BAB 7

1486 Kata
        Dari beberapa hari yang lalu terjadi antara aku dan Bian kali ini Bian mengajakku untuk bertemu di bar bersama dengan teman-temannya. Karna katanya teman-temannya ingin mengenalku, karna aku sudah lama tidak ke bar yasudah tidak masalah bagiku. Tapi kali ini aku sms Elang gatau kenapa aku ingin aja kasih tau dia kalau aku dan Bian ketemu.         Hari ini aku memakai baju transparan tanpa lengan warna hitam karna itu baju hanya nutupin dari p******a aku sampe ke atas pusat. aku ga pakai BH toh itu ga jadi masalah juga karena bagian yang di dalam disamarkan karna aku pake baju hitam, kali ini rambutku, ku ikat ketas dan menampilkan leher jenjang aku, dan aku memakai rok hotpants aku yang hanya menutupi sampai kebokong aku aja dan aku ga pakai short jadi langsung celana dalam, aku pake heels hitam aku setinggi 15 cm sehingga menampilkan kaki jenjang putih mulus aku. Aku langsung ketemu sama Bian di bar, aku masuk dan menemui Bian. "Heyy, good girl. Kamu cantik dan sangat sexy sekali malam ini. Aku semakin cinta sama kamu." Kata Bian padaku. "Ahhh kamu bisa saja." Aku mencium bibir Bian sebentar. Kemudian teman-teman Bian datang. Sekitar 10 orang, 7 laki-laki dan 3 cewek. Kita langsung ke private room. "Kenalin ini pacar aku, namanya Chacha." Bian memperkenalkan aku pada teman-temannya. "Wawww gila cantik banget pacar lo dan dia sexy banget gila lo man pinter banget cari cewek" Kata teman Bian aku hanya ketawa. "Iyaa dongg" Bian dengan sombongnya berkata seperti itu aku hanya ketawa aja.         Kita minum sebanyak yang kita bisa aku udah mulai terlena akan ini, tadi Bian ke toilet katanya kemudian dia datang ke aku bawa minuman segelas dan memberikannya ke aku. Aku bertanya-tanya tapi sepertinya Bian tau kalau aku sedang bingung makanya dia menjawab. "Ini minuman spesial buat kamu, ini ga ada di daftar pesanan kita makanya aku belikan ini buat kamu." Bian tersenyum padaku. Kemudian aku mengambilnya dan kemudian meminumnya, rasanya enak sekali kemudian aku meminum minuman yang lain dan itu buat aku enjoy banget.         Tapi aku merasakan ada suatu hal yang aneh aku kepanasan padahal ini ruangan ac dan pakaianku ga tertutup terbuka mala, aku mulai kepanasan dan aku ingin buka bajuku, aku gatau kenapa kemudian Bian menghampiri aku. "Kamu kenapa sayang?" Tanya bian padaku. "Akuhh gatau tapi akuhh kepanasanhh banget bi, aku udahhh gatahan buka baju ya akuhhh panashh banget bi." Entah kenapa aku juga sampai gitu yang pasti ini sangat tidak enak. "Sini aku bantuin buat kamu enak ya sayang." Kata Bian padaku. Aku hanya mengangguk aja.         Bian menciumku aku diam saja, kemudian Bian mencoba untuk meraba-raba payudaraku dan bibirnya beralih keleherku, pada waktu itu aku menolaknya jujur saat ini aku sangat ingin menolaknya tetapi tubuhku berkhianat tubuhku menginginkannya aku benci pada tubuhku, aku terlena aku menikmatinya bahkan aku mendesah ataa perlakuan Bian padaku. Ada apa denganku kenapa tubuhku tidak menolaknya.         Ketika Bian ingin menangkup kebagian intimku, aku gatau gimana pastinya tapi saat ini Bian udah jatuh tersungkur kebalakang dan aku melihat Bian habis dihajar oleh Elang, tak ada satupun yang mau menolong Bian semuanya terjadi begitu cepat aku melihat Bian sudah tidak berdaya lagi dibuat oleh Elang. Elang sempat mengucapkan beberapa kalimat kepada Bian tapi aku tidak tau itu apa setelah selesai, Elang langsung membawaku pergi dari sana dan memasukkanku kedalam mobilnya. *POV ELANG         Persetan dengan si b******n tersebut. Ternyata dia tidak mendengarkan perkataanku. Berani-beraninya dia menyentuh wanitaku. Aku tau Chacha kesana karna di beritahu olehnya dan aku ga percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja maka aku mengikutinya, aku sangat marah saat aku tau Chacha sangat mengenakan pakaian sangat minim seperti itu. Dan si b******k itu mala menyukainya b******n sekali bukannya menjaga mala merusak.         Disaat dia mulai meraba Chacha aku lansung murka dan menghajarnya habis-habisan aku tidak memberinya ruang untuk membalasku. Aku menghabiskannya sebisaku dan dia sudah tidak berdaya lagi dan aku memperingatkannya. "Berani-beraninya loe menyentuh Chacha dan membuat obat perangsang untuk loe nikmati!! Gue udah peringatkan loe saat itu tapi loe ga mau dengarkan gue. Loe lihat aja apa yang akan gue perbuat untuk loe!! Dengar saja kabar besok pagi bahwa perusahaan loe akan hancur dan keluarga loe semuanya akan menjadi gelandangan. Udah gue peringatkan jangan pernah main-main sama gue tapi loe ga mau dengar perkataan gue, ini baru awal lihat saja apa lagi yang akan loe dapatkan karna ga mendengarkan perkataan gue. Kalau loe berani nuntut gue kekantor polisi gara-gara ini bakalan tamat riwayat loe!! b******n loe!!" Untuk terakhir kalinya aku memukulnya sampai dia pingsan.         Aku menggendong Chacha dan membawanya ke mobil. Kemudian aku melajukan mobil ke arah rumah Chacha. "Langggg panashh bangett akuhh udahh gaa tahannn tolongin hidupkann acnya langghh" Chacha mendesah dengan pakaian seperti itu, aku seorang pria dan libidoku langsung naik tapi aku harus bisa menahan diri. "Sabar ya Cha bentar lagi kita akan sampai rumah." "Tapii akuhh udahh ga tahann lagi langg akuhh haruss bagaimana" Chacha mulai memegang kebagian intimnya aku tau apa yang Chacha rasakan pada saat ini. "Cha jangan di pegang jangan cha, kamu harus tahan sebentar ya." "Langghhhhhh panaashhhh"         Aku menyetir seperti orang gila ga lama kita sampai aku langsung gendong Chacha naik ke atas dan masuk kekamarnya aku langsung membawanya ke kamar mandi dan meletakkannya di bathup aku menghidupkan air dingin dan memandingannya ke Chacha aku yakin ini pasti ga akan cukup. Aku melepaskan semua bajunya instingku sebagai laki-laki langsung naik ingin sekali aku menerkam Chacha.         Ingin sekali rasanya aku saja yang menyelesaikan sakit yang di alami Chacha. Tapi aku tidak bisa, aku mau kehormatan Chacha nantinya tetap terjaga sampai dia menemukan pendampingnya nanti. Aku menghormati itu. Walaupun jujur aku tidak tega melihat Chacha sesakit ini. Ini sangat membunuhku. Sebelum ke atas tadi aku meminga Bibi dirumah Chacha membawakan es batu yang ada maka aku keluar untuk mengambilnya. "Tolong cari bersama pak Anto es sebanyak-banyaknya. Aku tidak peduli bagaimana caranya pokoknya harus ada sebanyak-banyaknya dan cepat kesini cepatt sekarangg dan jangan ada yang masuk kedalam cukup panggil aku saja sekarang cepat." "Baik den" kata bibi itu aku tidak peduli lagi dengan siapa aku berbicara aku sekarang ingin Chacha berhenti meringis aku kembali masuk dan terus memandikan Chacha dengan air dingin dan memasukkan es batu ke dalam bath up. "Langhhh akuhhh kenapaahhh, akuhhh udahh ga tahann langghh." "Si b******k itu memberikan obat perangsang ke kamu." "Bagaimanaa caranyaa aku bisaa lepas dari inii langhh akuhh udahh gatahannn lang tolongin akuhhh." "Cuma ada dua cara, kamu akan terus berendam dengan air dingin sampai itu selesai sampai sakit itu hilang dan kamu akan kesakitan karna dingin tapi kamu lepas atau kamu harus di puaskan. Aku hanya bisa lakukan yang pertama Cha, aku ga mau mengambil kehormatan kamu. Itu bukan hak aku cha, aku gabisa lakuin itu walaupun sebenernya aku ingin, maafin aku Cha. "Gapapa lang, aku ikhlas kalau itu kamuhhh. Akuhhh ikhlas langhhh lakukanlahh kau mohonn akuhhh udahhh ga tahann langg tolongg akuhhh, lakukann sajaa akuhh ikhlas aku mohonn." "Enggak ca, aku minta maaf. Kamu harus tahan pokoknya kamu harus bisa bertahan lawan ini semua. Aku harus lakukan yang pertama saja." "Aku mohonnn langhhh akuhh udahh gatahannn ini menyiksakuhhh." "Maafin aku Cha."         Aku mendengar suara ketukan aku keluar dan mengambil es batu yang dibawakan dan aku memasukkannya lagi ke dalam bath up. Aku melihat Chacha semakin menggigil dan aku berusaha mendekatkan es batu ke bagian intim Chacha hingga sampai akhirnya dia berteriak dan mendesah melepaskan beban yang ada dan aku lega. Aku segera mengangkatnya dan membawanya kedalam kamar mengelapnya dan menyelimutinya.         Untuk saat ini aku lega akhirnya aku bisa menenangkan Chacha. Aku mengambil suntik dan obat tidur di lemari Chacha aku selalu meletakkan beberapa obat disana untuk jaga-jaga dan aku menyuntikkan ke Chacha akhirnya dia bisa tidur lelap dan aku baru bisa bernafas lega. Aku langsung menelvon sekretaris Papa. "Tarik saham dan hancurkan perusahaan yang di pegang oleh Arbian Presetyo. Dan keluarkan keluarganya dari rumah itu malam ini juga. Aku tidak akan memberi ampun. Dan keluarkan video rekaman itu dan serahkan pada polisi agar Anak dan Ayah tersebut di tahan. Sekarang lakukan aku akan menelvon sebentar lagi."         Aku tidak akan memberi ampun siapapun yang sudah mengusik orang-orang yang kusayang. Saat adik perempuanku disakiti pun aku juga melakukan hal yang sama, menghancurkannya juga tanpa ampun. Kemudian aku menelvon Mas Reza. "Mas alihkan perusahaan Arbian Prasetyo atas namaku, tapi sebelum itu lepaskan saham dan alihkan padaku, dan pastikan bahwa adik-adiknya keluar dari tempat kerja dan universitas dan aset mamanya juga tarik dan pastikan semua tanpa ada sisa." Kataku langsung to the point pada Mas Reza. "Kamu kenapa? Tolong jangan berlaku kejam lagi lang, jangan usik lagi keluarga orang lain." Mas Reza memperingatkanku. "Tolong lakukan mas, Mas tau kalau aku tidak akan melakukan suatu hal sekejam itu jikalau tidak ada orang yang ku sayangi disakiti. Kali ini Chacha yang menjadi korban dan aku tidak bisa memberikan ampun, tolong lakukan sekarang atau mas sendiri tau apa akibatnya." Aku langsung mematikan telvonnya secara sepihak.         Jikalau seperti itu Mas Reza langsung tau apa yang akan dilakukan. Perusahaan Papa aku yang mengendalikan, sedangkan perusahaan Mas Reza juga menjadi campur tanganku, perusahaan itu bisa maju karna aku yang akan memimpin untuk memenangkan tender.         Aku tidak akan membiarkan si b******n itu bisa bernafas dengan bebas. Aku keluar dari kamar Chacha. Aku ingin melepaskan beban yang ada di kepalaku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN