Bab 4. Sudah Move on

1035 Kata
Happy Reading. Yolla masuk ke dalam kamar mandi dan langsung duduk di atas kloset. Dia mengepalkan tangannya dan dia angkat untuk memukul dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, seperti terhimpit batu besar dan membuatnya kesulitan bernapas. "Hiks, kenapa ... kenapa jadi begini!" Berkali-kali Yolla memukul dadanya sambil berurai air mata. Sungguh Yolla benar-benar merasa sakit hati ketika Richard kembali mengucapkan kata-kata untuk mempertegas siapa dirinya dalam hidup Richard. Yolla tahu dan dia juga sadar posisinya, kenapa Richard tega sekali mengucapkan hal itu. "Aku memang wanita hina dan kotor, kamu nggak perlu mengingatkan terus, aku sadar akan posisiku dan aku pastikan tidak akan ngelunjak. Aku tahu diri, tapi kenapa kamu selalu saja tidak puas menyakitiku," batin Yolla. Sungguh miris sekali nasibnya. Apakah memang wanita sepertinya tidak pantas untuk jatuh cinta kepada pria yang memiliki pesona luar biasa seperti Richard? Seorang pria kaya raya keturunan konglomerat memang hanya pantas bersanding dengan seorang putri mahkota seperti Ishika. Mantan Ratu Indonesia itu memang memiliki aura yang luar biasa. Selain cantik, kaya raya, dan berasal dari keturunan orang hebat, Ishika juga begitu sempurna, hanya Ishika yang pantas untuk mendampingi seorang Richard Charles. Setelah menghabiskan waktu selama lebih dari 10 menit, akhirnya Yolla membasuh wajahnya dengan air dingin agar lebih segar. Wanita itu menatap pantulan wajahnya di cermin dan bisa dia lihat jika mata dan hidungnya memerah bahkan kedua matanya terlihat sedikit bengkak. "Cukup Yolla, ini yang terakhir kalinya kamu menangisi pria itu, dia tidak pantas mendapatkan cinta darimu karena kasta kalian sangat jauh berbeda, bisa bekerja dan mendapatkan gaji banyak sudah cukup baik apalagi kamu mendapatkan kompensasi bayaran yang cukup banyak dari hasil nge-jalangmu selama hampir setahun pada Richard Charles," gumam Yolla. Wanita itu mengambil bedak dan lipstik di dalam tas kecil yang dia bawa tadi karena pasti dia membutuhkannya. Yolla memoleskan lipstik dan bedak padat itu tipis-tipis ke wajah. Setelah dirasa wajahnya terlihat natural kembali, Yolla memasukkan kembali bedak dan lipstik itu. Yolla menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, dia harus siap menghadapi dunia ini meskipun sekarang dia sudah dicampakkan begitu saja oleh Richard, dia harus terus hidup. Mungkin dia bisa mulai dengan kehidupannya yang dulu sebelum dia menjadi jalannya Richard. "Huh, aku pasti baik-baik saja." Setelah merasa baik, Yolla akhirnya keluar dari dalam kamar mandi dan kembali menuju ke meja kerjanya. Yola kembali menyibukkan dengan berkas-berkas penting dari Richard dan sudah saatnya dia kembali ke kehidupan nyata. *** Yolla dan Richard berjalan beriringan setelah keluar dari ruang rapat, mereka masih profesional dan Richard juga tidak membahas apapun tentang mereka. Setiap langkah kaki yang beriringan selalu membuat mereka yang melihat iri karena keduanya tampak serasi. Yolla ini cantik, tipe cantik yang tidak membosankan. Memiliki kulit yang putih bersih dan tinggi yang ideal. Sedangan Richard juga sangat tampan, tingginya di atas rata-rata orang indonesia karena memang memiliki keturunan jerman-turki dari sang ayah, sedangkan dari ibu memiliki keturunan Jepang-Jawa. "Setelah ini apa agendaku?" tanya Richard. "Setelah ini satu jam lagi akan ada jadwal pertemuan dengan CEO PERTAMAN." Richard menghentikan langkahnya, dia menoleh menatap Yolla yang berjalan di sampingnya. "Undur jadwal pertemuan itu, setengah jam lagi aku akan pergi ke bandara untuk jemput Ishika." Jantung Yolla berdetak kencang mendengar nama itu. Yah, akhirnya wanita itu benar-benar kembali dan sudah saatnya kembali ke sisi Richard lagi seperti dulu sebelum Ishika ke luar negeri. "Baik, Pak." Yolla membuka tab yang dia bawa dan menghubungi sekretaris dari CEO PERTAMAN untuk mengubah jadwal pertemuan. Yolla masih mengikuti langkah Richard sampai di lobi kantor dan sebuah Maybach putih sudah terparkir di sana. Sang supir membukakan pintu untuk Richard, pria itu masuk dan menoleh menatap Yolla yang hanya mematung di samping mobil. "Kenapa masih berdiri di situ? Cepat masuk," ujar Richard. Yolla menghela napas, sebenarnya rencananya setelah rapat tadi mereka akan makan siang dan satu jam kemudian akan ada meeting dengan CEO PT PERTAMAN. Akan tetapi, setelah jadwal diundur sudah dipastikan jika Richard akan langsung ke bandara untuk menjemput tunangannya. "Maaf, Pak. Saya masih ada beberapa laporan dan juga mengurus jadwal Anda yang diundur. Jadi, sebaiknya saya kembali ke ruangan untuk menyelesaikan semuanya, permisi." Yolla langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Richard. Sebenarnya dia sangat lapar, tetapi lebih baik dia makan sendiri di kantor daripada harus melihat kemesraan Ishika dan Richard nantinya. Yolla menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya dan menghela napas berkali-kali, berusaha untuk menghilangkan rasa sesak yang menjejali paru-parunya. "Kamu nggak jadi ikut si bos?" tanya Jovan yang tiba-tiba ada dihadapan Yolla. Membuat wanita itu sedikit terkejut karena kedatangan pria itu tanpa ada tanda-tanda. "Astaga, Jovan? Ngagetin aja!" Jovan terkekeh dan dia duduk di kursi kosong yang ada di samping Yolla. "Aku tahu kalau hubunganmu dengan bos sudah berakhir," lirih Jovan yang bisa didengar oleh Yolla. Meskipun Jovan tahu jika Yolla dan Richard memiliki hubungan, tetapi Jovan tidak pernah ikut campur dengan masalah itu. Melihat Yolla bahagia, sudah cukup bagi Jovan untuk dia tahu diri menghilangkan semua perasaan untuk wanita tersebut. "Ya, kamu pasti tahu." "Ishika kembali dan pernikahan mereka juga akan diadakan beberapa bulan ke depan. Sebenarnya aku tidak patut untuk ikut campur terhadap urusan kalian, tetapi aku merasa marah pada Richard karena dia tetap memilih wanita itu daripada kamu," ujar Jovan. Yolla akhirnya menoleh menatap Jovan dengan kening yang mengkerut. "Apa maksudmu?" "Huh, entahlah. Aku ikut senang jika Richard benar-benar tulus padamu, tetapi sepertinya tidak. Dia hanya main-main denganmu dan pada akhirnya dia akan tetapi kembali pada Ishika." Yolla kembali menatap layar komputernya, dia sudah memilih ikhlas melepas Richard karena sejak awal mereka memilih affair, Richard sudah menegaskan batasan diantara mereka. "Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, aku dan Richard sejak dulu tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya sebatas atasan dan bawahan, partner bekerja dan tentu saja kasta kami berbeda. Jangan berpikir berlebihan, Jovan. Aku ini wanita single yang bekerja mencari uang untuk menghidupi dirinya sendiri setelah ditinggalkan keluarganya," ujar Yolla panjang lebar. Dia tidak ingin Jovan berpikir macam-macam tentangnya, meskipun sudah bisa dipastikan Jovan memiliki pemikiran itu. Beberapa bulan yang lalu, jelas-jelas Jovan memergoki dirinya di apartemen Richard dan setelah itu melihatnya berciuman dengan Richard di kantor. Sudah sewajarnya jika Jovan menganggap mereka memiliki hubungan, entah itu affair ataukah memang hubungan yang berlandaskan cinta. "Baguslah kalau begitu, aku hanya ingin kamu tahu kalau masih banyak pria diluar sana yang lebih baik dari Richard." Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN