Mengakhiri Pernikahan

1095 Kata
Dior menatap dengan sendu Alaska yang tampak ragu ingin mengatakan sesuatu padanya, dan sikap yang Alaska tunjukkan padanya itu membuat Dior sedikit kesal lantaran Alaska terlalu mengulur waktunya yang sangat berharga bagi Dior. “Aku beri waktu sampai 5 menit ke depan. Kalau dalam hitungan detik ke 300 kamu masih belum juga mengatakan tujuan kedatanganmu ke sini, maka terpaksa aku harus menyuruh kamu pergi dari sini.” Ucap Dior, sambil meraih tangan kirinya untuk melihat jam di tangannya. Alaska langsung menarik nafas panjang dan menghembuskannya cukup kasar. Tanpa basi-basi lagi, Alaska pun akhirnya mengatakan alasan kedatangannya menemui Dior sampai ke tempat kerja. “Aku tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan sandiwara ini.” Ucap Alaska dengan lugas dan jelas. “A-apa? Ma-maksud kamu, kamu ingin bercerai dengan aku secepatnya?” “Iya.” Dior mengukir senyuman sarkas dengan desahan. Dia tidak percaya kalau Alaska akan mengajaknya bermain seperti ini. “Apa kamu sedang luang saat ini?” “Maksud kamu?” “Mungkin saja Tuan Aston sedang memberimu waktu untuk beristirahat beberapa hari lantaran tenaga dan pikiran kamu selama ini dikuras habis-habisan olehnya. Jadi, waktu luangmu saat ini kamu gunakan untuk memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan.” “Aku bahkan jauh lebih sibuk saat ini, karena ada beberapa proyek yang baru saja masuk ke Nobii Group dan aku harus mengurus semuanya itu tanpa boleh melakukan kesalahan sedikit pun.” “So? Apa hubungannya dengan perceraian yang kamu minta ke aku?” “Aku tidak ingin terus berada dalam kebohongan besar. Semua ini membuatku merasa tidak bisa hidup nyaman.” “Kamu memang licik. Aku bahkan rela menikah dengan kamu dan diketahui oleh banyak orang, kalau suami aku hanya seorang asisten Presdir. Tapi, kamu malah berulah seperti ini.” “Itulah mengapa aku ingin menceraikan kamu, karena aku ingin menghentikan rasa malumu. Kamu yang cantik, pintar, dan mandiri. Semua orang akan berpikir betapa ruginya kamu menikah dengan pria seperti aku, karena tidak ada satu pun yang bisa kamu banggakan dariku untuk menjadi suami kamu, meskipun hanya suami sandiwara saja.” Dior pun bergeming setelah mendengar perkataan Alaska. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah tanggung jawab soal pekerjaannya saja, maka dari itu pikirannya tidak bisa sejala dengan yang dikatakan oleh Alaska. “Kita bertemu sepulang kerja nanti.” Ucap Dior, melepaskan tatapan matanya dan lamunan singkatnya. Dia segera bersiap-siap untuk bekerja dan akan menunda sejenak masalah yang sedang dibahas oleh Alaska. “Baiklah.” Alaska terpaksa menyetujuinya. “Aku akan menjemputmu ke sini sepulang kerja nanti.” “Tidak perlu. Kita janjian saja di tempat lain. Nanti akan aku beritahu tempatnya.” Dior sedikit mengabaikan Alaska sejak dia melepaskan tatapan matanya tadi. Dia sengaja menyibukkan diri melihat berkas-berkas di lemari buku yang ada di ruangannya. Dior baru melepaskan kesibukannya itu setelah Alaska berpamitan dan pergi dari ruangannya. Dior langsung membuang nafas lega sambil menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. “Kenapa dia selalu menyulitkan perasaanku dari dulu sampai saat ini? Bahkan, diusianya yang sudah dewasa dia masih belum juga memahami perasaanku terhadapnya. Akh, menyebalkan sekali dia!” FLASHBACK Dua tiket konser Band ternama dari luar negeri akhirnya berhasil Dior dapatkan setelah dia berusaha mati-matian untuk war ticket via online. Tanpa mau menunda lagi, Dior bergegas keluar dari kamarnya untuk mencari seseorang yang akan dia ajak untuk pergi nonton konser bersamanya. Langkah kakinya berlari kecil menuruni lantai basement rumahnya yang sangat luas bak istana seperti yang ada di negeri dongeng. Tapi, belum sampai ke kamar seseorang yang menjadi tujuannya, langkah kaki Dior sudah berhenti duluan ketika dia mendengar percakapan orang itu melalui sambungan telpon dengan seorang perempuan. Percakapan yang membuat Dior langsung mengurungkan niatnya detik itu juga untuk memberikan tiket tersebut pada orang itu. Dior yang merasa sangat kecewa langsung meremas tiket tersebut dan membuangnya. FLASHBACK END ----------------------------- Tanpa Dior tahu kalau tiket yang dia buang beberapa tahun silam telah diambil orang yang memang ingin diberi tiket tersebut olehnya, dan tiket itu telah disimpan dengan baik oleh orang itu. “Kamu memang sudah berubah. Kamu bukan lagi Dior yang bersahabat seperti dulu lagi.” Ucapnya, sambil memegang tiket konser dan mengenangnya. Dddrr... dddrr... Lamunan Alaska pecah saat ponselnya berdering. Dia pun segera mengangkat panggilan telpon itu. “Halo,” “[Temui aku sekarang. Kita harus bicara. Alamatnya sudah aku kirim melalui pesan.]” Titah seseorang dari balik panggilan telpon tersebut. Alaska tidak ingin menolak perintah tersebut. Dia segera pergi menemui orang itu di tempat yang telah ditentukan oleh orang tersebut. Setibanya Alaska di tempat tujuannya. Dia langsung turun dari mobilnya dan mencari keberadaan orang itu. Tapi, tiba-tiba saja serangan menghampirinya. Orang itu memukul Alaska dari belakang dan membuat Alaska langsung tersungkur ke aspal. Seperti menyimpan dendam pada Alaska, orang itu terus memukuli Alaska yang tidak berdaya. Pukulan itu terus menyerang wajah Alaska, dan setelah merasa puas menghajar habis-habisan Alaska hingga Alaska terluka. Barulah orang itu menghentikan serangannya. Dengan nafas terengah-engah orang itu mengancam Alaska sebelum dia pergi meninggalkan Alaska. “Aku tidak akan tinggal diam kalau kamu terus menyakiti Dior. Bahkan, aku tidak akan segan untuk membunuhmu sampai aku tahu kalau kamu kembali melukai perasaan Dior!!” Kemudian, orang itu pergi dan meninggalkan Alaska yang penuh luka begitu saja. Alaska tidak menyangka sama sekali kalau dia akan mengalami hal ini. Dia pikir, menemui orang itu akan menjadi solusi dari masalahnya saat ini. Tapi, ternyata malah sebaliknya. Sore harinya, Alaska memberi kabar pada Dior kalau dia batal bertemu dengan Dior dengan alasan kesibukan pekerjaannya. Dior yang sudah sengaja mengatur waktunya demi bertemu dengan Alaska untuk membicarakan soal pernikahan mereka menjadi sangat kesal. Dia tidak terima begitu saja dengan pembatalan pertemuan mereka begitu saja. Dia pun segera menghampiri Alaska ke Menara Avory untuk menemui Alaska. Akan tetapi... “Apa Nona Dior belum mengetahuinya?” “Belum. Di mana dia sekarang?” Dior langsung pergi berlari menuju ke Rumah Sakit yang berada tidak jauh dari Avory Tower begitu dia mengetahui kondisi Alaska. Saking mengkhawatirkan kondisi pria itu, Dior sampai mengabaikan kakinya yang sudah lecet dari tadi karena dipaksakan berlari menggunakan high heels, padahal Dior tidak pernah ahli memakai high heels dari dulu meski sudah sering memakainya setiap berada di lingkungan kerjanya. Langkah kakinya semakin dipercepat saat dia sudah tiba di rumah sakit dan hampir sampai di depan ruang perawatan Alaska. Sebelum membuka pintu ruangan tersebut, Dior lebih dulu mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Setelah merasa jauh lebih tenang, barulah Dior meraih handel pintu dan membukanya. Tetapi, dia malah langsung melihat pemandangan yang sangat mengecewakan begitu dia membuka pintu ruangan itu. Tangannya yang masih memegang handle langsung meremas kuat handel pintu tersebut sambil menatap pemandangan yang sangat disesalkan olehnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN