*Masih di Pov Elang
Paginya aku bangun karna matahari pagi sudah menampakan sinarnya ke dalam kamar Chacha, aku langsung berhadapan dengan punggung Chacha. Posisi Chacha sedang membelakangiku dan aku memeluk erat perutnya dan Chacha tidur di atas lenganku, aku tersenyum karna hal ini. Gatau kenapa kalau setiap pagi bangun dan langsung lihat Chacha disamping itu buat moodku pasti baik.
Kemudian aku langsung menciumi rambutnya, lehernya, dan punggungnya. Chacha gelisah dan membalikkan badannya ke arahku sambil perlahan-lahan membukakan matanya dia tersenyum karna pada saat itu aku pun tersenyum. Aku mencium dahinya hidungnya dan berhenti di bibirnya agak lama kemudian melepaskannya. Chacha tersenyum kemudian aku menegelus pipi sebelah kirinya yang bekas tamparan temenku tadi malam.
"Masih sakit ga cha?" Kataku sambil mengelus pipinya karna masih ada kelihatan memerah yang kontras di pipi putihnya. Dia hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum kearahku. Aku langsung bangkit dan mengambil salep pendingin yang ada di dalam laci dekat tempat tidur kemudian aku membukanya dan mengoleskan di pipi Chacha. Dia meringis karna merasakan sedikit dingin dan perih.
"Kamu tahan sedikit ya. Maafin temen aku yaa cha udah ngomong kasar ke kamu dan udah nampar kamu kayak gini." Jawabku sambil menutup kembali obatnya dan meletakkannya di atas nakas dan kemudian langsung tiduran lagi disamping Chacha dengan posisi seperti yang tadi.
"Gapapa kan bukan salah kamu, bukan kamu yang lakuin itu ke aku. Kita lupain ya soal yang semalam aku ga mau bahas. Tapi aku ga suka kalau kamu temenan lagi sama dia dan kalau kita ngumpul aku ga mau ada dia. Terserah kamu suka apa engga pokoknya aku ga suka. Kalau kamu emang mau sama dia mending kamu ga usah sama aku lagi. Kamu pilih aku atau dia?" Aku terkekeh dengan perkataannya dan wajahnya sudah manyun semakin membuatku lucu.
"Ssssssttttttt kamu ga usah ngomong gitu dan nanya itu ya udah pastilah aku lebih pilih kamu. Kalau kamu maunya kayak gitu yaudah aku turutin untuk kamu" jawabku sambil mengelus bahunya. Kemudian Chacha langsung mencium bibirku sambil menggigit bibir bawahku agak sedikit kasar dan itu berhasil membangunkan 'adikku' yang dibawah aku melepaskan ciumannya dan menatap matanya dan Chacha tersenyum padaku. Padahalan aku sudah menatapnya penuh gairah.
"Chaa masih pagi dan kamu membangunkan adikku dan kamu harus tanggung jawab" Chacha menganggukkan kepalanya kemudian tanpa pikir panjang aku langsung menerjangnya menciuminya dengan ganas dan langsung menindihnya aku mulai meraba-raba semua yang ada di tubuhnya . Aku sudah tidak sabar kemudian aku membuka baju yang Chacha gunakan dan dia mengangkat tangannya keatas untuk memudahkanku melepaskan bajunya kemudian kulempar asal dan setelah itu aku membuka bajuku dan Chacha ikut membantunya.
Bukan hanya aku tapi Chacha pun sudah merasakan kegairahan yang samaku rasakan. Aku langsung mencium bibirnya kembali dengan rakus dan Chacha mengalungkan tangannya keleherku dan meremas-remas rambutku. Kemudian aku beralih kelehernya dan disana kucium rasa tubuhnya yaitu vanilla.
Yaa dia memakain shampo vanilla, sabun vanilla, loution vanilla, parfum vanilla semua rasa vanilla dan aku sangat suka rasa tubuh Chacha yang seperti itu. Aku tidak mau meninggalkan jejak disana bukan karna aku ga mau tapi hari ini dia akan ada pemotretan dan aku yakin itu akan sangat menganggu jadi aku akan mengalah.
Setelah puas dengan lehernya aku melepaskan tangannya yang berada dileherku untuk ku naikkan keatas dan aku mencium ketiaknya bergantian. Bahkan ketiaknya pun sangat wangi dengan rasa vanilla dan ketiaknya putih bersih tanpa ada bulu dan rasa bau disana. Kemudian aku langsung mencium belahan dadanya dan meremas kedua bukit tersebut yang masih tertutupi bra berwarna hitam. Yahh Chacha mendesah. Karna titik sensitif Chacha ada di bukit kembar miliknya dan dia paling suka kalau kedua bukit kembarnya di permainkan.
Dengan tidak sabar aku membuka kaitan bra Chacha dan membukakannya dan melemparnya asal kemudian aku tersenyum nakal melihat pemandangan indah di pagi hari. Aku ga mau mencicipinya segera aku mau menyiksa Chacha dulu lebih lama. Aku langsung turun dan membukakan rok mini yang digunakan Chacha tadi malam tersisalah g-string yang sangat tipis warna hitam yang menutupi Chacha dan aku tersenyum penuh arti.
"Lang ayo dong." Aku ketawa mendengar perkataan Chacha yaa aku suka apabila Chacha sudah memohon seperti ini. Kemudian aku langsung membuka boxerku dan terlihat jelas bawah adikku sudah sangat tegang di dalam sana. Dan aku tidak ingin membuka bahan benang yang terakhir ditubuhku dan ditubuh Chacha.
Kemudian aku menindih Chacha dan mencium kembali bibirnya dan mengelus-elus perutnya yang rata. Chacha kembali mengalungkan tangannya ke leherku dan meremas rambutku. Kemudian aku turun ke perut rata Chacha. Kan udah aku bilang kalau aku sangat suka menyiksa Chacha dalam hal ini dan aku melangkahi kedua bukit kembarnya aku tidak mau membiarkan Chacha lebih cepat mendapatkan kenikmatan. Aku terus menciumi perut rata Chacha sekaligus menjelajahi seluruh tubuh Chacha dengan tanganku dan dia mulai mendesah kembali.
"Aaaaahhhhhhhhhhh saaaahhh...yaaaaa..ngggghh.." haha aku sangat suka kalau Chacha sudah seperti ini dan aku semakin bersemangat karna desahannya.
Aku langsung meremas kedua bukit kembarnya dengan kuat dan aku melihat bagaimana matanya yang terpejam meraskan nikmat dan dia semakin menarik rambutku dan tubuhnya melengkung keatas. Kemudian aku menciumi puncak bukit kembarnya, menjilat, menghisap, menggigit dan kutarik ke atas dan itu membuat dia semakin mendesah.
"Aaaahhhhhhhhh te....ruusssshhh leee..biiihhhhh khuuuu...aaatttt" semakin membuatku terpancing dan aku melakukannya lagi disebelah kanan menciumi puncaknya, menjilat, mengisap, menggigit dan kutarik ke atas dan itu membuat putingnya semakin mengeras.
Aku mengisap dengan kuat seperti anak bayi yang sedang menyusui ke ibunya ku hisap dengan kuat sampai ku tinggalkan jejak kemerahan dan sebelahnya lagi ku remas-remas dengan kuat dan memilinya dengan kuat sampai sangat tegang dan kurasa Chacha meraskan kesakitan. Tapi ini adalah tempat favoritku.
Aku terus melakukannya hingga aku puas menyusui kemudian aku merasakan Chacha mendesah panjang dan memeluk pingganggku dengan sangat kencang dan sepertinya dia sudah pada dipuncak kenikmatan dan aku sangat puas merasakan pelepasannya!
"Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh" Aku tersenyum kemudian mencium dahinya aku langsung bangkit dan berdiri disamping tempat tidur dia agak kaget.
"Terimakasih sayang buat sarapan di pagi harinya, tapi sepertinya aku harus menyelesaikan urusanku. Beristirahatlah sebelum mandi. Karna aku akan menyelesaikan yang tertunda" aku langsung berlari ke kamar mandi untuk mandi air dingin untuk menidurkan kembali adikku karna aku tidak mau berbuat lebih ke Chacha karna aku masih sadar akan hal itu.
-End Pov Elang
*****
Saat ini aku lagi dalam perjalanan menuju pemotretanku. Aku di antar oleh Elang dong pastinya. Ga berapa lama kita sampai di lokasi. Kita turun berdua karna Elang mau ngantar aku sampai dalam studio. Yah hari ini aku ada pemotretan baju pernikahan di dalam studio. Kita jalan beriringan Elang merangkul bahu aku.
Ketika udah di dalam aku melihat semua kru lagi sibuk menyiapkan untuk pemotretan dan Managerku beserta asistennya lagi sibuk mengecheck makeup dan baju yang akan aku kenakan, pokoknya semua lagi sibuk dengan pekerjaannya.
"Aku pergi dulu ya kamu yang semangat kerjanya, jangan lupa makan siang. Boleh jaga badan tapi harus makan juga, perut kamu gaboleh kosong dan ingat minum vitaminnya." Yah Elang selalu bawel kalau aku udah mulai kerja tumben nih ngomong singkat banget biasanya panjang banget. Aku memutar bola mataku jengah.
"Iya kamu bawel banget. Yaudah kamu hati-hati ya." Jawabku sambil memandang wajahnya tersenyum.
"Hari ini kayaknya cuma ini kita ketemu soalnya aku ada tugas sampai malam. Tapi nanti aku telvon deh. Aku usahakan besok buat kita ketemu, gapapa ya?" Elang merapikan rambutku yang menutupi wajahku.
"Yaudah deh tapi awas kalau lupa besok usahain ya." Tersenyum dengan mata puppy eyesku.
"Iya sayangku" aaaa aku tersenyum malu dengan perkataan 'sayangnya' kemudian aku langsung menyembunyikan wajahku didadanya. Dia terkekeh kemudian mencium puncak kepalaku. Menarik wajahku untuk menghadap dia dan dia mencium kedua mataku, hidungku, kedua pipiku dan terakhir bibirku dengan singkat. Aku tersenyum kemudian dia mencium dahiku terakhir dengan agak lama kemudian dilepaskannya.
"Aku pergi ya, daaahh" Elang langsung keluar ruang makeup dan aku pun tersenyum atas perilakunya. Setelah dia pergi aku langsung mendengar dehemen seorang pria dan aku menolehkan badanku kebelakang ternyata aku ga lihat daritadi ada Reno yang baru selesai di makeupin yang akan menjadi pasanganku dalam pemotretan.
Yah aku sering pemotretan bareng Reno dulu tapi hampir setengah tahun kami tidak ada job bersama dan kami sangat dekat dulu, sebenernya Reno menaruh rasa padaku tapi pada saat dia menyatakan cinta padaku ku tolak karna pada saat itu aku lagi menjalin suatu hubungan dengan seseorang. Aku sadar dan tersenyum langsung berlari kearahnya dan memeluknya yang pada saat itu sudah berdiri dan tersenyum.
"Aaaaa Reno gue kangen banget sama lo. Udah lama kita ga ketemu. Lo apa kabar?" Aku ga mau melepas pelukan aku sama halnya dengan Reno dia memeluk pinggangku posesif! Kita ngomong dalam keadaan pelukan.
"Aku juga kangen banget sama kamu cha. Kabar aku baik. Kamu apa kabar?" Jawabnya sambil mengelus rambutku.
"Kabar gue baik kok Ren" yah Reno ngomong ke aku pake "aku-kamu" gatau kenapa tapi aku tetap "gue-lo" karna Reno hanya temen aku.
"Pacar baru lagi hmmm?" Aku kaget langsung melepaskan pelukanku dan menatap wajahnya yang sangat sulit untuk diartikan. Dan aku bingung siapa yang dimaksud Reno aku mulai berpikir dan mengerutkan keningku sepertinya dia tahu kalau aku ga ngerti maksudnya dan dia menjelaskan.
"Yang ngantar kamu kesini tadi. Pacar baru kamu?" Setelah jawabannya aku langsung tau yang Reno maksud adalah Elang kemudian aku langsung tersenyum dan memeluknya menyembunyikan kepala aku di dadanya.
"Bukan. Itu sahabat gue kok. Gue lagi ga punya pacar sekarang." Kemudian dia langsung mengelus rambutku kembali.
"Yakin bukan pacar? Kok sahabat sampai segitunya sebegitu perhatiannya dan sampai cium-cium segala" aku ga tau ini cara dia ngomong emang kayak gini atau emang lagi cemburu ya? Aku ga mau menyimpulkannya sendiri.
"Yah gitulah, gue emang sahabatan kok sama dia udah ga ada status apa-apa." Aku hanya menjawab pertanyaan dia tanpa gatau harus mau gimana lagi. Dia mencium puncak kepala aku.
"Nanti habis pemotretan kita makan yuk ditempat biasa, udah lama kita ga kesana" Reno melepas pelukan kami dan menatap wajahku. Aku pun tersenyum dan menganggukkan kepalaku.
Kemudian Mbak Intan managerku datang dan menghampiriku. "Cha nanti lagi ya lo harus di makeupin sebentar lagi kita mau langsung. Soalnya banyak baju dan pose yang harus lo lakuin hari ini. Dan lo ga boleh ngeluh karna hari ini bakalan panjang banget rasanya"
Aku mendengar hal itu langsung lesu dan berjalan ketempat duduk yang akan aku pake untuk makeupan kalau Mbak Intan udah ngomong gitu berarti aku harus tahan satu hari ini karna kaki aku bakalan lemes dan hari ini pasti hari yang sangat melelahkan. Oke aku siap untuk hari ini! Fighting Chacha!!!!
*****
Akhirnya pemotretan aku selesai dan jam sudah menunjukkan pukul 21.20 malam dan pada saat ini aku baru mau makan! Yap aku lagi di restoran private room bareng Reno. Kita memang selalu makan disini dengan private room. Selesai pemotretan aku langsung pakai baju mini dress aku warna merah maroon tanpa lengan diatas lutut 15cm dengan atasan yang agak rendah yang sedikit menampakkan belahan d**a aku dan sepatu hills 10cm yang senada dengan baju aku. Sedangkan Reno memakai jeans warna hitam dan memakai kaos warna biru dan sepatu warna hitam.
Saat ini aku lagi duduk dipangkuan Reno dan menaikkan paha sebelah kanan aku ke paha sebelah kiri aku dan itu membuat dress aku naik keatas dan tangan aku lagi merangkul leher Reno. Reno memeluk pinggang aku agar ga jatuh dan sesekali mengelus lengan dan paha aku yang agak terbuka. Kita sambil ngbrol dengan posisi kayak gini.
Pelayan datang mengantar makanan dan posisi kita tetap sama. Pelayan laki-laki yang mengantar makanan melihat belahan d**a aku dan melihat paha aku yang tak tertutupi aku langsung mengedipkan mataku padanya dan dia tersenyum malu dengan wajah yang merah. Bilanglah kali ini aku menggoda. Yap aku sangat suka mengoda pria tapi tenang aku hanya membuat mereka terpancing setelah itu aku lepas.
Karna kan udah aku bilang aku ngejaga banget keperawananku. Dan cuma Elang yang boleh melihat dan merasakan tubuh aku kecuali keperawanan aku. Karnakan dia belum tentu jadi suami aku nantinya untuk yang lainnya boleh deh dia cicipi. Makanan kali ya. Aku bukan w************n tolong catat! Emang udah biasa kali di kerjaan aku yang kayak gini dan di kota kayak gini.
Reno sesekali menciumi cuping telinga aku dan aku senyum aja. Tak berapa lama ada yang menelvon ke hp Reno, kemudian Reno sepertinya merasa kesal karna diganggu namun dia langsung mengangkatnya.
"Iya nanti aku suruh dia check hpnya." "Oke sama-sama" itu percakapan yang ku dengar yang keluar dari mulut Reno. Kemudian dia menatapku.
"Hp kamu kemana? Katanya kamu di suruh check hp. Manager kamu yang nelvon aku tadi." Aku langsung kaget dan mengambil tasku yang di atas meja dan memgambil hpku. Kulihat 23 panggilan tak terjawab dari Elang dan 8 sms dari Elang, waktu aku mau buka itu sms, langsung ada panggilan masuk dari Elang dan aku langsung jawab.
"Kamu kemana aja si cha? Aku telvonin kamu ga angkat. Manager kamu bilang kamu udah selesai dari tadi. Aku khawatir cha." Dari nada suara Elang ngomong ke aku emang kedengaran khawatir. Aku langsung menghela nafas.
"Hp aku tadi di silent jadi aku gatau kalau kamu nelvon. Maaf ya udah buat kamu khawatir." Aku mendengar nafas lega dari Elang.
"Yaudah gapapa. Kata manager kamu, kamu lagi makan sama pasangan pemotretan kamu? Bener? Siapa namanya?" Tanyanya dengan selidik.
"Iya aku makan sama Reno." Jawabku sambil mengedipkan mataku pada Reno, Reno terkekeh dan menciumi punggung tanganku.
"Kamu ga lagi pakai baju terbuka kan? Kamu harus jaga diri kalau ga ada aku." Elang terus mengoceh mengingatkanku. Aku langsung tersenyum penuh arti dan melihat baju yang ku kenakan Reno melihat apa yang sedang ku perhatikan kemudian dia mengusap paha terbukaku dan meremasnya dan dia menciumi leherku dan aku mulai terlena dan mulai terbuai tapi aku masih sadar kalau Elang nelvon aku.
"Eeehhhhmmmmmm iyaaahhh akuhh ga pakai pakaiaan terbukahh kokk" jawabku yang menahan diriku untuk tidak mendesah. Kayaknya Elang sudah mulai curiga.
"Kamu kenapa kok jawabnya gitu? Kamu ga kenapa-kenapa kan? Apa perlu aku kesana jemput kamu cha?" Dia menanyaiku dengan suara khawatir menahan tangan Reno yang mulai mau masuk lebih dalam lagi dan menatap tajam ke arah Reno dan dia tersenyum penuh arti.
"Ga usah. Aku ga kenapa-kenapa. Tiba-tiba aku kedinginan aja andai saja kamu ada disini pasti aku langsung peluk kamu. Gausah khawatir aku udah mau pulang kok. Udah dulu ya nanti kalau udah dirumah aku telvon kamu lagi." Aku langsung menutup telvon dari Elang secara sepihak. Dan aku langsung bangkit dari pangkuan Reno.
"Cari kesempatan dalam kesempitan lo! Mau makan atau langsung pulang pilih!" Kataku yang mulai menahan gairahku. Reno langsung terkekeh dan menaikkan bahunya.
"Yaudah ayo kita makan aku udah lapar, tambah lapar lihat kamu." Reno ketawa dan aku langsung duduk di kursi aku dan mulai mencicipi makanan yang udah kita pesan.
*****
Ke esokkan harinya aku lagi belanja baju aku lagi milih dan mencocokkan ke badanku. Hari ini pakaian aku dress warna hijau tosca di atas lutut 10cm dan ada hiasan seperti tali pinggang di sekitaran pinggang dan hanya memakai flatshoes karna kakiku agak sedikit sakit disaat pemotretan dari pagi sampai malam pakai hills. Disaat aku milih baju ada yang langsung peluk aku dari belakang melingkarkan tanggannya di pinggangku dan meletakkan kepalanya di bahuku.
Tubuhku menegang, bukan karna kaget bukan. Tapi aku langsung tau pelukan ini dan bau tubuh si yang punya langsung membuatku mengenalinya siapa ini. Tanpa berbalik dan melihat ini aku pun langsung tau kalau ini adalah orang yang paling aku sayang dan paling aku rindukan tapi juga menjadi orang yang paling aku benci dan orang yang berhasil membuatku hancur seketika namanya adalah Arbian Prasetyo. Beberapa saat kami terdiam kemudian dia mengatakan sesuatu.
"Aku rindu kamu Biancha" dia mengecup kepalaku dan aku kembali menegang dan diam saja otakku berhenti seketika dan aku merakasan sesak nafas ga tau harus berbuat apa. Bukan karna ciuman yang diberikan bukan. Tapi karna perkataannya yang merindukanku dan nama "Biancha" yang disebutnya.
Jikalau pada saat itu dia mengatakannya padaku aku pasti orang yang paling beruntung di dunia. Dan nama Biancha yang disebutkannya adalah panggilannya kepadaku. "ArBIANCHAcha" yap penggabungan nama kami yang berarti Biannya Chacha, dan Chachanya Bian yang mengartikan kepemilikan. Aku langsung tersadar dan melepaskan tanggannya yang di pinggangku dan berusaha untuk pergi namun dia lebih cepat untuk menarik tanganku dan menghadapnya.
"Jangan menghindar lagi Biancha. Udah cukup berapa tahun ini kamu nyiksa aku. Aku merindukanmu. Aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Perasaan aku tetap sama kayak dulu. Dulu, semua itu hanya salah paham. Semua ga seperti apa yang kamu bayangkan. Tolong kasih aku penjelasan ke kamu. Aku mohon biancha. Aku membutuhkanmu." Raut wajah dan suaranya menunjukkan wajah penyesalan, memohon dan cinta? Aku ga mau menyalah artikan.
"Maaf, saya tidak kenal dengan anda. Mungkin anda salah orang? Dan maaf nama saya bukan Biancha. Tapi nama saya Chacha. Kalau begitu saya pergi dulu." Jawabku dan langsung melepas tangannya dan kemudian beranjak pergi namun lagi-lagi dia berhasil menahanku dan memelukku. Aku memberontak tapi dia semakin mengetatkan pelukannya hingga aku capek dan kemudian berhenti.
"Please Biancha jangan kayak gini aku mohon ke kamu. Dengarin aku dulu. Setelah itu terserah kamu mau gimana ke aku terserah. Tapi aku mohon kasih waktu untuk menjelaskannya ke kamu. Aku masih sangat mencintaimu. Dan aku yakin kamu juga masih mempunyai perasaan yang sama dengan aku."
Aku merasakan suaranya bergetar dan aku merasakan bajuku basah. Apakah itu air mata? Apakah dia menangis? Benarkah? Tapi buat apa dia menangis? Apakah dia merasa sedih? Atau apa? Aku mencoba menahan air mataku agar tak jatuh aku melepaskan pelukkannya dan menghadap dia dengan wajah sebisa aku menunjukkan rasa benci dan menatap sinis. Dia menghapus air matanya. Astagah dia benar emang nangis. Tapi untuk apa?
"Udah ga ada lagi yang perlu dijelaskan lagi Arbi" seketika dia menegang karna panggilanku kepadanya Arbi dan bukan Bian. Kalau panggilanku sudah menjadi Arbi pada saat itu aku pasti kecewa dan marah besar dan lebih parahnya lagi dia bukan berarti apa-apa lagi padaku! Kemudian aku melanjutkan perkataanku.
"Semuanya sudah selesai. Sama kayak perasaan gue semuanya sudah selesai. Aku udah ga merasakan apa-apa lagi sama lo. Semuanya udah hilang semuanya udah sirna bersama dengan kenangannya disaat 5 tahun yang lalu disaat lo udah ngehancurin hidup gue tanpa ada sedikit pun cela untuk gue bisa hidup. Dan rasa gue udah berubah, lo salah! CINTA GUE UDAH MATI BUAT LO! GUE-GA-AKAN-MENCINTAI-LO-LAGI!" Aku menekan di setiap kata-kata terakhir dia terdiam dan kurasakan ketegangan aku gatau lagi mau bilang bagaimana ekspresi wajahnya. Setelah itu aku langsung pergi meninggalkannya dan kali ini dia tidak menahanku lagi, aku gatau lagi apa yang dilakukannya aku berusaha secepat mungkin untuk lari ke toilet dan melepaskan semuanya.
Aku langsung masuk ketoilet dan aku langsung menangis sejadi-jadinya. Aku bersyukur pada saat ini toilet tidak ada penghuninya aku langsung mengeluarkan semuanya. Aku memukul-mukul dadaku karna merasakan sakit yang luar biasa. Aku bersandar di dinding dan merosot kebawah sampai jatuh terduduk di lantai sambil mengantukkan kepalaku ke dinding. Semua yang aku katakan tadi adalah bohong.
Semuanya bohong dan aku berhasil untuk menutupinya. Aku selalu membayangkannya selalu mengingat dia bahkan sampai aku terpuruk beberapa bulan tidak ingin keluar rumah karna merasakan sakit yang luar biasa. Dan terkadang aku selalu merindukannya dan menangis semalaman. Setelah hati aku siap dan kuat tidak ada lagi untuk mengingat dia dan aku mau maju dia datang dan mengatakan dia masih mencintaiku?
Atas apa yang dia lakukan dulu dan dengan gampangnya dia masih mengatakan itu padaku sekarang? Aku terus menangis dan menumpahkan semuanya aku ga pernah lagi seperti ini tapi semua pertahananku runtuh cuma karna dia mengatakan hal-hal yang membuat aku ahhhh entahlah.
Hampir setengah jam aku menangis dan aku bersyukur pada saat itu ga ada masuk ke toilet. Jadi mereka tidak melihat keadaan aku sekarang. Aku sadar karna Elang nelvon aku. Aku berusaha untuk menetralkan suaraku supaya tidak ketahuan habis nangis kurasa cukup aku mengangkatnya.
"Achaku kamu dimananya? Aku udah jalan kesana mungkin bentar lagi nyampe kok" aku langsung sadar kalau ternyata aku janjian sama Elang buat makan malam di sini. Kalau tadi aku ga masalah.
Tapi sekarang dengan keadaan yang seperti ini pasti tidak akan memungkinkan untuk ketemu sama Elang bisa-bisa aku langsung dihakimi mungkin sama Elang. Karna Elang sangat membenci Bian semenjak aku harus merasakan sakit dan terpuruk berbulan-bulan. Bahwa dia ingin sekali menghajar Bian pada saat itu sampai habis.
"Cha kamu masih disitu? Cha? Kamu dengerin aku ga cha?" Suara Elang membuatku tersadar.
"Masih kok. Hmmmm aku minta maaf ya lang aku lupa bilang ke kamu kalau tiba-tiba tadi mbak Intan nelvon aku ternyata aku ada ketemu sama bos iklan. Jadinya sekarang aku lagi dalam perjalanan mau ke sana. Maaf ya." Aku berusaha keras untuk menetralkan suaraku.
"Haha gapapa cha aku ngerti kok. Yaudah gapapa kamu hati-hati ya jaga diri jangan pakai pakaian terbuka. Kamu juga jangan lupa makan cha vitamin kamu juga jangan lupa diminum ya. Nanti kita atur ulang deh waktu ketemu kita ya." Aku bersyukur karna ternyata Elang ga maksa buat ketemu.
"Iya lang. Makasih ya. Aku tutup ya telvonnya soalnya udah di tujuan. Dah Elang. Bye!" Aku langsung mematikan telvon secara sepihak.
Aku langsung bangkit dan bercermin. Rambut aku berantakan mata aku bengkak banget gatau lagi deh ini bentuk wajah gimana. Aku langsung membersihkan wajahku dengan air dan memakai makeup yang selalu ku bawa di dalam tasku. Aku ngerasa udah cukup mendingan aku langsung keluar mall dan menyetop taxi di depan aku langsung pergi, aku butuh tempat untuk menenangkan pikiran aku. Aku butuh tempat dimana aku melupakan sejenak rasa sakit yang ada.
Setibanya aku turun dari taxi, saat ini aku berada di club malam yang ada di kemang. Aku langsung masuk dan duduk di depan bartender dan aku langsung memesan minumanku. Masnya sudah tau apa pesananku karna dia tahu apa biasanya kuminum. Dulu waktu aku juga jatuh dan butuh pengalihan aku akan selalu datang kesini untuk melupakan sejenak rasa sakitku yang ada.
Aku butuh pelampiasan dan jatuhnya alkohol. Aku terus meminta tambah minumanku disaat udah habis. Aku ga tau udah berapa botol yang udah aku habiskan. Yang pasti pikirankh jauh lebih tenang tapi kepalaku pusing sekali. Dan aku melihat seperti ada yang menahan badan aku disaat aku limbung. Aku mendengar sedikit perkataannya setelah itu aku gatau apa-apa karna semuanya gelap.