Happy Reading.
Richard menatap Yolla yang tengah membacakan agenda kerjanya. Dia memperhatikan wajah sekretarisnya itu tanpa berkedip. Sejak keputusannya beberapa hari lalu yang meminta Yolla kembali ke apartemennya sendiri dan mengakhiri hubungan simbiosis mutualisme mereka, wanita itu masih terlihat profesional. Tidak ada raut sedih, terluka, ataupun marah. Itulah yang ada dalam benak Richard.
Bahkan Yolla juga sudah tidak menghubunginya lagi, sekedar menanyakan tentang makanan apa yang akan dia makan atau hal lain yang biasanya wanita itu tanyakan. Yolla tidak pernah menanyakan hal itu lagi. Ponsel satunya tidak ada pesan dari Yolla dan wanita itu hanya akan mengirim pesan lewat nomor bisnisnya yang itu artinya hanya masalah pekerjaan yang dia kabarkan.
Richard bisa melihat wanita itu masih cantik seperti biasanya, aroma parfumnya juga masih seperti biasanya dan hal itu membuat hasrat dalam diri Richard terpantik saat menghidu aroma tersebut. Wangi yang selalu bisa membuatnya mabuk kepayang dan selalu ingin mendekap tubuh Yolla erat untuk memakannya. Mencium bibir manisnya dan merasakan kenikmatan bercinta bersama wanita di depannya ini.
"Eghem! Pak, apa Anda mendengar saya?" Teguran Yolla membuat Richard sadar akan fantasinya.
"Ya, bisa kamu ulangi lagi?" Richard membetulkan letak duduknya dengan punggung yang menegak.
Yolla menghela napas, dia tahu jika sejak tadi Richard tidak fokus karena terus saja memandangnya dengan penuh arti. Akan tetapi, Yolla sudah tidak peduli, dia masih ingat kata-kata kasar Richard yang memberitahu akan siapa dia dan kedudukannya. Yolla tidak akan melupakan semua itu.
"Sudah capek-capek baca tapi dia nggak dengerin! Dasar bos arogan," gerutu Yolla dalam hati.
"Kenapa jadi aku yang kecewa melihat reaksi dia yang kelewat biasa," batin Richard.
"Jam 10 nanti Anda ada meeting dengan direktur dari PT. Sky Adr. Jam 2 Anda harus pergi meninjau proyek pembangunan di pinggir kota yang sudah berubah 40% dan banyak laporan jika warga setempat masih suka mengganggu para pekerja, Anda harus segera menghubungi Pak Tristan sebagai pengacara Charles Grup, dia harus bisa menyelesaikan masalah rumit pembangunan proyek itu dengan warga."
Richard tiba-tiba berdiri dan memundurkan kursinya, melangkah memutari meja dan berdiri sangat dekat dengan Yolla.
"Pak ...." Napas Yolla tercekat saat Richard mencondongkan tubuhnya. Wanita itu bahkan harus mundur satu langkah untuk menghindari tubuhnya bersentuhan dengan Richard.
"Benerin dasiku, aku lupa cara memakainya dan ini kelihatan tidak rapi," bisik Richard.
Yolla yang tadinya sudah deg-degan dengan apa yang akan dilakukan oleh pria di hadapannya ini, akhirnya bisa bernapas lega, ternyata Richard hanya ingin dia membetulkan letak dasinya yang memang masih kurang tepat alias tidak rapi.
Yolla mengulurkan tangannya untuk membetulkan dasi Richard, pekerjaan ini tidaklah susah karena sehari-hari dia selalu melakukannya. Selama hampir setahun Yolla yang selalu memakaikan dasi Richard sebelum berangkat bekerja. Dia bahkan selalu memilihkan setelan jas kemeja kerja untuk pria itu. Yolla meneliti penampilan Richard yang saat ini menurutnya sungguh tidak matching, sepertinya pria itu memang harus belajar mandiri kembali setelah hampir setahun ini selalu dia layani.
Yolla melepaskan simpul dasi itu dan menariknya sedikit panjang. Dengan telaten dia memasang menyimpulkan dasi Richard.
Sedangan mata Richard tidak teralihkan dari paras ayu di depannya ini terutama pada bibir pink Yolla. Biasanya Richard suka sekali menghapus lipstik Yolla dengan cumbuan bibirnya. Karena kesal dengan tingkah Richard yang selalu berlaku seenaknya padahal dia masih di kantor atau saat akan pergi bekerja, akhirnya Yola memakai lip tint yang matte agar tidak mudah hilang meskipun sudah dipakai makan berkali-kali. Jadi, jika Richard menciumnya tiba-tiba bibirnya tetap aman.
"Di lemari sebelah kanan ada banyak kemeja yang sudah saya setrika dan saya gantung di sana, jasnya juga sudah ada tinggal pakai, Anda bisa memadukan warna gelap dengan kemeja cerah, putih dengan hitam atau coklat. Jika jas yang Anda pakai berwarna coklat muda, bisa memakai kemeja berwarna cream atau putih tulang ... sudah selesai." Yolla mundur dua langkah setelah selesai memasangkan dasi untuk atasannya ini.
Yolla menatap Richard dan tersenyum simpul. "Saya permisi dulu, Pak. Karena pekerjaan saya menumpuk." Yolla menunduk sekilas kemudian dia langsung pergi dari hadapan Richard dan keluar dari ruang kerja pria itu.
Richard baru sadar jika Yolla sudah tidak ada dihadapannya, entah kenapa melihat sikap Yolla yang sangat formal begitu mencubit hatinya.
"Sepertinya dia benar-benar sudah melupakan semuanya, apa aku keterlaluan saat mengatakan padanya kata-kata yang sedikit kasar waktu itu?"
“Dari awal, kita sudah sepakat. Aku punya tunangan dan saat dia kembali hubungan kita harus berakhir.”
"Aku tahu ini hanya ... kesepakatan sementara.”
Richard mengangguk, wajahnya terlihat lega.
“Bagus. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman.”
Dia berjalan kembali ke kursinya, duduk dengan tenang.
“Dan sebagai bagian dari kesepakatan kita, aku akan tetap memberimu kompensasi. Aku ingin kamu nyaman setelah ini berakhir.”
Richard menutup matanya untuk menghalau perasaan yang entah apa itu artinya, dia merasa kesal, sedih, dan hampa. Sungguh tidak menyangka jika ternyata ini semua akan menjadi begitu rumit, dia yang seharusnya antusias dengan kepulangan Ishika, entah kenapa tiba-tiba perasaannya jadi hambar, yang ada di hatinya tidak seperti dulu dengan cinta yang menggebu dan selalu ingin bersama dengan Ishika. Apakah kekecewaan hatinya karena ditinggal wanita itu dua tahun lamanya membuat hati Richard beku.
"Sial, aargg! Gue nggak boleh kalah sama perasaan sialan ini. Hanya Ishika yang pantas bersanding sama gue!" Richard menyugar rambutnya ke belakang dan kemudian dia kembali ke kursinya.
Melupakan segenap rasa yang tadi timbul ketika berhadapan dengan Yolla di dalam ruangan yang tertutup seperti ini. Berusaha menyibukkan kembali dengan setumpuk berkas-berkas yang harus diperiksa dan tanda tangani sebelum dia melakukan meeting 1 jam lagi ke depan.
Sedangan Yolla sendiri harus bisa menjaga hatinya, wanita itu takut jika lama-lama akhirnya dia tidak kuat dengan perasaannya terhadap Richard yang sudah terlanjur begitu dalam. Sulit sekali bekerja dalam kondisi seperti ini, Yolla dia tidak bisa berkonsentrasi dan itu sangat mengganggu kinerjanya.
"Huh, seharusnya kamu sadar diri Yolla, dan menganggap semua yang berkaitan dengan Richard Charles hanyalah drama dalam hidup, tetapi rasanya sulit sekali karena di dalam hatiku sudah terukir namanya!" Yolla membuka kembali layar komputernya.
"Apa aku resign saja!"
***
Yolla tidak menyangka jika dia harus melihat seorang wanita yang berhasil membuatnya begitu terpuruk jadi berdiri di hadapannya dengan senyum menawan dan juga mempesona.
"Apa Rich ada di ruangannya?" tanya wanita itu.
"Iya Nona, Pak Richard ada di dalam, mari saya antar!"
Bersambung