Mengalah

1073 Kata
Dior memutuskan untuk tidak jadi menginap di rumah Alaska. Malam itu juga Dior pergi dari rumah itu, meski Alaska sudah berusaha menahannya dan menawarkan untuk mengantarnya pulang, tapi Dior menolaknya. Sekarang, perasaan keduanya menjadi semakin kalut. Tanpa Alaska tahu kalau kedatangannya ke rumahnya tadi sebelum Sandy keluar dari rumahnya, ternyata Dior sudah mendengar semuanya. Semua yang dibicarakan oleh Sandy dan Alaska. Dior hanya bisa menangis demi bisa bertahan pada keadaannya sekarang. Yang ada dipikirannya saat ini adalah kalau hidupnya selalu dimanfaatkan oleh orang-orang di sekitar disadarinya ataupun tidak disadari olehnya. “Ceraikan Dior secepatnya atau kamu mengungkapkan hal yang sebenarnya alasanmu menikahinya!” “Memangnya siapa kamu sampai berani meminta hal ini padaku?!! Ha?!!” “Setidaknya, kebrengsekanku tidak aku tutupi darinya, daripada kamu yang tampak melindunginya tapi kamu bagaikan ular yang berbisa untuknya!!” Sandy memekik tajam dengan kedua mata membesar dan menunjukkan kemurkaannya di hadapan Alaska. “Jangan ikut campur dengan urusanku dan Dior, kamu hanya orang lain yang baru hadir dari hidup Dior.” “Kamu pikir begitu?” “Apa maksudmu?” “Aku bahkan sudah mengenal Dior sangat lama. Bahkan, hubungan kami jauh lebih dekat dari apa yang kamu ketahui selama ini.” Alaska pun bergeming dengan ekspresi terkejut. Betapa tidak terimanya dia setelah mengetahui hal itu. “Berhenti memanfaatkan Dior atau aku akan kembali memberimu pelajaran yang jauh lebih parah daripada sebelumnya!!” “Lakukan jika kamu berani, karena aku tidak akan mau melakukan perintahmu kecuali Dior yang meminta langsung padaku.” “b******k kamu!!” Sandy pun segera pergi meninggalkan Alaska dengan segala kemarahannya yang tidak bisa tuntas dia keluarkan di hadapan pria itu. Dan, begitu Sandy keluar dari rumah itu, dia langsung dikejutkan oleh keberadaan Dior yang sudah ada di depan pintu rumah Alaska. “Sandy?? Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” Begitulah. Setelah mendengar tentang realita yang sesungguhnya tentang Alaska, Dior pun berpura-pura tidak mendengar apa-apa dari obrolan dua pria itu barusan. Untuk sementara, Dior akan menahan kemarahannya pada Alaska, tapi ternyata... Aku tidak bisa menahannya. Satu menit saja terasa bagaikan satu jam untukku. Aku tidak ingin lagi menahan semuanya. Aku ingin dia tahu kalau aku tidak bisa dibodohi dan kalau aku adalah wanita yang kuat. Hanya itu saja yang ingin aku tunjukkan padanya. ** Aston terdiam sangat lama setelah Alaska mengatakan semuanya tentang apa yang sedang terjadi pada dia, Dior, Sandy, dan Callia. Hanya saja Alaska tidak mengatakan hal yang sebenarnya mengenai bertukar pasangan yang direncanakan oleh Lyra. Yang Alaska katakan hanyalah perihal perceraiannya dengan Dior dan juga— “Kamu sudah menjadi asisten pribadiku hampir 10 tahun dan aku telah percaya penuh padamu.” Ucap Aston, mengawali perkataannya yang terdengar gundah. “Tapi, kenapa kamu tidak mempercayai aku?” Alaska bingung saat mendengar perkataan Aston. “Sejujurnya, aku merasa lega saat kamu meminta izin untuk menikahi Dior meski aku merasa kecewa dengan pria pilihan Dior, yang ternyata kamu orangnya. Akan tetapi,” Aston mengangkat wajahnya dan menatap marah Alaska yang berdiri tidak juah darinya. “Kamu membohongiku sekarang.” “A-aku minta maaf, Tuan. Aku hanya sudah merasa buntu untuk mencari uang demi bisa menebus Bapakku yang berada di dalam penjara.” “Tapi, kamu berani memanfaatkan putriku.” Saat itu juga, Alaska langsung bersimpuh di hadapan Aston untuk meminta maaf pada pria itu. “Aku tahu kalau perbuatanku telah mengecewakanmu, tapi aku juga tidak bisa membohongimu kalau sebenarnya aku sangat mencintai Dior.” “Cinta kamu bilang?” Aston memekik kut. Wajahnya memasang seringai tajam dengan raut wajah murka. Dia pun beranjak dari kursi dan berjalan mendekati Alaska. “Cintamu itu menyakiti putriku dan aku tidak akan bisa menerima alasan apapun darimu, termasuk alasan kalau kamu mencintai Dior.” Alaska hanya bisa pasrah menerima kemarahan Aston. Dia tahu betul seperti apa Aston kalau sudah marah. Selama ini dia berusaha untuk tidak membuat pria paruh baya itu marah, tapi dia malah membuat kesalahan yang sangat fatal dan akan sulit untuk termaafkan. Pagi harinya, Aston sarapan dengan biasa bersama istri dan kedua putrinya. Semula tampak baik-baik saja dan seperti tidak ada masalah yang terjadi. Akan tetapi, “Aku sudah selesai makannya.” Aston menyudahi sarapannya yang hanya menyantap selembar roti panggang dengan selai nanas dan setengah cangkir kopi panas. “Sayang, kenapa sarapan kamu hanya sedikit sekali? Tidak biasanya. Hari ini kamu akan sibuk dengan pekerjaanmu, jadi kamu juga harus mengisi perutmu dengan protein selain karbohidrat.” Ucap Lyra, ketika Astin bangkit dari kursinya. “Jangan terlalu mengkhawatirkan kondisiku, aku akan baik-baik saja. Yang perlu kamu khawatirkan adalah dirimu sendiri.” “Maksud kamu, Sayang?” “Pikirkan sendiri ucapanku!” Aston berdecit, lalu dia berlalu pergi meninggalkan ruang makan. Sikap dan ucapan suaminya itu membuat Lyra bingung dan bertanya-tanya. “Apa yang sedang terjadi padanya? Kenapa dia bersikap seketus itu padaku?” Gumamnya pelan. Kemudian, kepalanya berputar perlahan ke arah Dior yang duduk di sebrangnya. Tanpa ragu, wanita tua itu langsung mencurigai Dior. “Dior!” Panggilanya dengan hentakan kecil. “Apa yang telah terjadi pada kamu dan Papamu? Apa kamu telah melakukan kesalahan besar padanya hingga membuatnya marah?” Lyra main menuduh Dior begitu saja, tanpa memikirkan akibat dari pertanyaannya itu. Dior yang masih menikmati sarapannya pun bersikap pura-pura tidak peduli. Dia tetap makan dengan sikap anggun tanpa mengangkat wajahnya sedikit pun. Melihat sikap Dior yang seperti itu membuat Callia yang duduk tepat di depannya menjadi jengkel. “Apa telingamu sudah tuli sampai kamu tidak mendengar suara Mama yang keras memanggil namamu?” “Jangan mengusikku saat ini. Aku sedang tidak ingin diusik. Yang ingin aku lakukan hanyalah sarapan sampai makananku habis tak tersisa.” Dior membalas dengan nada santai. Tangannya tetap memotong lembut pancake dengan maple syrup tanpa mau mengangkat pandangan matanya ama sekali. Tentu saja sikap Dior itu membuat Callia geram. Dia pun tidak bisa tinggal diam saat dia dan Lyra diperlakukan seperti itu oleh Dior. Dia ingin menyerang Dior untuk memberi pelajaran pada kakak perempuannya. Tapi, Lyra menahan cepat aksinya dan dia meminta Callia untuk tetap duduk di kursinya dan melanjutkan sarapannya. ** EPILOG Dior sengaja tidak berteduh dan membiarkn seluruh tubuhnya kebasahan di bawah derasnya guyuran hujam. Dior hanya ingn kalau air matanya ditutup oleh hujan yang mengalir wajahnya. Tapi, seseorang datang tiba-tiba dan memayungi dirinya yang sudah terlanjur basah kuyup. “Ayo, ikut denganku!” Kata orang itu mengajak Dior. Dia merangkul bahu Dior tanpa peduli kalau bajunya juga ikut basah kuyup. Dior pun menyetujui ajakan orang itu yang sudah baik mau membantunya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN