Honeymoon

1069 Kata
Malam itu, aku merasa diriku paling kecil. Semua orang seolah seperti menertawakan aku setelah aku mengalami kepahitan hidup.Padahal mereka berpikir kalau aku seharusnya beruntung karena terlahir dalam keadaan cantik, cerdas, dan mempesona sampai detik ini. Namun realita yang aku tutupi selama ini, akhirnya terlihat juga oleh mereka. Meski aku tidak pernah sengaja menutupi kepahitan dan kesedihan hidupku terhadap orang-orang yang mengaku peduli padaku padahal mereka munafik, tapi tetap saja rasanya sakit ketika pikiran dan perasaanku berkata kalau mereka senang dengan kegagalanku dalam banyak hal, salah satunya adalah kekuatanku yang tampak hebat namun sebenarnya aku lemah. Dua kaki tampak melangkah berjalan menghampirinya. Dior yang sedang berjongkok di bawah guyuran hujan di waktu dini hari, sama sekali tidak mampu mengangkat pandangannya karena tubuhnya lemah, dan dia hanya mampu melihat samar-samar apapun yang ada di sekitarnya saat ini. “Aku hanya ingin tidur dengan nyenyak saja. Hanya itu yang aku butuhkan saat ini, tanpa harus memikirkan apapun yang sedang aku alami saat ini.” Akhirnya, langkah kaki orang itu berhenti tepat di hadapannya. Sekarang, Dior bisa melihat cukup jelas, ada sepasang sepatu pantopel hitam dari brand ternama yang dikenakan oleh orang itu. Hanya sebatas itu saja yang bisa Dior lihat saat ini, tetapi Dior bisa merasakan kehangatan dari keberadaan orang itu yang sedang memayunginya saat ini dan juga memakaikan jaket di tubuhnya. “Ayo, ikut denganku!” Orang itu merangkul tubuhnya. Dior pun mengangguk, lalu mereka berjalan bersama menuju mobil yang masih menyalakan lampu hazard. Dior ikut bersama orang itu ke suatu tempat. Tidak ada obrolan di antara mereka sepanjang perjalanan, dan yang Dior rasakan hanyalah rasa lemas tubuhnya hingga dia tertidur di atas bahu orang itu saat di pertengahan jalan. Pagi harinya, saat Dior terbangun dari tidurnya, dia sudah mendapati dirinya sudah ada di atas ranjang di dalam kamarnya. Saat itu juga, Dior mencoba mengingat semua kejadian yang di alaminya saat dini hari tadi. Tapi, Dior masih sulit untuk mengingatnya meski dia sudah berusaha keras untuk memikirkannya. Tok... tok... tok... Suara ketukan pintu melepas lamunan singka Dior. Dia pun segera turun dari atas ranjang dan berjalan menuju pintu untuk membukanya. Cklek, “Permisi, Nona Dior. Anda diminta Tuan untuk segera pergi ke ruang makan sekarang.” Beritahu seorang pelayan wanita padanya. “Baiklah, aku akan segera ke sana sekarang.” ** AVORY TOWER Alaska ragu untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Dia merasa tidak punya muka setelah mengakui kesalahannya pada Aston, Alaska pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya yang sudah hampir 10 tahun dia kerjakan secara profesional. Alaska pun kembali teringat dengan kejadian semalam yang masih terus membayangi pikirannya. “Apa ini?” Aston bertanya, saat melihat sebuah amplop putih yang Alaska berikan kepadanya. Amplop dengan perihal surat pengunduran diri. “Aku minta maaf karena telah mengecewakan anda. Jadi, aku akan mengundurkan diri dari pekerjaanku ini.” Aston tidak mengatakan apapun selain mengambil amplop berisi surat tersebut lalu membacanya. Setelah membaca dalam waktu singkat, Aston kembali memasukkan kertas itu ke dalam amplop dan mengembalikannya pada Alaska. “Pergilah dari sini sekarang dan bawa kembali amplop itu bersamamu.” Titahnya, tanpa melihat ke arah Alaska. Alaska tidak terlalu paham dengan perintah yang Aston berikan padanya. Dia hanya melakukan perintah dari Bosnya saja tanpa menolak sedikit pun. Kejadian itu telah berlalu beberapa jam yang lalu dan masih menyisakan pertanyaan di dalam benaknya. Sekarang, dia sudah berdiri di depan ruang kerja Aston dan kedua kakinya kembali dia gerakkan untuk menghadapi apapun yang terjadi nantinya. Tok... tok... tok... Alaska mengetuk pintu, lalu sahutan dari dalam ruangan itu langsung terdengar untuk menyuruhnya masuk ke dalam. Alaska membuka pintu dan mendapati Aston yang sedang di hadapkan oleh tumpukan dokumen penting untuk pekerjaan mereka. “Duduklah!” Titahnya, dengan ekspresi biasa. Alaska duduk di hadapan Aston dengan cukup gugup. “Ambillah ini!” Aston memberikan sebuah ampolop yang sama namun dengan isi yang jauh berbeda. Alaska mengambil amplop itu dan membukanya. Di dalam kertas itu sangat jelas bertuliskan Honeymoon. “I-ini apa, Tuan?” “Kamu tidak bisa membacanya.” “Bisa. Hanya saja...” “Baca tempat dan tanggal keberangkatannya.” Ucap Aston, memotong perkataan Alaska. “Aku... aku...” Aston pun kembali memotong perkataan Alaska. “Wajar saja kalau seorang anak melakukan kesalahan pada orang tuanya, sekalipun kesalahannya sangat fatal. Akan tetapi, jika kesalahannya masih bisa diperbaiki dan yang utama adalah dia mau mengakui kesalahannya, maka ubahlah semua yang tidak baik menjadi baik kembali.” Alaska langsung paham dengan maksud dari ucapan Aston. Dia pun tidak ingin menolak hadiah pernikahannya itu. Meski pernikahannya dengan Dior sudah berada di ujung tanduk, tapi dia ingin mencoba memperbaikinya demi Aston dan bukan demi Dior lagi. Sementara itu, Dior sedang duduk berhadapan dengan Sandy. Dia meragu untuk mengatakan tujuan bertemu. Dia pun berdiam sangat lama tapi Sandy juga ikut diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dddrr... dddrr... Deringan dari panggilan telpon yang masuk ke ponsel Dior langsung mencairkan sedikit kekakuan yang sedang terjadi di antara mereka. Dior pun segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Begitu melihat kalau yang menghubunginya adalah Alaska, Dior memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. “Aku akan mengatakannya dengan cepat.” Ucap Dior dengan sikap gugup yang sulit untuk dia tutupi. “Ya, katakanlah. Aku akan mendengarkannya dengan teliti.” Balas Sandy. “Aku ingin kamu tetap menikahi Callia.” “Tidak bisa.” Sandy mengatakan dengan cepat. Ucapan Sandy langsung mengangkat pandangan mata Dior dan Dior pun menatap Sandy dengan sangat tegas. “Aku tidak bisa menikahi wanita yang tidak aku cintai. Aku bukan kamu dan aku adalah— aku!” Ucap Sandy dengan tegas dan lugas. Deg! Jantung Dior tersentak kaget. Dia merasa sangat tersindir dengan perkataan Sandy tersebut. “Hanya karena menginginkan sesuatu yang berhubungan dengan dunia, aku sampai harus mengorbankan perasaanku sendiri. Jika aku sampai melakukannya, maka seumur hidupku aku tidak akan pernah merasa bahagia.” “Lantas, di mana letak kebahagiaanmu yang sebenarnya?” “Ada di kamu. Hanya kamu.” Jelas Sandy. Deg! Jantung Dior kembali tersentak kaget untuk yang kedua kalinya. “Aku akan menyutujui untuk bertukar pasangan dengan Alaska. Ide dari calon Ibu mertuaku itu memang sangat brilian dan aku merasa senang dengan idenya itu. “Lantas?” “Aku akan mempertahankan keinginanku sampai aku merasa lelah dan ingin menyerah.” Dior merasa kewalahan dengan sifat keras kepala Sandy yang tidak tampak selama ini. “Aku saja kalau kamu juga mencintai aku, Dior. Akui itu.” TIDAK. Kamu salah paham pada perasaanku selama ini, Sandy. ***

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN