Friends

378 Kata
"Jangan bercanda, anjing! Kami baru saja melihat sesuatu yang lebih buruk daripada topeng jelekmu itu, anjing!" Umpat Rendra kesal. "Apa kau bilang? Beraninya kau meledek wajahku anak kecil!" bentakku kemudian mengeluarkan sebuah tulang dari tangan kananku lalu menusukkannya ke perut Rendra kemudian memutar kepalanya dengan tangan kiri ku sampai menghadap ke belakang. "Sial" umpat Ali menggenggam tangan Layla lalu menariknya berlari menuju pintu keluar. "Hei, tunggu aku!" Teriak Farhan yang ditinggal sendirian bersama mayat Rendra yang sudah bersimbah darah. "Sekarang giliran mu, gendut" ucapku kepada Farhan. "Sial, dimana pintu keluarnya? Kenapa tidak ketemu-ketemu?" Batin Ali kesal. "Ali berhenti!" Perintah Layla marah. "Kenapa kau meninggalkan Farhan disana!?" Bentak Layla. "Apa maksudmu? Aku menyelamatkanmu! Aku menyelamatkan kita berdua!" Bentak Ali ganti. "Dengan mengorbankan teman-teman kita!?" Balas Layla. "Ya, kalau kau mau tetap hidup dan membuat pengorbanan mereka tidak sia-sia!" jawab Ali. "Plak!" Tampar Layla keras ke wajah Ali. "Apa kau gila!? Kita bisa menyelamatkannya!" Bentak Layla kesal. "Kau tidak lihat Lucas sudah berubah jadi iblis!? Kalau kita tidak mengorbankan Farhan kita semua akan mati!" Balas Ali emosi. "Kalian semua memang akan mati hari ini, teman" ucapku yang sudah berada di belakang Layla. Aku mencengkeram wajah Layla dengan kuat lalu mengangkatnya ke udara. "Mmmph ... Lepaskan" ucap Layla meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari cengkramanku. "Ok" ucapku kemudian menghancurkan kepala gadis kecil itu tepat di depan anak laki-laki yang disukainya. Darah dari kepala Layla yang hancur membasahi wajah kami berdua, bocah yang sama-sama menyukainya. "A-pa yang kau lakukan, Lucas?" Tanya Ali yang terduduk dengan tatapan kosong kepada mayat Layla yang sudah tidak berkepala lagi. Aku duduk mengikuti Ali menghadap mayat Layla. "Bukankah ini akhir yang adil bagi kalian berdua?" Ucapku menatap mayat itu datar. "Apa maksudmu? Kau pikir membunuhnya menyelesaikan masalah kita!?" Teriak Ali emosi lalu memukuli kepalaku membabi-buta hingga kedua tangannya berlumuran darah. "Apa maumu, anjing!?" Umpat Ali yang semakin menggila. "Kau membunuh teman-temanmu seenaknya hanya karena dia lebih memilihku!?" Tanya Ali yang terus memukuliku sampai kedua telapak tangannya hancur. "Kau juga harus mati, b*****t!" Umpat Ali melontarkan pukulan terakhirnya sebelum dia kehilangan telapak tangannya selamanya. "Aku sudah mati begitu juga dengan kalian!" Teriakku mengeluarkan tulang-tulang dari dalam tubuhku dan menusukkannya ke tubuh Ali secara bertubi-tubi hingga tubuhnya hancur menyisakan sepasang kaki, tangan dan kepala dengan sepasang mata yang melotot kepadaku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN