Pengakuan

1120 Kata
Dior duduk di halaman Rumah Sakit sendirian sambil merenungkan tentang Alaska. “Apa yang sebenarnya terjadi pada perasaanku terhadapnya? Kenapa aku berusaha keras untuk mencari cara agar aku tidak sampai bercerai dengannya? Padahal, pernikahan kami hanya;ah pernikahan sandiwara.” Batinnya. “Apa mungkin karena—“ Dior berpikir cukup panjang sebelum memastikan hal itu. “Ya. Pasti karena itu. Makanya aku belum rela jika harus bercerai dengannya. Setelah misi balas dendamku selesai, barulah aku rela bahkan mudah untuk menerima perceraian dengannya.” Dior pun memastikan hal itu. “Pokoknya, aku dan Alaska tidak boleh bercerai sampai misi balas dendamku selesai!” “Dior.” Dior langsung tersentak kaget begitu mendengar suara Karen yang muncul tiba-tiba. “Karen??? Kok kamu bisa ada di sini?” “Tentu saja bisa, karena aku lah yang mengantar Alaska sampai ke Rumah Sakit.” “Kok— bisa?” “Kan. Sudah aku duga. Pasti kamu akan terus bertanya dari semua jawabanku atas pertanyaanmu itu.” “Baiklah, aku akan berhenti bertanya. Asalkan kamu menjelaskan secara detail tentang apa yang telah terjadi pada Alaska.” “Oke. Aku akan memberitahu kamu. Asalkan juga, kamu bisa menjawab dengan jujur pertanyaanku. Hanya satu pertanyaan.” “Oke. Aku akan menjawabnya, jika hanya satu pertanyaan saja.” Karen pun langsung bertanya secara to the point pada Dior tentang sesuatu. “Apa kamu menyukai Alaska?” Pertanyaan itu. Pertanyaan yang langsung membuat Dior bergeming. Pertanyaan itu sama persis seperti yang Ilsyad tanyakan padaku sebelum kami meninggalkan makam Ibu. ** Dior kembali ke ruang perawatan Alaska dan pemandangan mengecewakan sudah tidak lagi dia lihat sehingga membuat langkah kakinya mudah untuk berjalan ke arah Alaska yang terbaring dengan infusan di atas ranjang. Dior menatap teduh Alaska yang sedang tidur. Dia menatap sangat dalam bersamaan dengan gejolak perasaannya yang tidak karuan terhadap pria itu. Masa kecil yang sering mereka lalui bersama membuat mereka menjadi orang yang tidak lagi asing satu sama lain. Sifat, kebiasaan, dan juga perilaku yang sudah mereka saling ketahui satu sama lain bukan lagi aib yang perlu mereka tutupi atau pun bukan juga sesuatu yang harus saling mereka pelajari lagi. Tetapi, seiring berjalannya waktu ternyata semuanya telah berubah. Dior menjadi asing untuk Alaska sejak kematian Ann. Sedangkan, Alaska menjadi canggung saat bersama Dior sejak dia memiliki satu rasa yang belum pasti terhadap Dior, yaitu perasaan cinta. Apakah Alaska jatuh cinta pada Dior? Dia sendiri tidak tahu, lantaran dia sering digeluti dengan perasaan bimbang mengenai sikap dan pemikiran wanita itu. Belum usai lamunannya berakhir sampai tuntas, tiba-tiba saja Alaska membuka matanya dan langsung mengagetkan Dior yang sedang berdiri di sampin ranjang. “Akhirnya kamu menemukan aku.” Ucap Alaska dengan senyuman tipis. Melihat senyuman Alaska membuat Dior ingin ikut tersenyum tapi dia terlalu gengsi untuk melakukannya. Yang dia lakukan malah memaling tatapannya ke luar jendela. “Apa yang terjadi denganmu?” “Terluka.” “Aku juga tahu itu. Tapi, kenapa kamu bisa sampai terluka seperti ini?” “Apa kamu mengkhawatirkan aku?” “Ha!??” “Jawablah. Apa kamu mengkhawatirkan aku?” “Kenapa semua orang menyebalkan sekali akhir-akhir ini? Kalian semua mempertanyakan hal yang serupa padaku. Apa kamu yang sengaja menyuruh mereka bertanya seperti itu padaku? Ha? Apa kamu butuh pengakuan soal perasaan aku padamu? Begitu?” Mendengar ucapan Dior, Alaska langsung membuang nafas sesal. “Jika kedatanganmu ke sini hanya ingin membuat sakitku semakin parah, lebih baik kamu pergi sekarang.” “Ka-kamu mengusir aku?” “Kamu bahkan dengan sengaja datang ke rumah kita yang telah aku persiapkan untuk pernikahan kita, tanpa seizin aku.” “Ba-bagaimana kamu mengetahuinya?” “Kamu terlalu ceroboh untuk menyembunyikannya, Dior. Aku mengenalmu bukan baru 10 tahun saja, tapi lebih dari itu. Tapi, mengapa kamu memilih untuk menjadi Dior yang berbeda dengan yang dulu?” Dior bergeming begitu Alaska mengatakan hal itu padanya. “Jangan membahas soal perubahanku? Kalau memang kamu merasa mengenali aku sangat dalam, berarti seharusnya kamu tahu kalau aku bukanlah orang yang suka membahas hal lain selain—“ “Seseorang memukuliku tiba-tiba.” Ucap Alaska, cepat. Lantaran dia enggan berdebat panjang dengan perempuan idealis yang satu ini. “Siapa orangnya? Musuh keluargaku? Musuh bisnis perusahaan Nobii Group? Siapa orang yang berani memukulimu? Cepat beri tahu aku.” “Jika aku beritahu, apa yang akan kamu lakukan pada orang itu?” “Tentu saja membalas perbuatan yang telah orang itu lakukan padamu!” “Kamu punya nyali sebesar itu?” “Tentu saja!” Jawab Dior, penuh percaya diri. “Kamu pikir, aku selemah apa sampai tidak berani melawan orang yang telah merugikan kita? Ha?!” “Hem...” Alaska tersenyum. “Apa jangan-jangan kamu mulai menyukaiku sampai kamu semarah ini saat tahu aku dipukuli oleh seseorang?” Alaska malah menggoda Dior yang sedang serius kesal. Dior yang mendengar perkataan Alaska tersebut langsung melepaskan sedekapnya. “Percaya diri sekali kamu sampai berani mengutarakan pikiranmu itu? Mustahil aku bisa menyukai manusia seperti kamu kalau bukan karena sesuatu.” “Ahh, berarti memang aku terlalu kegeeran saja. Kalau begitu, lupakan soal rasa penasaranmu terhadap orang yang telah memukulku, lupakan juga soal rasa suka kamu padaku yang telah salah aku tanyakan padamu, dan lupakan soal rumah yang telah aku beli untuk pernikahan kita. Aku berharap istri palsuku tidak lagi datang ke rumah itu, jadi—“ Sambil memalingkan wajahnya dari tatapan Dior, Alaska membuka telapak tangan kanannya ke arah Dior. “Kembalikan kunci rumah itu, karena itu rumahku.” Dior merasa sangat kesal dengan sikap Alaska yang sangat kekanak-kanakan sekali, tanpa mengetahui sebab yang sebenarnya sampai Alaska bersikap seperti itu padanya. “Memang seharusnya aku tidak mengkhawatirkanmu sampai seperti ini, karena kamu masih saja senang membuatku marah dengan sikapmu yang labil. Lebih baik aku pergi sekarang.” Dior segera bangkit dari kursi untuk meninggalkan tempat itu sekarang juga. Tapi, Alaska menahan cepat tangan Dior saat Dior hendak pergi meninggalkannya. “Apa yang sedang kamu lakukan?” “Menahanmu.”Alaska menjawab cepat. “Aku ingin kamu tetap berada di sini untuk menemaniku sampai besok pagi.” “Kamu meminta aku menginap di sini, setelah kamu melakukan kesalahan padaku?” “Iya.” “Kamu benar-benar menganggapku terlalu mudah.” “Duduklah kembali. Aku ingin istriku patuh padaku sekali-kali.” “Bermimpi saja jika kamu menginginkan itu.” “Dior, please.” Alaska mencoba membujuk Dior dengan tatapan mautnya yang terus berbinar-binar. Tapi, Dior tetap saja masih mempertimbangkannya. “Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk menemaniku di sini. Tapi, tolong mendekatlah sejenak padaku. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, hanya padamu saja.” Dior terpaksa memenuhi permintaan Alaska. Dia segera menurunkan badannya kembali dan mendekati wajah Alaska untuk mendengar sesuatu dari mulut pria itu. “Dior, aku mencintai kamu.” Ucapnya, membisik pelan dekat telinga Dior. Deg! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN