Pria itu baru saja terbangun dari tidurnya dan hal pertama yang dia lakukan adalah menutup mata kemudian membayangkan isi kamarnya di penuhi oleh sekumpulan peri-peri kecil, dia juga membayangkan bagaimana para kurcaci datang menyiapkan sarapan dan elf yang memberikannya pelayanan layaknya seorang raja.
Edwyn Karl, seorang pria berusia 25 tahun hidup sendirian di sebuah kota bernama Hamburg. Edwyn merupakan seorang pengangguran dimana dia hanya mencukupi dirinya dengan menjadi seorang pendongeng di jalanan.
Edwyn senang menceritakan kehidupan dunia fantasi kepada anak-anak, namun sayangnya aksi Edwyn sering di anggap gila dan bodoh oleh para orang tua. Alhasil dia biasanya hanya mendapatkan uang dari pejalan kaki karena menganggap dirinya sebagai pengemis jalanan.
Kesukaan Edwyn menceritakan kisah fantasi berawal dari dia berusia 5 tahun, mendiang ibunya selalu memberikan kisah tentang dunia fantasi sehingga dia percaya jika makhluk itu benar-benar ada di suatu dunia yang tidak terlihat oleh manusia.
Kecintaan Edwyn terhadap dunia fantasi membuatnya sangat tergila-gila memiliki rumah yang berbentuk kerucut, hal itu dia jadiakan contoh dari sebuah buku dongeng yang menggambarkan rumah para kurcaci dimana bentuknya yang mungil jika di lihat dari luar namun ketika memasukinya akan terasa lebih luas.
Hari ini Edwyn baru saja kembali dari kota setelah mengunjungi perpustakaan untuk mencari koleksi buku baru seputar dunia fantasi. Edwyn kembali ke rumahnya sekitar pukul 8:00 malam dan selama sepuluh jam terakhir dia benar-benar menghabiskan waktunya untuk membaca.
“ Edwyn, ada surat untukmu.” Seru seorang tetangga yang baru saja datang menghampiri Edwyn di depan rumahnya.
“ Terima kasih Maria.” Balas Edwyn setelah menerimanya.
Edwyn mulai membaca surat tersebut sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya, tangannya sibuk menyimpan tas dan atribut yang melekat di tubuhnya meskipun dia masih fokus pada surat yang dia pegang.
Dear Mr. Karl
Maaf, anda belum memenuhi syarat dalam perusahaan kami.
Bukan hal baru lagi bagi Edwyn ketika dirinya melamar pekerjaan dan balasan yang datang tak lain adalah penolakan, hal ini membuatnya semakin malas untuk mencari pekerjaan tetap. Alhasil surat tersebut di buang ke dalam tempat sampah, kemudian dia sibuk mengamati koleksi berbau dunia fantasi miliknya.
“ Seandainya aku bisa menikah dengan Elf, mungkin hidupku akan jauh lebih baik sekarang.” Ucapnya sambil tersenyum kegirangan.
Seberkas cahaya terlihat jelas dari jendela rumah Edwyn, dia yang penasaran kemudian mendekati jendela dan membukanya sambil melirik ke arah bukit Hasselbrack yang merupakan bukit terlarang untuk manusia kesana.
Edwyn yang sudah lama tinggal di tempat itu pun masih penasaran mengapa bukit itu tidak boleh di dekati oleh warga selain pekerja hutan, hal ini sampai membuatnya mengira jika bukit itu merupakan lokasi para Elf berada.
“ Apa aku harus kesana untuk mengeceknya? Cahayanya terlihat sangat mencurigakan, itu tidak mungkin cahaya lampu.” Ucap Edwyn mulai memikirkannya dengan baik.
**
Malam semakin larut, ketika Alissa menggunakan kekuatannya untuk menerangi jalan yang dia lalui mendadak dia merasa lemah dan langkah kakinya pun tidak sekuat ketika dirinya berada di Sandora lagi.
Alissa teringat akan ucapan Winola jika ada dua kemungkinan yang akan terjadi jika Elf datang ke dunia manusia, dan salah satunya mulai di rasakan oleh Alissa. Namun meski begitu dia tidak ingin kembali ke Sandora sampai dirinya menemukan sosok misterius yang telah menculik dan membunuh teman-temannya itu.
“ Siapa disana.?” Suara itu berhasil membuat Alissa terkejut, di tambah ada sorotan cahaya yang mengarah ke arahnya dan membuat Alissa terpaksa harus bersembunyi di balik semak-semak.
“ Apa kau melihatnya? “
“ Sedikit, dia terlihat seperti seorang gadis tapi pakaiannya sangat aneh.”
“ Apa jangan-jangan dia adalah peri yang seperti orang-orang katakana.?”
“ Itu hanya sebuah legenda kuno, tidak mungkin mereka berada di sekitar sini.”
“ Ya sudah kalau begitu kita lanjut mengawasi tempat ini.”
Dua orang itu telah pergi menjauh dan sekarang Alissa bisa keluar dari persembunyiannya, dari percakapan mereka Alissa sudah bisa mengerti dengan mudah. Bahasa yang di gunakan oleh manusia ternyata tidak sesulit yang dia kira, dengan begitu dia bisa mengerti dengan mudah apa yang mereka bahas.
“ Tunggu aku teman-teman, aku janji akan menemukan kalian secepatnya.” Ucap Alissa bersungguh-sungguh.
**
Fajar sudah menyingsing menunjukkan kilauan jingga di atas langit, sebentar lagi cahaya matahari pun akan menampakkan dirinya. Alissa masih belum keluar dari hutan, dia tidak tahu ke arah mana dia harus pergi.
Energinya sudah hampir habis semakin dirinya berjalan menjauhi tempatnya keluar dari Sandora semakin dirinya juga menjadi sangat lemah, bahkan untuk berlari pun terasa begitu sulit.
Satu tembakan yang entah datang dari mana berhasil mengenai lengan Alissa, dia terjatuh sambil meringis kesakitan. Dia tidak pernah tahu rasanya di tembak akan memiliki sakit yang luar biasa, tiba-tiba saja terdengar suara para manusia yang berkata bahwa mereka sudah mendapatkannya.
Alissa tahu kalau yang mereka maksud adalah dirinya, dengan sekuat tenaga dia bangkit dan berusaha berjalan menjauh sebelum mereka melihatnya. Dia mencoba mengeluarkan kekuatannya untuk menyembunyikan dirinya itu, meski sangat sulit dan membutuhkan banyak kekuatan dia pun berhasil sehingga dirinya dengan cepat meninggalkan tempat itu.
“ Aku tidak bisa melawan mereka dengan kondisiku yang seperti ini, aku harus pergi dari mereka.”
Semakin Alissa menggunakan kekuatannya itu, dia merasakan sakit yang luar biasa yang dia dapatkan dari tembakan barusan. Akhirnya kekuatannya menghilang dan dia tak sanggup untuk berlari lagi, dia berpikir manusia itu mungkin sudah kehilangan jejaknya sehingga dia aman untuk saat ini.
“ Aku sudah tidak kuat lagi.” Ucapnya yang perlahan jatuh ke tanah.
Kesadaran Alissa sudah mulai memudar namun dia melihat ada sepasang kaki yang mengarah ke arahnya, saat itu juga dia sangat menyesal telah melanggar ucapan ibunya dan berakhir seperti sekarang.
“ Maafkan aku ibu, aku gagal menjadi anak yang baik, maafkan aku juga teman-teman.” Benak Alissa sebelum akhirnya dia kehilangan kesadarannya.
**
Perlahan namun pasti Alissa mulai membuka kedua matanya, dia melihat langit-langit ruangan yang tak asing dan pernah ia lihat sebelumnya. Aroma sedap yang mengguggah selera membuatnya sadar sepenuhnya, dia kemudian teringat bahwa sebelumnya dia mengalami kejadian yang tidak menyenangkan oleh perbuatan manusia.
“ Aww.” Keluhnya saat menyadari bahwa lengannya sakit dan terdapat perban yang melekat di sana.
“ Kau sudah sadar.” Suara itu baru saja membuatnya terkejut sehingga dengan spontan melemparkan sihir ke arahnya.
Pria itu terlempar hingga tubuhnya menghantam dinding rumahnya, dia merasakan sakit yang luar biasa namun masih bisa menahannya. Alissa yang masih di buat terkejut bingung sebab dia bisa menggunakan kekuatannya lagi untuk menyerang manusia tersebut.
“ Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin menolongmu.” Sahut pria itu mencoba untuk mendekati Alissa lagi.
Alissa kembali memberikan sihirnya kepada pria itu agar dia tidak bisa bergerak, bagaimana pun juga pria itu adalah manusia dan dia tidak akan segan-segan untuk menyerangnya. Begitu pria tersebut berhasil di bekukan olehnya, Alissa pun beranjak untuk pergi dari sana setelah dia mendapatkan kekuatannya kembali.
Rumah pria itu seketika mengingatkan Alissa dengan perumahan para Elf yang ada di Sandora, bagaimana mungkin pria itu bisa menirunya dan membuatnya seakan-akan Alissa sedang berada di Sandora.
Ketika Alissa sudah membuka pintu, dia melihat suasana perumahan yang jelas sangat berbeda dengan rumah pria itu. Alissa senang akhirnya dia bukan di hutan lagi, dia yakin kondisinya yang melemah tak lain adalah karena hutan tersebut.
Untuk membuat dirinya tidak mendapat perhatian oleh banyak orang, dia pun menyamar sebagai manusia dengan mengikuti penampilan mereka serta bentuk tubuh mereka yang menurut Alossa sangat aneh.
Setelah Alissa berjalan cukup jauh dari rumah pria itu, mendadak dia merasakan sakit yang luar biasa dan kondisinya kembali melemah sama seperti semalam ketika dirinya berada di hutan. Penyamaran Alissa hampir berubah ke bentuk aslinya, dia pun bergegas menuju tempat yang sepi agar tak ada yang melihatnya.
Alissa menyentuh lengannya yang sakit dan berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena takut ketahuan, dia tak sadar di sebelahnya ada seorang anak perempuan yang menatap Alissa dengan bingung.
“ Apa itu kostum.?” Tanya anak perempuan itu mengira penampilan asli Alissa adalah sebuah kostum.
Alissa yang tak senang akhirnya membuat anak perempuan itu takut dengan perubahan ekspresi wajahnya, namun siapa sangka anak itu langsung menangis dengan suara yang keras. Akibatnya Alissa harus segera pergi karena dia mendengar suara ibu dari anak itu memanggilnya dan hendak ke tempat mereka berada.
“ Ada apa sayang? Kenapa kamu menangis.?” Tanya sang ibu.
“ Ada wanita aneh dengan telinga panjang dan mata biru disana bu.” Tunjuk sang anak ke arah Alissa pergi barusan.
“ Itu mungkin hanya badut, ayo kita pulang.” Ajak sang ibu namun masih membuat anaknya menatap ke belakang memastikan apakah Alissa akan muncul lagi atau tidak.
**
Pria itu berlari kesana kemari mencari sosok yang membuatnya tak tenang seharian, dia sudah bertanya kepada orang-orang akan ciri-cirinya namun sayang hal itu di anggap aneh oleh mereka. Edwyn tahu dia memang selalu tegrila-gila dengan dunia fantasi, namun kali ini dia tidak pernah menyangka akan bertemu secara langsung salah satu makhluk mitologi tersebut.
“ Nyonya Paula, apa kau melihat ada seorang gadis cantik bermata biru dengan rambut emasnya lewat di sekitar sini.?”
“ Edwyn, kau harus sadar dari khayalan mu itu nak. Berhenti bersikap seolah-olah apa yang kau gemari itu ada di dunia ini.” Balasnya menohok.
Edwyn pun kembali mencarinya, kali ini dia tidak akan menanyakannya kepada warga sekitar karena jawaban mereka pasti akan menyuruhnya untuk sadar. Ketika Edwyn tiba di taman bermain, dia melihat ada sekumpulan anak-anak yang sedang bermain disana dan tanpa sengaja dia mendengar ada satu anak yang bercerita bahwa dirinya baru saja bertemu dengan seorang badut yang memakai kostum aneh.
Karena penasaran akhirnya Edwyn menghampiri anak itu dan menanyakannya lebih jelas, sang anak menjelaskan bahwa badut yang di lihatnya adalah seorang wanita dengan rambut panjang seperti emas dan mata biru serta telinga panjang yang runcing.
“ Dimana kau melihatnya.?” Tanya Edwyn penasaran.
“ Di dekat pasar ketika aku dan ibuku pergi belanja.” Jawabnya lirih.
“ Oke terima kasih atas informasinya.” Edwyn pun bergegas menuju pasar seperti yang di katakana oleh anak perempuan barusan.
Setibanya disana, Edwyn kembali menyisir sepanjang jalan yang ada di pasar. Dia mungkin tidak akan melakukan apapun yang jahat kepada gadis itu, yang dia takutkan adalah jika saja gadis Elf itu di tangkap oleh manusia yang tidak bertanggung jawab.
Edwyn melihat ada sebuah gang yang belum di masukinya, awalnya dia tidak ingin masuk ke dalam namun karena penasaran akhirnya dia masuk. Edwyn pun berhasil menemukan gadis itu yang tertidur di atas tumpukan karton bekas.
“ Hey, apa kau mendengarku.?” Tanya Edwyn berusaha membangunkannya namun sayangnya gadis Elf itu sudah tak sadarkan diri lagi.
**
Edwyn berhasil membawa gadis Elf itu kembali ke rumahnya, beruntung dia menemukan gerobak yang tidak terpakai sehingga dia bisa membawanya menggunakan dan tidak membuat penampilan gadis Elf itu di lihat oleh banyak orang sebab dia menutupnya menggunakan kain.
Saaat ini Edwyn telah selesai menggendong tubuh gadis Elf dan meletakannya di tenpat tidur, Edwyn masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Dia masih mengira semua ini adalah mimpi, keinginannya untuk melihat langsung bagaiaman sosok Elf telah terwujud dan sekarang dia bahkan mengurus gadis Elf itu sebanyak dua kali.
“ Wajahnya sangat cantik, dia persis seperti manusia. Hanya saja telinga dan warna mata serta rambunya sangat mencolok.” Gumam Edwyn.
Jika saja Edwyn tidak penasaran dengan bukit Hasselbreak, mungkin dia tidak akan menemukan gadis Elf ini di kaki bukit sana. Karena Edwyn menemukannya di bukit itu dan semalam ada cahaya yang datang dari bukit tersebut itu sudah cukup menandakan bahwa gadis Elf ini datang dari bukit itu.
Saat ini Edwyn takut jika gadis Elf ini bangun dan dia kembali menyerangnya. Yang tadi saja sudah membuat tubuhnya kesakitan, namun anehnya dia masih kepikiran soal sihir gadis itu yang berhenti bekerja setelah dirinya pergi.
“ Kau boleh istirahat lebih lama disini, aku akan keluar mencari makanan untukmu.” Ucap Edwyn dan bergegas meninggalkan rumahnya.