Aku terbangun dalam keadaan kepala yang sungguh luar biasa sakit dan perut aku sakit seperti berputar-putar aku langsung lari ke kamar mandi untuk memuntahkan yang ada di dalam perut aku. Yang keluar cuma air saja setelah merasa cukup aku mencuci mulutku dan kumur-kumur dengan tertatih aku beranjak ke atas tempat tidur lagi.
Aku melihat pakaian yang ku kenakan tidak seperti yang kupakai tadi malam. Sekarang aku ingat kalau aku tadi malam mabuk terus pingsan tapi ada yang nahan aku tapi siapa? Aku ga tau apa-apa. Tiba-tiba ada yang masuk kedalam kamarku dan aku melihat Elang tersenyum ke arah aku sambil membawa nampan setelah itu Elang duduk di samping aku. Aku duduk bersandar di kepala tempat tidur hue tersenyum ke arahnya.
"Kamu kenapa bisa ada di sini?" Tanyaku pada Elang.
"Kamu minum dulu biar enakan perutnya" katanya padaku sambil memberikan teh yang dibawanya. Aku langsung meminumnya setengah dan memberikannya lagi ke Elang.
"Makasih ya. Kamu belum jawab pertanyaan aku." Rajukku pada Elang. Dia terkekwh kemudian menangkup tanganku.
"Kak Ryan bilang kamu mabuk tadi malam dan nyuruh aku datang pagi ini buat rawat kamu. Kamu tadi malam di jemput kak Ryan." Jawab Elang masih santai dan aku langsung ber oh ria.
"Kamu kenapa sampai mabuk? Kalau kamu ada masalah kamukan bisa untuk cerita sama aku enggak kayak gini. Kamu kan tau aku ga suka kalau kamu udah siksa diri kamu sendiri kayak gini."
"Iya maafin aku ya lang, aku janji ga bakalan kayak gini lagi kok. Aku ga akan buat kamu khawatir lagi" kataku sambil memainkan jariku dan menundukkan kepalaku. Aku ngerasa Elang bawa aku kedalam pelukannya.
"Kamu jangan buat aku kayak gini terus cha. Aku sayang kamu. Aku ga mau kamu kenapa-kenapa. Jadi apapun yang terjadi kamu harus jujur ke aku oke?" Elang mengusap kepalaku. Aku langsung membenamkan kepalaku di dadanya dan mengangguk.
Rasa nyaman ini yang selalu aku dapat rasakan jikalau itu sudah bersama dengan Elang. Ga ada tempat lain selain Elang tempat berlabuh kenyamanan aku. Aku sayang dia banget. Aku gabisa kehilangan dia. Aku mau dia aku butuh dia dan dia hanya milik aku seorang.
*****
Udah seminggu kejadian yang paling buat aku jatuh lagi berlalu saat ini aku berada di Lombok. Aku lagi ada jadwal pemotretan untuk sebuah iklan brand ambasador terkenal. Aku akan tiga hari disini dan itu artinya selama itu aku ga akan bisa buat ketemu sama Elang. Karna Elang ga akan bisa meninggalkan pekerjannya disana dan kita hanya bisa komunikasian lewat HP Okay ga masalah bagi aku.
Malam nanti kata mbak Intan aku akan ketemu sama bos yang ngeiklani aku kali ini bosnya ingin ketemu secara langsung sama aku dan setelah itu rencananya aku mau jalan-jalan melihat kota malam di Lombok.
Aku udah siap-siap buat ketemuan sama bosnya karna jam sudah menunjukkan pukul 19.00 Wita disebuah restoran dekat hotel aku. Aku memakai mini dress warna hijau tosca di atas lutut dengan satu tali sehingga buat kulit putih aku sangat kontras aku memakai sepatu hells 12cm warna hitam dan aku memakain bedak tipis dan rambut aku ikat keatas asal tapi tetap menawan dan rapi menunjukkan leher jenjang aku.
Saat ini aku udah duduk di sebuah restoran yang dijanjikan bersama dengan mbak Intan dan sedang menunggu bosnya. Aku lagi asyik chat dengan Elang sambil menunggu aku senyum-senyum tersendiri karna dari tadi Elang mencoba buat aku ketawa dan itu berhasil. Mbak Intan menyenggol tanganku memberitahu bahwa bosnya sudah datang. Aku langsung menutup HPku aku berdiri memperbaiki bajuku dan memasang wajah tersenyum untuk menyapa.
"Maaf saya terlambat tadi saya ada urusan mendadak" Suara itu dan senyum yang aku pasang tadi seketika memudar dan wajah aku pucat dan ketegangan langsung merambat. Aku perhatikan wajah itu. Wajah yang udah berhasil menghancurkan aku. Saat ini dia datang lagi dihadapanku.
Senyumnya masih sama pada saat dia selalu tersenyum melihatku. Senyuman itu yang selama iniku tunggu tapi pada akhirnya dia meninggalkan sejuta kenangan. Mbak Intan menegurku dan itu membuatku sadar apa yang sedang terjadi ternyata dia mengulurkan tangannya padaku dan aku masih terdiam membisu.
"Hallo Cha, apa kabar udah lama kita tidak bertemu. Senang kita bisa bertemu kembali" Tiba-tiba dadaku terasa sesak tidak tau kenapa tapi itu yang sedang aku rasakan sekarang. Dalam seketika aku lari keluar meninggalkan tempat itu. Aku lari sebisa aku dan ku dengar mbak Intan dan dia memanggil namaku tapi aku ga peduli. Aku mau sendiri dan aku butuh waktu untuk itu.
Aku berlari dan aku sekarang berada di tengah pantai dibelakang restoran ini. Aku terduduk dipasir itu aku menangis sejadi-jadinya aku menepuk-nepuk d**a aku yang merasakan sakit yang luar biasa. Kenangan itu terngiang lagi dikepalaku. Rasa sakitnya luar biasa aku menangis tanpa henti saat ini pun aku ga ngerasakan bagaimana dinginnya angin malam menerpa tubuhku dengan pakaian yang kugunakan.
"Biancha" Suara itu sebutan nama itu terucap kembali setelah sekian lama. Hatiku semakin tertusuk-tusuk dengan apa yang terjadi barusan aku bangkit mengusap air mataku dan berbalik kearahnya dan menatapnya dengan mata sendu dan sinis.
"Lo sengajakan dalam produk kali ini lo pakai gue sebagai model lo biar nunjukin ke gue siapa lo sekarang dan buat gue murka lagi sama lo. Lo ga capek apa ganggu hidup gue terus. gue udah capek dan gue muak sama lo." Kataku sakartis didepan wajahnya. Dia mengusap wajahnya dengan lelah.
"Cha please dengarin aku dulu. Aku mau jelasin ke kamu semuanya. Ini salah paham." Katanya padaku memohon dan menarik lenganku. Aku melepaskannya.
"Gak ada yang perlu dijelaskan lagi. Ga ada menurut gue itu ga penting lagi. Bagi gue lo udah mati sama kayak perasaan gue udah mati sama lo saat lo ngehancurin hidup gue " Aku langsung pergi meninggalkan dia. Baru berapa langkah aku melangkah dia langsung berkata.
"Aku sakit cha." Kata-kata itu berhasil membuatku berhenti melangkah. Aku terdiam aku ga tau harus gimana tetap disini atau melangkah. Tapi berat rasanya aku melangkah lagi. Aku mau mendengarkan apa yang ingin dia katakan.
"Yaa aku sakit leukimia cha. Aku sembunyiin itu dari kamu. Aku ga mau buat kamu khawatir cha. Aku ga mau jadi bebannya kamu cha. Saat itu dokter bilang umurku ga akan lama lagi tapi aku ga yakin cha. Hingga pada akhirnya kakakku bilang aku harus dirawat di luar negeri kalau aku mau bertahan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi agar aku bisa bertahan. Aku berjuang untuk sembuh supaya bisa sama kamu nantinya. Tapi aku tau aku salah aku terlalu pengecut untuk ga yakin aku bisa bertahan apa engga hingga akhirnya aku memutuskan untuk bayar cewe untuk seolah-olah sedang bermain samaku dengan apa yang kamu lihat di apartement. Karna aku mikirnya biar aja kamu ngebenci aku seumur hidup kalau aku gabisa diselamatkan nanti daripada kamu tau aku sakit kayak gini. Aku minta maaf cha. Aku tau aku salah akh bodoh ambil keputusan itu. Padahal masalah umur itu udah diatur oleh yang maha kuasa tapi aku ga yakin sama itu. Aku minta maaf cha. Karna itu akhirnya aku melepaskan kamu dan biarkan kamu menderita karna aku. Aku juga menderita cha. Aku hampir gila karna pisah sama kamu cha. Aku takut cha pada saat itu."
Aku mendengar suaranya bergetar. Apakah dia menangis? Entahlah. Aku putar menghadap dia. Aku melihat dia udah jatuh berlutut dengan wajah tertunduk dan menangis. Apakah benar yang dia katakan? Apakah sesakit itu yang dia rasakan?
"Aku salah cha, aku salah udah ga jujur sama kamu dari awal. Kalau dari awal aku jujur mungkin ga akan kayak gini. Tapi cha jujur aku sayang banget sama kamu. Aku cinta banget sama kamu. Motivasi aku supaya aku bisa sembuh itu kamu. Aku mau sama-sama kamu terus. Aku berjuang melawan sakit aku demi kamu cha. Supaya kita bisa sama-sama lagi. Aku kangen kamu cha, aku sayang kamu, dan aku cinta kamu cha. Pleasee percaya sama aku. Aku datang sekarang cuma untuk kamu cha. Hanya untuk kamu."
Aku nangis. Penyataan sayangnya cintanya membuatku menangis. Apakah sesakit itu? Apakah benar dia berjuang melawan sakitnya demi aku? Apakah yang dia bilang semua itu benar? Ya Tuhan suara hati kecil aku bilang iya. Andai saja dia jujur dari awal ga akan sesakit ini. Ga akan kayak gini kejadiannya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Cha aku mohon sama kamu percaya sama aku. Maafin aku cha,maafin aku."
Aku ga tega. Kita sama-sama merasakan sakit dan cukup. Aku udah tau semuanya aku udah tau alasannya. Aku ga tau keputusan aku ini benar apa tidak yang pasti semoga ini yang terbaik.
Aku jalan menghampiri dia memegang bahunya membantunya supaya dia bangkit berdiri aku langsung melihat wajahnya dan langsung menatap ke matanya.
"Apakah yang kamu bilang itu benar?" Tanyaku padanya.
"Aku udah jujur ke kamu cha, aku berani buktiin ke kamu kalau kamu emang masih meragukanku." Jawabnya padaku. Dan aku melihat dimatanya tidak ada kebohongan dan itu membuatku tambah sakit. Sakit bahwa selama ini dia memendam rasa sakit yang luar biasa dia berjuang sendiri dan disini aku membencinya. Ya Tuhan kenyataan apa lagi ini.
Aku mengusap air mata di pipinya dan aku tersenyum ke arahnya. "Aku maafin kamu." Dia langsung bawa aku dalam pelukannya.
"Aku minta maaf sama kamu. Saat kamu sakit aku ga ada disamping kamu untuk support kamu. Aku udah jahat sama kamu. Aku minta maaf."
Dia memelukku semakin erat. "Kamu ga salah apa-apa. Aku yang salah karna ga jujur sama kamu. Aku yang ga bilang dari awal sama kamu."
Aku tersenyum. Aku lega sekarang dengan apa yang terjadi. Aku bahagia? So pasti aku bahagia! Dia melepaskan pelukanku dan melihatku dari atas sampai bawah.
"Kamu makin cantik aja sekarang" aku tertawa dengan gombalannya disaat-saat kayak gini masih bisa saja dia menggombal.
"Gombal banget" kataku dan dia pun ikut tertawa. Dia memelukku kembali.
"Aku sangat merindukanmu" katanya padaku. Dan aku tersenyum.
*****
Saat ini aku perjalanan mau pulang kerumah aku. Aku baru aja tiba di Jakarta. Setelah kejadian kemarin hubungan aku sama Bian berjalan dengan baik. Kita menjalin hubungan dengan baik. Yap aku memanggilnya dengan Bian lagi kita udah sepakat mulai dari hal kecil untuk mengulangnya lagi. Bagaimana hubungan kami sebenernya?
Yap kita balikan lagi kita menjalin suatu hubungan lagi. Semoga hubungan kami kali ini tidak ada kesalahpahaman lagi. Apakah aku bahagia? Sangat! Aku sangat bahagia! Dari tadi aku tersenyum terus gatau kenapa perasaan aku lega senang entahlah. Aku melihat aku udah sampai dirumah dan aku langsung turun, koper aku dibawakan oleh supir disaat aku membuka pintu aku terkejut dengan kedatangan Elang. Aku langsung tersenyum dan langsung memeluknya.
"Aku kangen banget sama kamu cha" perkataan Elang begitu aku memeluknya aku langsung tersenyum dan mencium pipinya.
"Aku juga kangen kamu" Aku langsung menarik Elang untuk duduk dan aku menggandeng tangannya tanpa memudarkan senyumku. Dia juga ikutan tersenyum.
"Aku langsung datang kesini waktu tau kamu pulang ke Jakarta"
"Makasih lang. Ke kamar aku yuk aku mau cerita ke kamu" Aku langsung menarik tangan Elang untuk naik ke atas.
Waktu udah dikamar aku, kita duduk berhadapan di atas kasur aku ngegenggam tangannya Elang senyum ke aku, aku juga senyum ke dia.
"Aku ketemu Bian disana" Aku langsung to the point dan seketika wajahnya berubah aku gatau gimana tapi langsung aneh gitu.
"Masih sebut nama laki-laki b******k itu dengan sebutan itu?" Elang melepaskan tanganku dan membuang wajahnya kearah lain.
"Kamu dengerin aku dulu lang, dia udah jelasin semuanya ke aku alasan dia ninggalin aku. Aku udah tau lang dan itu bukan salah dia." Elang langsung bangkit berdiri dan ngehadap aku.
"Dan kamu percaya semua dengan apa yang dia bilang? Kamu lupa gimana dulu kamu ditinggal sama dia, kamu lupa keadaan kamu gimana, kamu lupa? Dan apa dia peduli saat itu? Enggakkan!" Nada suara Elang kali ini meninggi baru pertama kali Elang kayak gini ke aku. Dan aku akhirnya ikutan bangkit ngehadap Elang.
"Kamu kok jadinya marah-marah ke aku sih? Ini hidup aku lang, yah suka aku mau gimana. Mau terima kenyataan dari Bian atau enggak yang penting aku masih sayang sama dia lang dan kamu harus tau itu. Kamu cuma sahabat aku kamu ga lebih dari itu jadi kamu ga berhak giniin aku."
Elang langsung tertawa, tapi bukan ketawa yang biasanya dia lepaskan ke aku, seperti meremehkan mungkin? Aku ga tau dan aku gatau tatapan apa yang sekarang dia berikan ke aku.
"Hahaha kamu benar aku bukan siapa-siapa kamu, aku cuma sahabat bagi kamu dan aku ga punya hak hahaha kamu benar aku hampir lupa dengan status aku. Kalau gitu semoga bahagia ya sama pilihan kamu." Elang langsung pergi meninggalkan aku gitu aja. Aku kediam, apa aku salah ya? Aku kelewatan?