. Setelah kita kehabisan nafas kita melepaskan ciuman dan Elang melihatku.
"Aku sayang kamu, jadi kamu jangan gitu lagi ya. Aku maafin kamu." Elang menciumku kembali, kali ini tidak selembut tadi tapi menuntut. Dia semakin dalam menciumku memegang tengkukku, aku mengalungkan tanganku ke lehernya.
Elang kemudian melepaskan ciuman kami. Dia menggaruk kepalanya yang kurasa ga gatal.
"Maaf ga seharusnya aku kayak gitu ke kamu. Kamu ada lelaki b******k itu sekarang." Gatau apa yang aku rasakan tapi ketika Elang berbicara seperti itu aku merasakan ke anehan. Tapi satu yang saat ini kurasakan aku ga peduli sama Bian, yang aku pikirkan sekarang hanya Elang. Aku merindukannya, aku sayang dia dan aku butuh dia sekarang.
"Lang aku ga peduli Bian sekarang. Aku sayang kamu. Aku butuh kamu. Aku milik kamu sekarang. Aku mau kamu. Kamu boleh kok ngelakuinnya lebih kayak yang kita lakuin biasa. Aku mau dan aku siap kok lang." Aku mengenggan tangannya untuk meyakinkan bahwa aku siap.
"Enggak cha, aku sayang kamu. Aku ngehargain kamu. Aku ga mau ngerusak kamu. Aku tetap mau kamu kasih hak kamu nantinya ke suami kamu nantinya." Elang senyum ke aku.
"Iya tapi aku gapapa lang, kan aku ngeizin." Aku berusaha untuk meyakinkannya lagi.
"Enggak cha, aku ga mau ngerusak kamu. Kita tidur aja yuk, sini aku pelukin kamu lagi. Satu bulan ga meluk kamu aku kangen." Aku dibawa Elang naik ke atas tempat tidur.
"Lang aku masih belum pake loution dan aku masih pake handuk, aku pake baju dulu yaa" aku bangkit duduk.
"Gausah kamu gini aja, sini deh" elang ngebuka handuk yang aku pakai asli aku ga pakai sehelai benangpun karna aku emang belum pakai pakaian dalam dia ketawa ngelihat muka aku merah karna malu dan dia narik selimut untuk nutupin tubuh kita.
"Aku udah biasa lihat kamu kayak gitu, gausah malu lagi. Hahaha" Elang ketawa aku mencubit perutnya dan memeluknya, menyembunyikan kepala aku di d**a bidangnya tempat kesukaan aku.
"Aku sayang kamu lang. Jangan tinggalin aku lagi yaa" Aku menciumi dadanya Elang.
"Iyaaa cha, aku juga sayang sama kamu kok. Udah yuk tidur." Elang mencium kepala aku dan mengusap kepala aku sampai akhirnya aku tidur.
*****
Hari ini aku main ke apartementnya Bian, udah seminggu kita ga ketemu karna jadwal pemotretan aku yang padat banget, jadi kali ini aku janji buat ketemuan sama Bian. Aku tiba di apartement Bian dan langsung masuk.
"Kamu mau minum apa sayang?" Tanya Bian padaku sambil mengusap kepalaku.
"Terserah kamu aja" Aku tersenyum ke Bian. Bian langsung kedapur dan ga berapa lama dia balik duduk disamping aku. Aku meletakkan kepala aku di bahunya Bian dia memelukku dari samping.
"Gimana jadwal kamu?" Bian bertanya padaku.
"Belum sibuk banget kali ini karna baru selesai proyek besar" Jawabku padanya.
"Kamu sayangkan sama aku?" Tiba-tiba Bian bertanya padaku.
"Ya iyalah aku sayang kamu, kamu apa coba nanyanya." Aku langsung ngejawab pertanyaan Bian.
"Kamu seriuskan sama aku?" Bian bertanya lagi padaku.
"Ya iyalah aku serius sama kamu." Kali ini aku menghadap ke arah Bian. Kemudian Bian tersenyum dan mencium keningku. Kemudian Bian menatapku mengelus pipiku dan mulai medekatkan wajahnya ke wajahku kemudian dengan perlahan dia menyatukan bibir kami.
Awalnya lembut kemudian semakin menuntut dan dia mulai meraba-rabu bahu belakagku dan menyentuk payudaraku, ada perasaan yang aneh yang gabisa aku deskripsikan.
Aku langsung mendorong Bian, aku berdiri mengambil tasku yang ada di meja.
"Maaf bian aku harus pergi" Aku langsung lari pergi aja, aku gatau lagi wajah Bian seperti mengeras dan aku bingung sama apa yang sedang aku rasakan.