"Eh ke kantin yok." ajak Yesaya kepada mereka berdua. Gama langsung mengangguk, tapi tidak dengan Lara. Sekarang ini Lara mengatakan bahwa ia tidak bisa ke kantin karena ia harus melihat buku-buku yang tadi di beri oleh guru karena ia memang belum melihatnya. Tadi saat di ruang kepala sekolah ia hanya diberi buku itu dan langsung pergi ke kelas bersama Duka tersebut.
"Eh kalian aja, gua masih harus lihat buku hehehe." ujar Lara dengan alasan yang cukup bagus hingga akhirnya membuat mereka semua percaya.
"Ya udah deh tapi next harus ikut ya Senja." jawab Fara membuat Lara mengangguk. Kini mereka bertiga sudah keluar dari kelas 10 IPS 2. Di kelas ini hanya tersisa beberapa orang saja yang entah kenapa tidak pergi ke kantin.
Sebenarnya Lara bukan tidak ingin pergi ke kantin, tapi ia tahu bahwa di sekolah elite ini pasti makanan di kantin juga sangat mahal. Ia tidak akan mampu membelinya, jika mampu pun sayang juga karena mungkin makanan di sini harganya bisa seharga makanan selama beberapa hari Lara di rumah.
Lara mengambil roti yang tadi ia beli dari warung, selain itu ia juga membawa air mineral. Kini Lara pergi untuk ke taman belakang sekolah ini. Ia tadi melihat di denah bahwa ada taman belakang sekolah. Bukan karena apa ia ingin makan disana. Ia hanya ingin makan sembari membaca buku dengan tenang dan juga dengan nyaman. Ia yakin bahwa taman belakang pasti sangat sepi nantinya. Ia pun sudah berjalan menuju ke taman belakang sekarang ini.
Sementara itu Yesaya, Fara dan Duka sudah berada di depan kantin yang terlihat sangat besar. Mereka langsung duduk setelah memesan makanan yang akan mereka makan. Kedatangan dari mereka bertiga membuat isi kantin menatap ke arah mereka, terutama ke arah Duka yang merupakan siswa baru disana. Sementara Raksa yang sedari tadi sudah ada disana tampak tidak mempedulikan adanya Duka di kantin ini. Ia hanya merasa kesal saja tiap melihat wajah adiknya itu. Adik yang tidak pernah ia anggap ada.
Jika Duka sekarang ini hanya bersama dengan dua orang teman barunya, berbeda dengan Raksa yang mana sepertinya Raksa sudah berkumpul dengan banyak teman barunya. Sepertinya Raksa juga sudah mulai dekat dan membaur dengan anggota tim basket SMA Garuda Jaya ini. Kini Raksa bahkan sudah terlihat seperti berteman sejak lama dengan yang lainnya. Ya memang itu lah kehebatan dari Raksa yang sangat pandai bersosialisasi.
"Ah iya gua lupa ngabarin temen gua. Bentar ya." ujar Duka yang baru teringat lagi bahwa ia belum mengabari Rizky dan juga Banu sekarang ini.
"Ngabarin apaan emang?" tanya Yesaya kepada Duka tersebut saat ini.
"Itu, gua kemarin pindah belum bilang dan belum pamit sama mereka. Mungkin mereka sekarang lagi nyari-nyari gua karena mereka bom chat sama bom call gua tadi." ujar Duka mengatakan hal tersebut kepada mereka itu.
"Hah? Jadi Lo pindah kesini belum ngomong sama sekali sama temen Lo gitu? Atau gimana kok gua jadi bingung?" tanya Fara dengan bingung.
"Iya, gua ga sempet bilang apa-apa sama mereka." ujar Duka tersebut.
Duka sudah mengirimkan pesan kepada Rizky dan Banu bahwa sekarang ini dirinya sudah pindah ke sekolah lain. Mereka agak jauh sekarang karena memang Duka pindah daerah ya meskipun daerah mereka bisa di jangkau dengan kendaraan mungkin selama satu sampai dua jam. Tapi tetap saja mereka sekarang ini sudah berada di tempat yang sangat jauh juga saat ini.
Sementara dua teman Duka yang sekarang ada di sekolah lamanya itu benar-benar sangat terkejut ketika membaca pesan dari temannya yang sedari tadi sudah ia cari-cari keberadaannya tapi mereka menganggap bahwa Duka tidak berangkat dan hanya membolos saja. Namun sepertinya mereka salah. Ini lebih gila dari membolos sekolah yang sering mereka lakukan. Ini gila karena temannya itu ternyata pindah kota dan juga pindah sekolah juga.
"Ini si Gama gila apa gimana sih woy. Dia ga cuman bolos tapi dia pindah anjir sumpah deh. Ga pernah mikir gua dia bakalan pindah kayak gini. Mana ga bilang-bilang lagi, edan ya tuh orang." ujar Banu yang tampak kesal. Sementara hal itu membuat beberapa teman kelasnya mendengar hal itu dan mereka sangat kaget. Trouble maker yang sering membuat kegaduhan di kelas dan sekolah mereka ternyata sudah pindah ke sekolah lain sekarang.
Ah meskipun mereka tidak dekat dengan Duka karena memang mereka takut dengan Duka, tapi keberadaan Duka di kelas mereka membuat banyak kelas menjadi takut dengan kelas mereka. Selain itu mereka juga selalu di bela oleh Duka. Ya meskipun Duka sangat keras tapi Duka juga sangat baik.
"Emang gila itu orang. Ngapain juga dia pindah elah. Telfon sekarang deh." ujar Rizky dan kini Banu mendiall nomor Duka dengan sangat kesal. Tentu mereka berdua kesal karena mereka seperti tidak dianggap juga.
"Nah kan bener, baru gua bilang mereka dah call gua aja. Gua yakin mereka mau marah-marah pasti ini." ujar Duka sembari memperlihatkan handphonenya yang memperlihatkan nama Banu kepada Fara dan Yesaya.
"Hahaha, coba loud speaker deh gua mau denger." ujar Yesaya tersebut. Duka melakukannya tapi ia mengecilkan suaranya agar suaranya hanya terdengar di meja mereka saja. Sekarang ini mereka sudah mendengarnya.
"Heh g****k Lo pindah ga bilang-bilang, edan ya Lo. Tega bener woy. Ini nanti yang mau jagain kelas siapa woy. Lo kan premannya." ujar Banu itu.
"Bener Weh, kalo Lo bisa lihat nih ya keadaan kelas lagi heboh sambil ketakutan gara-gara Lo pergi. Dah lah ga bisa lagi sombong sama anak-anak yang lainnya sekarang ini. Lo ngapain sih pindah?" tanya Rizky sekarang ini.
"Hahahaha sabar guys, ya biasa lah gua kan emang nomaden. Makanya jangan sombong-sombong sama anak kelas sebelah. Ya udah lah gua cuman bisa bilang ngomong aja sama kalian kalo gua minta maaf ga sempet pamit. Ntar gua titip ya, traktir anak kelas sebagai permintaan maaf gua. Bilang juga sama mereka, ga usah takut sama kakak kelas. Dah gitu aja." ujar Duka itu.
"Lo bener-bener ya Gama, sumpah sih ini kita kehilangan banget. Lo lagi juga aneh banget kenapa juga pakek ikut pindah." ujar Banu yang masih kesal.
"Hahah bentar deh gua mau makan dulu ya ntar gua call lagi." jawab Duka kepada Banu dan Rizky. Setelahnya ia mematikan panggilan tersebut.
"Wah gila, Lo preman sekolah dulu? Wahh Lo harus gabung sama Genk gua nih." ujar Yesa kepada Duka tersebut. Duka menggeleng kepalanya itu.
"Enggak lah, gua enggak kayak gitu. Ngawur aja itu mereka. But gua emang suka bolos dan sebagainya lah." ujar Duka kepada mereka berdua. Mereka kini makan karena makanan mereka memang sudah datang juga.
Sementara itu Lara sekarang sudah berada di taman belakang sekolah. Tempat yang memang ingin ia datangi, dan sesuai dugaannya bahwa taman ini sangat sepi, hanya ada beberapa orang saja sekarang ini. Tentu waktu istirahat ini banyak dihabiskan orang-orang ke kantin daripada ke taman.
Lara sekarang sudah duduk di salah satu tempat duduk yang ada di taman belakang sekolah. Sekarang ini dirinya sudah membuka rotinya dan minumannya. Ia sekarang sudah membuka makanan dan minuman lalu membuka buku yang ia bawa. Ia akan makan dan membaca disini sekarang.
Ia menikmati waktunya disini. Baginya dimana pun ia belajar akan terasa sama saja. Ia pindah sekolah pun tak apa selagi sponsor beasiswanya masih memberikan ia beasiswa penuh karena jika tidak maka ia harus berhenti bersekolah mungkin. Lagi pula ia juga tidak pernah memiliki seseorang yang menjadi teman baginya jadi ia tidak masalah untuk apapun itu nantinya.
Ia tidak pernah mendapat teman karena ya memang ia hanya anak beasiswa dari keluarga yang bahkan kekurangan. Siapa yang mau berteman dengan seseorang seperti dia? Ia rasa tidak akan ada yang mau berteman.
Sementara itu, di sana lapangan belakang sekolah itu juga terdapat beberapa cowok yang memang suka bermain disana entah mereka hanya bermain atau makan bersama disana atau hanya mengobrol saja. Cowok-cowok itu merupakan anak-anak Genk terkenal di SMA Garuda Jaya dan ini lah yang tadi disebut oleh Yesaya karena Yesaya juga tergabung dengan mereka. Disini terdapat banyak sekali Genk dengan berbagai macam Genk.
Ada Genk yang baik dan ada Genk yang sangat buruk disini. Genk Yesaya itu ada diantara keduanya karena mereka juga sering sekali jahil. Kini mereka disana malah bermain bola, tampak mereka bermain bersama-sama.
Lara sekarang masih membaca bukunya meskipun taman belakang terdengar semakin lama semakin ramai tapi Lara tetap bertahan disana karena mungkin ini adalah tempat yang sangat tenang diantara tempat yang lainnya. Jadinya ia ada disana, Lara sudha menghabiskan rotinya sekarang. Ia sedang minum air mineralnya. Kini ia membaca bukunya lagi, istirahat di tempatnya ini lumayan lama karena istirahatnya selama empat puluh lima menit. Entah lah memang aneh tapi itu lah keadaannya yang sebenarnya. Ia meminum lagi minumannya itu tapi tak beberapa lama kemudian, blammm.
"Oh my God sorry, kita emang sengaja tapi buat ngenain kepala Lo ga sengaja. Awalnya mau ngenain botol Lo doang sumpah." ujar salah satu orang yang kini mendekati Lara yang sedang memegangi kepalanya yang tiba-tiba berputar karena ia yang tadi terkena bola basket oleh Genk yang tadi bermain basket di taman belakang. Entah lah apa yang mereka pikirkan itu.
"Wah gawat nih, Lo pada nih woy yang ngasih ide gila sih ide Lo." ujar salah satu cowok yang lainnya. Kini mereka sudah benar-benar saling menatap dan saling menyalahkan sementara Lara masih sangat pusing. Rasanya seperti kejatuhan sesuatu yang sangat berat sekarang ini.
“Eh lo ga papa kan? Hallo? Lo bisa denger gua ga?” tanya salah satu cowok lagi disana.
Lara sekarang ini benar-benar sangat pusing dan tak lama setelah itu semuanya menggelap, Lara pingsan disana.
“Wah lo nih ya gara-gara lo nih.” ujar Beryl kepada teman-temannya.
“Eh enak aja lo ya.” ujar Geo.
“Udah woy mending bawa dulu cewek ini ke UKS. Gua belum pernah lihat dia, dia siswa baru?” tanya Fajar kepada mereka semua.
“Bener juga, ga tahu dah gua.” ujar Geo.
Sekarang ini tampak Fajar menggendong Lara menuju ke UKS, yang lainnya pun mengikuti karena bagaimana pun juga mereka ikut andil dalam hal ini juga.