AKU JUGA MAU MENIKAHI LISTY

1113 Kata
“Dari Mas Prabu, Papa baru tahu ternyata Listy sudah mengembalikan semua barang dari Galih, termasuk hantaran saat lamaran. Jadi semua sudah dipulangkan tidak ada sama sekali barang dari Galih termasuk hantaran lamaran, hantaran tunangan, semuanya sudah dikembalikan kecuali makanan.” “Makanan kan waktu itu kita bawa berapa parcel buah dan kue-kue kalau nggak salah, itu yang waktu kemarin tidak dibawakan oleh Listy tapi semua barangnya sudah dikembalikan.” “Kan Mama sudah bilang semua sudah dikembalikan Pa,” ucap Seruni. “Papa enggak perhatikan saat Mama bilang itu. Jujur saat itu Papa sedang syok melihat video yang Listy kirimkan.” “Aku nggak ngebayangin kalau besok kita datang, lalu hantaran makanannya juga dikembalikan ke kita,” ujar Taufik. “Kalau sampai itu terjadi, itu adalah penghinaan buat Galih. Karena sampai makanan pun dikembalikan. Itu penghinaan buat Galih!” kata Seruni. Dia tak bisa membayangkan bila hal itu terjadi, taapi dia akan menerima semuapenghinaan itu dengan hati lapang. Itu konsekwensi yang dia harus terima akibat ulah anaknya. “Tapi Galih harus merasakannya Ma. Kita jangan kesinggung. Wajarlah Listy dan keluarganya seperti itu. Kalau Mama berada di pihak Listy, Mama tuker Listy adalah anak Mama, Galih adalah anak pak Prabu, itu gimana rasanya Mama sebagai ibunya?” “Kalau anak Mama digituin sama calon menantu, pasti marah ‘kan? Jadi wajar. Coba kita berpikir dari pihak lawan kita,” ucap Taufik bijak. “Itu sudah Mama lakukan sejak Mama jadi pengacara. Selalu seperti itu. Kita harus tahu pola pikir lawan kita tuh bagaimana, sehingga kita bisa mengambil langkah lebih cepat dari sang lawan. Kalau kita nggak bisa mengetahui bagaimana pola pikir lawan kita, ya kita pasti kalah terus karena tiap lawan pasti beda pola pikirnya,” kata Seruni. “Nah itu Ma maksud aku, jadi Mama nggak perlu sangat marah sama Listy, karena yang dia lakukan adalah wajar. Sangat wajar.” “Tapi kamu sudah bilang sama Galih semuanya?” tanya Mahendra. “Sudah Pa. aku sudah katakan sama Galih, kalau dia belum dihajar sama Listy aku yang akan hajar dia. Tapi ternyata dia sudah babak belur sama Listy. Kaki kirinya retak jadi mungkin dia agak lama bisa aktif lagi. Tapi aku yakin hari ini atau besok dia sudah boleh keluar dari rumah sakit.” “Kemarin Papa sudah ultimatum dia, begitu dia keluar dari rumah sakit, dia Papa tunggu di rumah. Kalau dia tidak datang sama sekali Papa akan coret dia dari nama keluarga besar. Padahal sekarang pun dia sudah sangat membuat malu kita. Terlebih-lebih nama Mama. Kalau Papa namanya akuntan publik sih nggak ada sangkut paut dengan nama besar. Tapi nama Mama di tingkat pengadilan kan jadi rusak gara-gara kelakuan dia.” “Kalau Mama bikin ini delik pengaduan, yang rusak adalah kita. Bukan Listy. Tanpa pengacara pun dia akan bisa bela diri kok, bahwa dia tidak melakukan kesalahan. Dia hanya memberitahu keluarga Harsana bahwa ini alasan saya putus dari Galih. Listy tidak punya tendensi apa-apa.” “Yang menyebarkan, itu yang salah. Jadi bukan pengunggah utama. Karena tujuan utama Listy hanya untuk keluarga Harsana. Yang menyebarkan ke luar keluarga Harsana, itu yang salah!” “Itu poin pokok yang Mama tangkap. Jadi makanya Listy sudah bilang sejak awal, saya berani yang melakukan tindak kekerasan pada Galih, jadi dia bersedia membayar semua biaya rumah sakit, kalau dia harus tanggung. Dan dia berani berhadapan di depan hukum bila diadukan oleh Mama.” “Itu dia sudah bilang begitu kok. Bukan Listy sombong dan tidak menganggap nama besar Mama. Tapi dia yakin dia bisa menang tanpa pengacara siapa pun.” “Itu yang Mama tangkap dari tulisan dia di flashdisk.” “Iya. Nanti juga biar Galih baca secara lengkapnya. Juga Galih harus tahu semuanya sudah dikembalikan. ‘Kan waktu kamu ke rumah sakit kamu belum bilang sama Galih bahwa semuanya sudah dikembalikan. Bahkan kardus undangan sama sekali utuh, belum pernah dibuka. Semua barang serah-serahan dikembalikan,” ucap Taufik. “Biasanya kalau barang seserahan itu nggak dikembalikan loh Pa, Ma, mungkin kalau barang kenangan pemberian Galih okelah. Tapi kalau seserahan dikembalikan itu berarti dia sudah sangat marah.” “Padahal Mama senang banget sama Listy. Dia perempuan yang baik sopan. Mama kaget waktu tahun lalu Galih pulang bawa dia. Galih yang amburadul itu membawa perempuan santun yang sangat manis. Ternyata mereka pernah bertemu di Amsterdam sebelumnya, berkenalan di sana. Lalu ketika bertemu di sini mereka menyambung perkenalan dan terlibat cinta.” “Mama bahagia banget Galih akan mendapat Listy, bahkan dengan sopan Galih minta izin sama kamu buat ngelangkahin. Itu benar-benar Mama akui hebat, karena berkat Listy. Kalau Galih sendiri Mama yakin nggak akan berpikir begitu,” sesal Seruni. “Iya Ma, aku bukan nggak mau memulai lagi. Tapi rasanya belum siap,” kata Taufik. Taufik memang bukan tidak punya kekasih. Tapi dia pacaran sama seorang yang dia cintai. Sejak awal kuliah gadis itu berkali-kali menolak Taufik, dia bilang dia tidak pantas buat Taufik. Akhirnya setelah didekati Taufik lama, gadis itu bercerita jujur bahwa dia kena kanker leukomia. Jadi tidak mau menerima Taufik agar Taufik tak kecewa dan menderita. Tapi Taufik tetap bersikukuh ingin mempersunting gadis tersebut. Empat bulan sebelum pernikahan gadis tersebut meninggal. Itu yang membuat Taufik belum siap memulai kisah baru lagi. “Seandainya Listy mau, aku mau kok gantiin Galih. Tapi aku yakin Listy trauma. Nggak mungkin kan dia punya adik ipar itu mantannya dia yang sangat dia benci?” “Jadi nggak mungkin lah kayak di n****+-n****+ karena undangan sudah jadi lalu aku jadi pengantin pengganti. Aku yakin kok, Listy dan keluarganya tidak akan mau, walau sejak mengenal istri aku juga jatuh cinta sama Listy Ma. Dia perempuan yang humble, hebat dalam bisnis tanpa bantuan keluarga, aku suka sama dia. Sayang Galih tidak melihat itu.” “Mungkin kemarin Listy ingin mengajak mengambil undangan yang sudah jadi atau undangan sudah ada di mobilnya, tinggal diangkat oleh Galih dari mobil, ternyata yang dia temui di kamar Galih seperti itu,” Mahendra menduga kejadia kemarin saat Listy memergoki Galih. “Aku ya aku rasa seperti itu sih Pa. Mungkin waktu itu Listy mau ngasih tahu Galih kejutan bahwa undangan mereka sudah jadi.” “Iya bisa jadi seperti itu, ternyata Listy sudah tahu password pintu apartemen sehingga dia bisa masuk.” “Untungnya dia tahu, kalau nggak tahu pasti Galih akan menyembunyikan perempuan tersebut atau dia bilang sedang mau berangkat ke pemotretan atau alasan apalah stelah mereka mengehntikan semuanya dan memakai baju baru buka pintu. Untungnya dia tahu Ma, sehingga bisa melihat seperti itu. Bisa saja kan dibuka si perempuan sedang duduk sopan di ruang tamu menunggu Galih yang sedang mandi atau apa dengan mengatakan mereka mau ada pemotretan?” “Benar, untungnya Listy tahu password apartemen itu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN