Bab 1. Hanya Wanita Bayaran
Happy Reading
"Aaahh ... kau selalu nikmat, Yolla!" seru Richard saat baru saja melakukan pelepasan. Pria itu langsung berguling ke samping Yolla dengan peluh yang membasahi tubuhnya. Yolla sendiri mengatur napasnya yang masih menggebu, mengingat permainan panas Richard yang kali ini sangat berbeda dari biasanya. Yolla merasa jika Richard seakan mengeluarkan seluruh emosinya.
"Richard, apa kau baik-baik saja?" tanya Yolla yang kali ini sudah tidur menyamping dan menatap Richard yang kini sudah menutup matanya. Menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya sampai d**a dan jemari lentiknya menyentuh d**a Richard yang basah karena keringat.
"Hemm, kenapa kamu tanya begitu?" Richard membuka matanya dan melihat wajah cantik Yolla dengan bibir merah merekah. Richard menyentuh bibir itu, dia suka melihat Yolla yang seperti ini akibat ulahnya, Richard memang sangat ahli dalam ciuman.
"Aku merasa kamu sedang tidak baik-baik saja," jawab Yolla mengangkat tangannya dan menyeka keringat di dahi pria itu. Mata keduanya bertemu, Yolla bisa melihat pantulan wajahnya di mata almond Richard.
Richard mengalihkan pandangannya dan bangun dari tidurnya, dia langsung bangkit dan mencari pakaiannya yang tercecer di lantai. Yolla juga ikut bangun, wanita itu menarik selimut yang melorot dan bersandar di head board. Dia melihat punggung kekar Richard yang terlihat bekas cakaran kukunya.
Yolla merasa jika malam ini Richard benar-benar penuh gairah. Wanita itu sampai lelah mengimbangi permainannya.
"Tidurlah, ini sudah jam 2 pagi. Besok kita ada kerjaan di luar kantor." Richard bangkit dan berjalan ke arah balkon setelah mengambil rokok di laci meja.
"Rich, kamu juga harus tidur. Jangan merokok terus, itu tidak baik untuk kesehatanmu!" seru Yolla. Richard hanya menoleh dan tersenyum kemudian membuka pintu balkon dan menyalakan rokoknya di sana.
Yolla sebenarnya tidak suka melihat Richard yang merokok seperti itu. Akan tetapi, dia tahu jika Richard melakukannya karena sebenarnya pria itu banyak sekali pikiran, terutama pekerjaan. Charles Grup gagal memenangkan tender triliunan dan hal itu membuat Richard merasa sedikit frustasi.
Yolla sangat paham dengan kondisi Richard karena dia selalu menemaninya selama ini. Akhirnya Yolla memutuskan untuk memejamkan matanya karena memang sudah sangat mengantuk dan lelah. Hampir 3 jam dia dan Richard melakukan hubungan selayaknya suami istri yang sudah biasa mereka lakukan sepuluh bulan terakhir ini.
Ya, Yolla menerima tawaran Richard untuk tidur dengannya saat itu. Dia membutuhkan biaya pengobatan ibunya yang mengalami kecelakaan parah hingga harus operasi dengan biaya yang tidak sedikit. Setelah itu sang ibu koma dan selama beberapa bulan hanya ditunjang dengan alat-alat medis untuk bertahan. Akan tetapi, lima bulan yang lalu sang ibu akhirnya tidak bisa bertahan dan meninggal dunia.
Saat itu kehidupan Yolla begitu hancur karena dia hanya memiliki ibu satu-satunya keluarga di kota ini. Richard lah yang selalu ada untuknya dan akhirnya membuat Yolla jadi ketergantungan pada pria itu.
Menjadi wanita penghangat ranjang sang Presdir mungkin julukan yang tepat baginya karena sampai kapan pun Richard tidak akan pernah menjadi miliknya.
***
Yolla terbangun dari tidurnya, badannya terasa lelah dan letih seperti baru saja lari maraton berkilo-kilo meter. Yolla berusaha untuk duduk dan badannya benar-benar sakit semua.
"Eumm." Yolla menoleh ketika mendengar suara pria yang berada di sebelahnya. Pria itu masih terlelap dengan piyama yang melekat ditubuhnya. Yolla tersenyum, mengagumi keindahan yang tercipta di hadapannya saat ini.
"Kamu itu terlalu sempurna, menjadi teman ranjangmu sebenarnya tidak baik untukku karena hatiku menginginkan lebih, Rich. Tapi aku tahu jika tidak seharusnya aku memiliki perasaan untukmu seperti perjanjian kita. Hanya sebatas teman tidur dan juga dibayar. Aku hanya mainanmu saja, kan? Tidak seharusnya aku mencintaimu," batin Yolla.
Hatinya begitu miris jika mengingat bagaimana Richard mengatakan jika dia hanya akan menjadi pemuas nafsunya saja. Tidak boleh melibatkan perasaan apalagi cinta. Yolla menyanggupi saat itu karena dia memang tidak memiliki perasaan apapun untuk Richard.
Akan tetapi, dengan berjalan seiringnya waktu mereka sering melakukan kontak fisik bukan hanya di atas ranjang saja, Yolla bahkan tinggal di apartemen Richard dan melakukan tugasnya seperti seorang istri. Ah, lebih tepatnya mungkin sebagai seorang pembantu yang melayani segala sesuatu majikannya. Seperti memasak, menyiapkan air hangat untuk mandi, dan memilihkan pakaian untuk kerja. Rasa cinta itu tumbuh subur di hati Yolla, apalagi dengan segala perhatian Richard yang membuatnya lupa jika dia hanyalah wanita bayaran saja.
Istilahnya sekretaris plus-plus yang bisa dipakai atasannya. Jaman sekarang sudah banyak hal-hal seperti itu, pekerjaan sekretaris selalu dikaitkan dengan wanita simpanan. Entah simpanan bosnya sendiri atau bos dari kolega sang Presdir. Bukan rahasia umum lagi jika pekerjaan sekretaris selalu dikaitkan dengan hal-hal seperti itu.
Terkadang untuk merayu klien agar memberikan tanda tangan kerjasamanya bisa ditukar dengan menumbalkan para sekretarisnya. Tentunya dengan bonus lebih banyak karena berhasil tidur dengan klien dan mendapatkan tanda tangan dengan nilai kontrak miliaran dollar. Dunia bisnis seperti itu sudah sangat lumrah dan sudah banyak yang tahu tetapi mereka hanya diam saja dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Yolla tersadar dari lamunannya saat merasakan pelukan Richard di perutnya. "Ehm ... jam berapa sekarang?" tanya pria itu dengan suara khas bangun tidurnya.
"Jam setengah 6, sebaiknya cepat bangun dan mandi, aku akan menyiapkan air hangatnya."
"Mandi bareng aja, aku lagi malas gosok punggung," ujar Richard dengan suara manja.
Yolla tertawa kecil dan melepaskan tangan Richard dari perutnya. "Ya udah, ayo mandi!"
Tiba-tiba ponsel Richard berdering, pria itu langsung bangun dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
Richard mengerutkan keningnya ketika membaca nama sang penelepon, kemudian dia bangun dan berjalan ke arah balkon untuk mengangkat panggilan. Yolla merasa heran, kenapa Richard mengangkat panggilan telepon harus ke balkon? Biasanya juga langsung diangkat?
Setelah beberapa menit, Richard masuk kembali dengan raut wajah yang berubah menjadi datar.
"Rich, ada apa?" tanya Yolla. Dia tahu jika Richard seperti itu pasti ada sesuatu.
Richard berjalan melewati Yolla dan meletakkan ponselnya di tempat yang tadi.
"Ishika lusa akan kembali ke Indonesia, sepertinya kita harus menyudahi hubungan ini," ujar Richard tanpa menoleh ke belakang.
Tubuh Yolla membeku, nama itu adalah nama yang selalu diagungkan oleh keluarga Charles. Ishika Dawin—kekasih Richard yang sekarang sudah menjadi tunangannya.
"Ah, baiklah. Aku tahu kalau dia pasti akan kembali," ujar Yolla tersenyum miris.
"Aku akan mentransfer uang ke rekeningmu setelah ini, sebaiknya setelah Ishika kembali kamu juga kembali tinggal di apartemenmu sendiri."
Yolla benar-benar merasa sedih, seperti ada yang menikam hatinya.
"Ya, aku mengerti." Yolla tersenyum tipis, dia tahu posisinya hanya sebagai wanita simpanan. Akan tetapi, selama sepuluh bulan ini dia merasa seperti seorang kekasih saja. Richard memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan Richard terlihat sangat menyayanginya.
Yolla memutuskan untuk masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, dia meninggalkan Richard dan memutuskan untuk mandi lebih dulu.
Bersambung.