Kenyataan Pahit

1018 Kata
“Dior, tolong cintai Alaska dengan sepenuh hatimu. Jika suatu hari kamu merasa bosan padanya tinggalkanlah sejenak sampai perasaan cintamu untuk Alaska kembali seperti semula. Tapi, tolong jangan pernah benar-benar meninggalkannya, karena hidupnya sudah sangat menderita selama ini. Dan baginya, kamulah orang yang bisa membuatnya tetap bertahan hidup sampai saat ini.” “Maukah kamu membalas perasaan cintaku padamu?” Perlahan Dior menjauh kembali dari Alaska. Tidak ada yang bisa dikatakan tentang hal itu saat ini, karena sebenarnya Dior juga pernah memiliki rasa yang sama seperti Alaska, hanya saja saat itu dia sudah terlalu lelah menunggu balasan dari respon Alaska, sehingga Dior memutuskan untuk melepaskan perasaannya itu dan berhenti menyukai pria manapun, hingga perasaannya sekarang sudah mati rasa untuk pria manapun. “Aku akan segera kembali.” Ucap Dior, tanpa berani menatap Alaska. Lalu, dia bergegas pergi meninggalkan Alaska dengan langkah kaki terburu-buru. Alaska pun hanya bisa diam setelah melihat respon Dior atas pengakuan cintanya barusan. “Apa yang harus aku lakukan sekarang setelah aku mengetahui kalau ternyata dia mencintai aku? Kenapa pengakuan itu malah membuat perasaanku tersiksa? Ada apa dengan aku yang sebenarnya?” Dior merasa tidak kuat memikirkan semua hal yang terjadi padanya sejak dia kembali ke Indonesia. Semuanya terasa menjadi beban dan tekanan untuknya, termasuk keputusan gilanya untuk menikah dengan Alaska. Saking tidak kuasanya dia menahan semuanya, tubuhnya sampai dia jatuhkan ke atas aspal dan berjongkok di tengah jalan trotoar. “Dior? Kamu sedang apa di sini?” Suara itu mengangkat wajah Dior yang sejak tadi dia sandarkan di atas di atas lututnya. “Apa yang terjadi sama kamu?” Sandy segera membantu Dior membangunkan tubuhnya. “Aku... aku... aku...” Dior tidak bisa bicara lebih dari kata aku, karena seluruh tubuh dan pikirannya sedang merasa sangat lelah. Sandy pun tidak bertanya lagi, dia langsung menggendong Dior dengan kedua tangannya dan membawa Dior ke Rumah Sakit, tempat yang sama dengan Alaska sedang dirawat saat ini. Selama Dokter memeriksa kondisinya, Sandy dengan setia menjaganya. Rasa khawatirnya sudah berkurang setelah Dior mendapatkan perawatan di IGD. Cairan infusan yang masuk ke tubuh Dior, setidaknya bisa membuat kondisi Dior menjadi lebih baik. “Jangan sakit. Hanya itu saja yang aku minta dari kamu saat ini.” Tangannya pun tidak ingin melepaskan genggaman dari tangan Dior yang terasa hangat. “Aku sungguh-sungguh mencintai kamu, Dior. Maafkan aku jika aku selalu membuat kamu terluka sampai kamu harus menderita seperti ini.” Sejak Dior memaafkannya, Sandy justru merasa dialah penyebab dari semua penderitaan Dior selama ini. Kalimat permintaan maaf yang telat dia katakan pada Dior telah melukai hati Dior sangat lama. Hingga membuat Sandy terus menyalahkan dirinya dan rela berkorban apapun demi Dior, asalkan dia bisa menebus kesalahannya pada wanita itu. “Permisi,” Akhirnya Dokter datang kembali untuk memberikan hasil pemeriksaan kesehatan Dior. “Ibu Dior mengalami usus buntu dan dia harus segera menjalani operasi, karena penyakitnya sudah cukup parah. Bapak bisa melihatnya dari hasil ronsen Ibu Dior.” Sandy mengambil hasil ronsen yang Dokter berikan padanya lalu melihatnya. Dokter pun memintanya untuk segera menandatangani surat persetujuan. Akan tetapi, Dior punya suami, dan dia hanyalah selingkuhan Dior saja. Sekalipun pernikahan Dior dan Alaska hanyalah pernikahan sandiwara saja, tapi pernikahan mereka sah di mata agama dan juga hukum negara. “Tanda tangani ini.” Sandy memberikan dua lembar kertas persetujuan dari pihak Rumah Sakit pada Alaska yang masih terbaring di atas ranjang Rumah Sakit. Dia memberanikan diri untuk mendatangi Alaska meski sebenarnya enggan. Alaska tidak bertanya kertas apa itu, dia langsung mengambilnya dari tangan Sandy dan membacanya. “Aku akan mengesampingkan masalah kita lebih dulu dan akan fokus pada Dior. Jadi, tolong urus dia sampai surat persetujuan ini kembali di tangan perawat dan memastikan Dior telah melakukan operasinya.” Ucap Alaska dengan tegas dan lugas. Lalu, dia menandatangani surat tersebut dan mengembalikannya pada Sandy. Sandy pun hanya bergeming dan segera keluar dari ruang perawatan itu usai memegang kembali surat persetujuan tersebut. Tangannya langsung mengepal kecil begitu dia sudah keluar dari ruangan itu. Meski dia telah bersalah atas tindakannya terhadap Alaska, tapi Sandy tetap tidak mau mengakui kesalahannya itu secara lisan. Sandy pun segera menemui perawat kembali untuk menyerahkan kertas tersebut, lalu dia menunggu di depan ruang operasi sampai operasi yang dilakukan Dior selesai. Dddrrr... dddrr... Ponsel Sandy berbunyi di tengah dia sedang menunggu Dior melakukan operasinya. Sebuah panggilan masuk dari Lyra, calon Ibu mertuanya, dan Sandy tidak bisa mengabaikan panggilan telpon tersebut. “Halo, Tante.” “[Callia sedang bersama kamu, Sand?]” “Tidak, Tante.” “[Duh. Kra-kira Callia ke mana ya, Sand? Soalnya, dari kemarin dia belum pulang ke rumah. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Tante khawatir terjadi sesuatu padanya.]” “Callia belum pulang?” Sandy langsung mengangkat tubuhnya dari kursi begitu mendengar kabar tentang calon istrinya itu. “[Iya, Sand. Jadi, Callia tidak sedang berama kamu?]” “Tidak.” “[Kamu bantu cari Callia ya, dan jangan sampai hal ini diketahui oleh Papanya.]” “Baik, Tante.” Sandy dilema. Dia di antara dua pilihan, menunggu Dior sampai selesai operasi agar mengetahui kabar tentang kondisi Dior, atau pergi mencari Callia yang masih belum tahu di mana keberadaannya. Sandy kembali duduk dan terdiam untuk berpikir sejenak, lalu dia mengangkat wajahnya untuk menatap pintu ruang operasi yang ada di depannya. Kemudian, dia pun berpikir kalau kondisi Dior akan baik-baik saja setelah melakukan operasi, dan kabar tentang kondisi Dior bisa dia dapatkan dari perawat nantinya. Akhirnya, Sandy tidak ragu lagi untuk meninggalkan Dior dan memilih untuk mencari Callia. ** EPILOG “Tolong cintai aku.” Pinta Sandy pada Dior. “Kalau mencintaiku masih terlalu sulit untuk kamu, maka sukai aku dulu. Asalkan jangan membenciku.” Dior bergeming saat mendengar permintaan Sandy yang terdengar tulus. Batinnya cukup gamang untuk menerima perasaan tulus Sandy terhadapnya, lantaran dia sudah lelah mengharapkan hati seseorang yang tidak kunjung menyambut perasaannya selama ini. “Jangan menjawabnya sekarang, aku ingin memberikan kamu waktu yang panjang sampai kamu benar-benar siap untuk menerimaku.” Callia hanya bisa terdiam mematung setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya tentang hubungan kakaknya dan calon suaminya. “Rasanya— sangat menyakitkan sekali.” Callia mengepal lemah kedua tangannya sambil menundukkan wajahnya sangat dalam. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN