Keputusan

2033 Kata
Alissa masih tertidur dan belum sadarkan diri sejak tadi, Fanwe yang masih setia menemaninya pun sudah memberitahu kepada istrinya jika Alissa bersamanya. Winola jelas terkejut mendengarnya, namun Fanwe memberitahu Winola jika untuk saat ini Alissa lebih baik bersamanya. Setelah mendapat persetujuan dari Winola, untuk ke depannya Fanwe akan lebih menjaga Alissa dan membantunya untuk dapat mengontrol kekuatannya. Seperti yang dia lihat, batas kekuatan Alissa cukup terbatas, dia akan muntah darah dan membuatnya kehilangan kesadaran jika terus di paksakan. “ Tuan, Yang mulia Yavanna datang berkunjung.” Seru salah satu pengawal pribadi Fanwe. “ Baik, aku akan segera kesana.” Balasnya lirih. Fanwe memastikan keadaan Alissa benar-benar baik sebelum pergi meninggalkannya, dan sekarang Fanwe sedang menyambut salah satu valar bumi yang tak lain adalah valar yang di beri tugas untuk memeriksa gelang pemberian Alissa. “ Jadi bagaimana, apa kau mengetahui sesuatu.?” Tanya Fanwe. “ Apa yang di katakana oleh putri mu benar, dari penglihatan yang ku lihat pun ada seorang manusia yang datang ke Sandora dan menculik para peri disana.” Balas Yavanna. “ Kita harus melakukan sesuatu, para manusia itu sudah kembali bergerak rupanya.” “ Aku tidak setuju denganmu Fanwe.” “ Apa maksudmu Yavanna? Bangsa peri juga adalah tanggung jawab kita.” “ Kau salah, yang bertanggung jawab disini bukan valar melainkan ratu Sandora. Apa yang dia lakukan sehingga dia bisa kehilangan ras peri sebanyak tiga kali.?” Fanwe terdiam, benar bahwa ini bukanlah tanggung jawab valar. Masing-masing negeri sudah di beri kekuasaan dan pertanggung jawaban oleh pemimpin mereka dan semua itu merupakan tanggung jawab mereka. “ Putri ku datang kemari untuk meminta bantuanku, aku harus melakukan sesuatu.” “ Kau ingin yang mulia raja menegurmu? Kau bisa di usir dari Valinor jika melakukan sesuatu yang bukan tugas seorang valar.” “ Posisiku disini sebagai ayahnya, dan aku harus membantu putriku.” “ Aku tidak ingin ikut campur dalam hal ini Fanwe, jika kau bersih keras untuk melakukannya silahkan saja. Tapi satu yang harus kau tahu, aku sudah memperingatkanmu resiko yang akan kau dapatkan setelah ini.” Yavanna akhirnya pergi dari istana Fanwe setelah dia selesai mengembalikan gelang yang telah ia selidiki sendirian. ** Fanwe masuk ke dalam kamar untuk mengecek keadaan Alissa, dia mendapati putrinya itu sudah duduk di tempat tidur sambil melamunkan sesuatu. Fanwe menegurnya, kemudian Alissa menoleh sambil tersenyum. “ Ayah pikir kamu akan tertidur cukup lama.” Ucapnya sambil mengambil tempat di sebelah Alissa. “ Aku sudah jauh lebih baik ayah.” Balasnya lirih. “ Ayah sudah memberitahu ibumu soal ini, dia mengizinkanmu untuk tinggal di Valinor untuk beberapa hari ke depan.” “ Apa ibu marah.?” “ Awalnya marah, tapi ayah berhasil membuatnya tenang.” “ Terima kasih ayah.” Hening sesaat, Alissa terlihat menunduk diam sementara Fanwe menatapnya bingung. Jauh di isi kepala Alissa saat ini dia terpikirkan oleh ucapan Yavanna bersama Ayahnya, diam-diam Alissa bisa mendengar percakapan mereka dan hal ini membuatnya merasa tidak enak jika ayahnya ikut turun tangan dalam membantunya. “ Ayah.” “ Hmm.?” “ Aku ingin kembali ke Sandora besok.” “ Tapi kenapa tiba-tiba?” “ Ayah tidak perlu membantuku dalam mencari teman-temanku, aku akan membicarakannya sekali lagi dengan ibu soal ini.” “ Apa kau yakin.?” “ Aku sangat yakin ayah, dan terima kasih atas segalanya hari ini.” Alissa beranjak dari tempatnya dan memeluk sang ayah dengan penuh kelembutan. ** Keesokan harinya Alissa di antar oleh Fanwe sampai di pintu gerbang Valonir, Alissa akan di bawa oleh Aerox sampai ke Sandora untuk memastikan dia aman sampai disana. Sebelum meninggalkan Valonir, Fanwe memberikan sihirnya kepada Aerox untuk berjaga-jaga jika di perjalanan nanti terjadi sesuatu. “ Terima kasih ayah, aku pulang dulu.” Ucap Alissa yang kini sudah naik di atas punggung Aerox. “ Jaga dirimu, sampaikan salamku pada ibumu.” Lontar Fanwe di balas anggukan pelan dari Alissa. Aerox pun mulai mengepakkan sayap indahnya dan terbang membawa Alissa meninggalkan Valonir, Fanwe melambaikan tangannya ke arah Alissa hingga putrinya menghilang bersama Aerox di balik awan. Setelah terbang cukup jauh akhirnya Alissa sudah tiba di bumi bagian tengah, dia meminta Aerox untuk mempercepat terbangnya sampai ke Sandora. Dia juga meminta bantuan Aerox untuk membawanya ke hutan Sandora menemui teman-temannya terlebih dulu. ** Suara teriakan yang terdengar sangat keras membuatnya berlari ke sumber suara itu tanpa rasa takut, jeritan kesakitan yang juga membuat dirinya ingin segera berada disana secepatnya. Boun terus berlari hingga dirinya tiba di suatu tempat di tengah hutan, tubuh Boun membeku di tempat ketika melihat darah yang bercecer dimana-mana. “ Tidak mungkin, ini tidak boleh terjadi.” “ Beam,Sandy, dimana kalian.?” Boun kembali mencari dua temannya di sekitar tempat yang ada darah, dan setelah mencari lebih teliti lagi Boun pun menemukan dua potongan jasad temannya yaitu Beam dan Sandy. Boun berteriak histeris melihatnya, dia masih tidak bisa bergerak setelah itu hingga menyadari kehadiran sesuatu di sekitarnya. “ Siapa kau sebenarnya.?” Boun terlihat takut pada sosok yang berdiri di depannya saat ini, dia bahkan mundur beberapa langkah karena sosok tersebut terus mendekatinya. “ Siapapun selamatkan aku.” Teriak Boun sambil menutup matanya rapat-rapat. Sebuah serangan secara tiba-tiba membuat sosok misterius itu terpental sangat jauh dari Boun, ketika Boun membuka kedua matanya dia bisa melihat seekor burung raksasa datang ke arahnya hingga membuat dedaunan di sekitar tempat itu terbang kesana kemari. “ Boun, apa yang terjadi.?” Suara yang taka sing baru saja membuat Boun merasa terselamatkan. “ Alissa, apa itu kamu.?” “ Iya, ini aku.” Aerox berhasil mendarat dan Alissa berlari kea rah Boun yang saat ini masih sangat ketakutan, serangan barusan memang berasal dari Alissa namun semua itu murni atas firasatnya akan aura jahat. “ Alissa, sosok itu telah membunuh Beam dan Sandy.” Terang Boun seketika membuat Alissa terkejut bukan main. Alissa yang termakan emosi kemudian berlari kea rah sosok misterius yang terpental barusan, namun sayangnya ketika dia ke tempat sosok itu terpental rupanya dia sudah melarikan diri terlebih dulu. “ Aerox bantu aku mencarinya.” Sahut Alissa dan membuat hewan itu segera terbang ke langit untuk mencarinya. Sambil menangis Alissa berjanji akan menangkap pelaku tersebut, dia sangat yakin kalau sosok itu adalah orang yang sama atas penculikan ketiga temannya. ** Alissa sangat marah dan membenci dirinya sendiri setelah gagal menemukan sosok yang membunuh kedua temannya, dia ikut menangis bersama Boun di samping potongan tubuh Beam dan Sandy. “ Awalnya kami bertiga sibuk mencari buah-buahan di hutan untuk di bawa ke rumah, tiba-tiba saja Beam dan Sandy berpisah denganku dan aku mendengar suara mereka dan sosok jahat itu menyerang mereka. Aku sempat melarikan diri karena takut, tapi aku kembali karena tak ingin mereka kenapa-napa, tapi yang terjadi justru sebaliknya.” Isak Boun. “ Maafkan aku tidak bisa menangkap pembunuh kalian.” Ucap Alissa tak kuasa melihat jasad kedua temannya tersebut. Setelah kejadian ini Alissa menemui sang ibu, dia memberitahu apa yang terjadi di hutan dan pada hari itu juga pemakaman untuk Beam dan Sandy di lakukan dengan baik dimana mereka di tempatkan di pemakaman khusus di dalam kerajaan sesuai perintah dari Winola. Pencarian sosok misterius itu tetap berlanjut, sekarang Winola tidak tinggal diam dalam mencari si pelaku hingga memerintah semua prajurit dan juga para raksasa hutan terlarang agar menjaga pintu lebih ketat lagi. “ Ibu, kita harus ke dunia manusia untuk mencaritahunya lebih lanjut.” Ucap Alissa ketika dia menemui sang ibu di ruangannya. “ Semua tolong keluar dari ruangan ini.” Titah Aslan pada semua orang di ruangan itu agar Winola dan Alissa bisa bicara berdua. “ Alissa dengar, ibu bukan tidak ingin menyelamatkan teman-temanmu yang telah di tangkap oleh manusia itu. Tapi kau harus tahu sesuatu, jika kita bangsa Elf kelur menuju dunia manusia ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, pertama kau akan kehilangan kekuatanmu dan kedua bangsa manusia akan bergerak untuk mencaritahu tentang kita lebih dalam.” “ Bukannya mereka lemah? Kenapa ibu sangat takut.?” “ Ibu tidak takut, tugas ibu sebagai ratu mempertaruhkan banyak nyawa di negeri ini. Kita tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan.” “ Lalu ibu akan terus tinggal diam dengan hal ini? Setelah teman-temanku di culik dan di bunuh semuanya bungkam, aku tidak mengerti dengan pola pikir kalian yang sangat egois itu.” “ Kau tidak akan mengerti bagaimana berada di posisi ibu, sekarang kamu kembali ke kamar dan jangan pernah membahas hal ini lagi.” Kata Winola dengan penuh penegasan. Alissa menatap sang ibu dengan kesal, dia memang tidak mengatakan apapun setelah ini dan pergi meninggalkan ruangan itu dengan emosi yang menggebu-gebu. ** Malam ini tengah terjadi bulan purnama yang sangat indah, di malam itu mata biru Alissa terlihat berbeda dimana cahayanya jauh lebih terang dan rambut keemasannya berubah menjadi keabu-abuan. Alissa berdiri di depan jendela kamar sambil menatap hutan terlarang dari kejauhan, area hutan terlarang selalu gelap seperti tidak ada kehidupan. Kedua mata Alissa terus bergerak melirik kesana kemari, dia mengamati suasana istana Sandora dengan segala pemikiran yang ada. “ Aku harus melakukannya.” Itulah yang di katakana oleh Alissa ketika dia mencoba untuk pergi dari istana. Dengan kekuatan yang dia miliki, Alissa menyamar sebagai prajurit istana yang bertugas untuk menjaga istana pada malam hari. Tujuannya adalah agar dia dapat keluar dari istana dengan cepat tanpa di ketahui oleh siapapun. Setelah berhasil keluar dari istana, dia ikut bersama rombongan prajurit yang bertugas menjaga hutan dan sekitarnya. Dia mencoba untuk tetap tenang sampai dirinya tiba di hutan dan memutuskan untuk memisahkan diri. Dan sekarang Alissa telah sampai di perbatasan hutan terlarang, dia sudah hafal lokasi pintu menuju dunia manusia berada dan sekarang dia sudah tidak takut lagi pada apapun. Dia sudah bisa menggunakan beberapa kekuatannya semenjak pertemuannya dengan Fanwe, kalaupun dia mendapat masalah kedepannya dia sudah siap melakukan apapun itu. Sebelum memasuki hutan, Alissa memanggil seekor katak hutan dimana dia memberikan pesan kepadanya untuk memberitahu teman-temannya bahwa dia akan ke dunia manusia sendirian. Tak hanya itu dia juga menggunakan sihir yang akan aktif apabila terjadi sesuatu kepadanya nanti, sehingga Winola dapat tahu soal dirinya. Alissa berjalan sampai di lokasi dimana dia bertemu dengan raksasa yang memperlihatkan pintu itu kepadanya, disana para raksasa sedang tidur dan ada beberapa yang terlihat mabuk sehingga membuat kesadarannya tidak begitu normal. Alissa berdiri di depan para raksasa yang tidur dimana mereka menjaga pintu dunia manusia dengan cara yang mudah untuk di lewati, tak heran jika manusia itu masuk ke dalam jika yang di kerjakan oleh mereka hanyalah tidur dan mabuk. “ Kau harus tahu jika melewati pintu itu, kau akan mendapati dirimu dengan tubuh yang rapuh.” Raksasa yang mabuk itu baru saja memperingati Alissa ketika dirinya hendak masuk, namun dia tak mengerti kenapa raksasa itu sampai memberikan peringatan seolah-olah dia tahu kalau akan ada yang masuk ke dalam sana. Alissa tak peduli lagi, dia pun masuk ke dalam pintu berlapis cahaya itu. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah dia melewatinya, namun keyakinannya untuk tetap masuk menuju dunia manusia itu membuat Alissa benar-benar harus melakukannya. Setelah berjalan cukup lama, Alissa tidak menemukan ujung dari lorong yang dia masuki. Tanahnya sangat lembab dan dindingnya terlapisi oleh cahaya aneh, suara bising yang terdengar semakin mendekat membuatnya menoleh ke belakang. Melihat ada sebuah batu besar yang mengarah ke arahnya membuat Alissa terpaksa harus berlari, dia terus saja berlari sampai melupakan dirinya yang memiliki kekuatan dan bisa menghancurkan batu itu dengan sangat mudahnya. Melihat ada seberkas cahaya di ujung sana akhirnya membuat Alissa merasa telah menemukan titik terang dari pelariannya, dan setelah dia berhasil keluar dirinya langsung merunduk ketakutan jika batu itu sampai mengenainya. Setelah merasakan tak terjadi sesuatu bahkan tak ada suara lain yang dia dengar, Alissa pun membuka kedua matanya dan dia bisa melihat suasana hutan yang tidak asing. “ Kenapa aku seperti kembali ke Sandora.?” Tanya Alissa bingung. Ketika Alissa menoleh ke belakang, rupanya pintu penghubung dunia manusia dan dunianya tertutup dengan rapat. Alissa ragu dirinya tidak bisa kembali ke Sandora lagi, dan itu artinya saat ini dia sudah berada di dunia manusia. Alissa melihat bulan dan bintang yang sama seperti di Sandora, bahkan pohon dan semak belukarnya sama. Yang membedakan adalah ketika Alissa berdiri di pundak bukit dan melihat kilauan cahaya yang begitu banyak di bawah sana, persis seperti ketika dia berada di istana dan melihat perumahan warga yang menyala ketika malam tiba. “ Jadi ini dunia manusia.” Ucapnya lirih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN