MULAI MENYESAL

1009 Kata
Galih terpana dan takut membaca pesan yang Mahendra kirimkan. Dikirim dengan huruf kapital dan di bolt benar-benar papanya sudah sangat marah biasanya kalau meninggalkan pesan, Mahendra biasanya dengan voice note bukan dengan tulisan dan biasanya kalau masih bisa menghubungi dengan bicara Mahendra lebih memilih bicara tidak meninggalkan pesan suara, kalau Galih tidak bisa dihubungi dia baru akan meninggalkan voice note atau pesan suara. Tapi kali ini pesan yang dikirim oleh Mahendra adalah tulisan dengan huruf kapital. GALIH POV “Mengapa aku jadi seperti ini? Mengapa aku jadi jauh dengan ajaran mama dan papa? Aku terlalu bodoh terhanyut oleh aliran pergaulan. Aku terlena dengan alunan arus pergaulan yang aku rasa melenakanku!” sesal Galih membaca ultimatum papanya yang sangat sabar dan lembut. Bahkan mamanya kalah sabar dan kalah lembut dari sanga papa. Mamanya perempuan tegas. “Saat berangkat ke Amsterdam, aku masih Galih yang manis dan lugu. Satu bulan sampai dua bulan di sana aku tetap masih seperti itu. Tapi di studio bau asap rokok selalu menggodaku. Ada rasa-rasa manis yang aku cium sehingga aku mulai mencoba. Diajari oleh beberapa teman, akhirnya aku bisa berkenalan dan bahkan sangat akrab dengan rokok. Suatu benda yang dulu tak pernah aku sentuh.” “Tak haram, tapi di keluargaku bend aitu tak familiar. Bahkan papaku, kakekku, kakakku, uwak, pakde, tidak ada yang merokok. Mereka tak antipasti, tapi mereka menyayaangi tubuh mereka. Mereka menghargai tubuh yang telah Allah berikan untuk dirawat sebaik mungkin, bukan dengan mengkonsumsi sesuatu yang merusak diri dan lingkungan.” “Aku merasa nyaman dengan teman-teman baruku. Di semester dua, di semester itulah aku mulai berkenalan dengan klub malam. Aku mulai menyesap minuman yang awal-awalnya tentu yang manis. Sangat enak. Tidak memabukkan, tapi membuat pikiranku jadi terang untuk berpikir.” “Aku menyukainya. Sangat menyukainya. Akhirnya aku pun mulai belajar berkenalan dengan minuman yang sedikit pahit. Ternyata enak dan aku kuat. Tolerasiku terhadap mabuk sangat tinggi. Aku tidak mabuk. Aku bukan tukang mabuk dan tidak pernah mabuk!” “Hanya mulai enteng saja. pikiran pun jernih, aku suka efek yang ditimbulkan oleh minuman yang aku konsumsi.” “Malam itu aku mulai minum dan ada beberapa temanku yang membawa perempuan. Ada satu orang yang mulai mendekatiku. Aku yang mulai berpenampilan seperti teman-temanku dengan pakaian yang menurutku sangat artistic, robek sana robek sini, kaos bunting tanpa lengan, itu sangat membuat aku bebas berekspresi. Tidak santun lagi seperti saat aku di bawah ketiak mama dan papaku di Indonesia.” “Perempuan itu mulai mencium leher dan pipiku, dan aku merasakan sensasi yang sangat ajaib. Aku berikan apresiasi setinggi-tingginya kepada si kecilku yang menggeliat bangun. Jelas saja si kecilku sering bangun saat aku bermimpi, bahkan dia sering menyemburkan lahar panas membuat aku bangun dengan celana basah. Tapi ini adalah pengalaman pertamaku ketika leherku mulai dikecupi oleh perempuan tersebut. Akhirnya aku pun mulai ikut membalas.” “Malam itu aku belum berani melangkah lebih jauh. Hanya malam itu aku sudah mulai belajar melakukan apa yang disebut berciuuman! Berkali-kali aku melakukannya dan aku mulai sangat menyukai kegiatan itu.” ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Wah kamu datang lagi,” tanya temanku ketika tiga hari kemudian aku datang kembali ke klub. “Ya kemarin aku banyak tugas, jadi aku baru datang kali ini,” jawabku santai. Aku memang saat itu banyak tugas. Saat itu ada seorang perempuan sendirian, aku pun mengajaknya berkenalan dan kembali aku bisa melakukan uji coba untuk melakukan kissing benar-benar pengalaman yang mengasyikkan buatku. Sangat mudah mereka melakukannya dengan orang yang baru mereka kenal. Tak jadi masalah buat mereka. Subgguh bodoh aku yang tak bisa mencerna makhluk yang mudah seperti itu adalah sampah, taka da harganya sama sekali. Tapi yang aku pikir saat itu adalah aku dapat bahan praktek secara mudah. Itu saja. Selalu saja aku kembali seperti itu, berani kecup sana kecup sini dan buat para gadis itu ternyata kalau hanya kecupan atau make out buat mereka tidak masalah. Benar-benar sangat memabukkan untukku. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Hari ke-10 sejak aku belajar berciuman, maka malam ini aku digeret oleh seorang perempuan yang sudah mulai mabuk. Dia memaksaku untuk melakukan pemuasan kebutuhannya dan tanpa ragu aku melepas keperjakaanku!” “Sungguh nikmat. Aku baru merasakan nikmatnya melakukan pelepasan secara langsung. Bukan seperti saat aku mimpi basah dan malam itu aku bukan hanya satu kali tapi berkali-kali aku lakukan. Persis seperti pengembara kehausan yang melihat mata air. Aku memuakan minum guna menghilangkan dahagaku.” Teman-temanku mengajarkan aku selalu membawa pil untuk mencegah kehamilan dan memberikan pil tersebut pada perempuan yang sudah tidur denganku kalau aku tidak mau menggunakan sarung. Tentunya kata teman-teman menggunakan sarung itu tidak enak. Jadi aku juga tidak ingin mencobanya. Lebih baik aku menyiapkan pil yang mudah aku dapatkan di sini. Pokoknya setiap aku habis bermain sebelum berpisah aku pastikan perempuan itu minum obat yang aku berikan. Perempuan itu harus minum di depan aku. Kalau pun tidak minum di depan aku, aku pastikan ancam dia bahwa aku tidak menerima komplain kalau dia hamil. Karena dia sudah aku beri obat anti hamil.” “Aku tidak mau punya anak hasil celup sama celup sini. aku tidak mau perempuan bekas sebagai istriku. Ibu anakku harus perempuan bersih. Perempuan yang belum ternoda. Kalau perempuan yang sekarang tidur denganku pasti semua pernah bekas orang dan aku tidak mau mereka jadi ibu anak aku.” “Aku sengaja tak ingin berpacaran di sini karena nanti ribet saat harus menentukan rumah tinggal. Nanti saja aku cari pendamping bila telah kembali ke Indonesia.” “Temanku juga mengajarkan aku harus mendatangi dokter untuk suntik kesehatan, agar tidak terjangkit penyakit kotor. Dan itu aku turuti setiap dua bulan sekali aku harus melakukan pencegahan. Bukan pengobatan. Kalau pengobatan nanti lebih parah dan bisa tak sembuh.” “Untungnya aku bertemu dengan teman-teman yang sangat baik. Mau menuntunku sehingga aku tidak kena penyakit kotor. Eh saat itu semua aku anggap mereka baik mau mengajarkan aku semua yang aku butuhkan.” “Sekarang aku baru sadar, semua penilaian itu keliru. Baru aku sadari saat ini. Ternyata aku dijebloskan pada surga dunia tapi adalah bekal neraka nantinya. Aku sungguh bodoh hidup dengan menganut aliran seks bebas di Amsterdam.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN