KELAK, AKU TETAP AKAN MENGHAJARMU

1059 Kata
Galih tidak tahu jam berapa Papa, Mama dan kakaknya pulang, tapi saat dia dibangunkan hampir magrib, mereka sudah full bertiga ada di ruang tengah. Bibi yang membangunkan Galih meminta Galih untuk langsung ke ruang tengah karena ditunggu oleh mereka. Galih masih memakai kruk atau penopang untuk berjalan karena kaki kirinya belum bisa untuk melangkah. Dokter membalut tulang kering Galih dengan gibs karena tulang keringnya ternyata retak. Dokter bilang kemungkinan untuk bisa berjalan lagi paling cepat enam bulan lagi, itu pun kalau stamina Galih bagus.” Kalau zat perekat di tubuhnya bagus, sehingga dokter banyak memberikan obat untuk Galih. Enam bulan ke depan galih harus menggunakan tongkat penyangga atau kruk. Kruk tidak menghalangi kerja Galih. Dia bisa membuat foto, tapi siapa yang mau memperkerjakannya? Saat ini produksion house sudah mencoretnya. Galih yakin production house kecil pun tidak akan mau menerimanya, setelah namanya tercemar seperti sekarang. Dia harus merangkak dari pintu ke pintu untuk membuat foto mandiri, atau iklan mandiri atau apalah itu. Galih harus membuat karya mandiri yang bisa dia jual. Mungkin nanti dia akan pakai nama samaran agar karyanya bisa menjadi uang. Walau saat ini uangnya masih lebih dari cukup. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Masih hidup kamu?” kata Mahendra sinis saat mereka melihat Galih berjalan tertatih ke ruang tengah. Tanpa salim Galih pun duduk di depan mereka. “Taufik kamu saja yang bicara. Papa rasanya sudah nggak punya kata-kata karena buat Papa dia sudah nggak ada. Anggap saja dia sudah mati,” kata Mahendra dengan sangat menusuk batin Galih. Galih langsung menjatuhkan diri di depan Mahendra dengan lututnya. Kalau untuk menekuk kaki itu sangat mudah tak jadi kendala untuk Galih bergerak dengan lutut. Galih langsung coba meminta ampun pada Mahendra, tapi tangannya yang berada di lutut sang papa langsung ditepis. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Papa kan yang panggil dia suruh pulang. Papa yang ancam kalau dia nggak langsung datang Papa akan coret. Sekarang dia sudah datang loh Pa. ya Papa harus konsekuen denga napa yang Papa lakukan dong. Papa bicara saja. Kalau Papa mau usir dia ya, Papa bicara, setidaknya dia sudah datang sesuai dengan perintah Papa.” Taufik berupaya untuk meredam semua amarah Mahesa. Galih dan Seruni mengerti Galih memang mediator terbaik di rumah ini. Siapa pun yang bertikai selalu dia bisa tengahi. “Papa tidak pernah mengajarkan zina. Papa tidak pernah mengajarkan mencuri. Bahkan untuk berbohong pun Papa tidak pernah membolehkan kalian melakukannya, karena pertanggungjawaban Papa di akhirat kelak itu berat,” kata Mahendra. “Maaf Pa, maaf,” kata Galih terbata. Dia masih bersimpuh. Galih pun langsung bergeser ke Seruni. “Maafkan aku Ma,” pinta Galih mencium lutut Seruni. “Apa kalau Mama memaafkanmu nama Mama bisa kembali bersih?” “Apa kalau Mama memaafkanmu, hidup Mama akan kembali tenang seperti dulu?” “Apa kalau Mama memaafkanmu, semua tudingan ke muka Mama dan Papa dari keluarga besar bisa mereka tarik?” “Hanya karena tingkahmu kami harus menanggungnya. Kamu pezina sepertinya hanya Allah yang bisa berikan maaf pada umatnya yang memang benar-benar tobat.” “Tapi tak ada maaf dari kami, terutama Mama. Mama tidak bisa memaafkanmu. Kamu menikam seorang perempuan, kamu menyakiti seorang perempuan dan Mama seorang perempuan! Jadi Mama tidak bisa memaafkan apa pun alasannya.” “Terlebih kamu melakukannya dengan menyatakan dasar tindakanmu karena kamu adalah lelaki!” “Apa cuma kamu lelaki di muka bumi ini dan semua sama sepertimu tak bisa menahan Hasrat karena tak sabar menunggu seorang perempuan resmi jadi istrinya?” “Banyak kok lelaki lain, termasuk papamu dan kakakmu. Mereka bisa kok membendung Hasrat liar itu. Beberapa kali Papa disodori perempuan malam oleh banyak musuh, atau teman yang ingin menggunting dalam lipatan atau siapa pun yang ingin proyeknya diloloskan Papa, atau ingin menjatuhkan nama Papa.” “Papa bisa saja makan perempuan itu karena Mama nggak akan tahu tapi Papa bisa kok menolak karena walau tak punya nak perempuan Papa berpikir akan punya cucu perempuan. Bagaimana bila mereka mengalami nasib seperti Listy diselingkuhi sebelum menikah atau saat sudah menikah kelak?” “Alasanmu sungguh kotor dengan mengatakan kamu adalah laki-laki yang tidak bisa membendung hasratmu. Taufik itu tiga bulan sebelum Larasati sakit dan tak bisa bangun hanya terbaring. Saat Larasati masih segar belum terbaring, mereka sudah satu kamar dan mereka tidak melakukan apa pun. Mereka hanya saling support. Tidak seperti kamu yang memang menjual order yang memang bukan milikmu.” “Bahkan proyek itu bukan milikmu, kamu jual pada model yang gila popularitas atau gila uang.” “Kecuali proyek atau program iklan itu milik kamu. Kan bukan milik kamu. Kamu hanya kameramannya saja tapi kamu menjual agar si model bisa jadi bintangnya.” “Kamu menjual barang haram dengan cara haram pada perempuan haram atau seperti itu.” “Maaf kalau hanya sekadar maaf di mulut itu mudah, bukan itu yang harus kamu raih. Tapi maaf yang keluar dari lubuk hati yang tulus dan itu sulit di dapat.” “Mama juga nggak mengerti apa maksud Papa memanggil kamu. Kemarin Papa sudah minta pada Pak Prabu untuk menerima kami karena kami ingin minta maaf dan mengembalikan atau menarik lamaranmu.” “Kita pernah melamar dengan resmi, maka saat mundur pun harus dengan resmi. Itu orang yang punya etika. Jadi Mama dan Papa memang bertekad ingin mundur secara baik-baik pada orang tua Listy. tapi ternyata Listy sedang ke Jogja untuk pekerjaannya. Sehingga kami belum tahu kapan kami bisa diterima untuk mundur dari keluarga Listy.” “Mama rasa cuma itu yang Mama bisa katakana. kamu masih boleh memanggil Mama. Tapi kalau untuk hal lain sepertinya Mama tidak bisa lagi. Apa pun yang kamu kerjakan sekarang sudah taka da hubungan apa pun dengan Mama,” ujar Seruni dengan berat hati. Dia sangat terluka dengan semua apa yang Galih lakukan. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Dari aku cuma satu. Begitu kamu sembuh kamu akan aku hajar. Itu janjiku. Aku tunggu sampai kamu sembuh sehingga ada dua kali penderitaan.” “Kalau sekarang percuma, kamu masih menderita. Biar sembuh dulu. Lihat saja, aku janji itu. Aku memang tidak sehebat Listy, yang ternyata karateka nasional. Aku cuma bisa apa sih? Tapi setidaknya aku bisa lah kalau cuma buat mukulin kamu buat babak belur. Aku nggak punya keahlian bela diri apa pun. Tapi dulu aku jagonya berantem. Aku rasa sisa-sisa premanku masih ada. Aku masih bisa menghajar kamu.” “Ingat itu, aku janji di depan Mama dan Papa, aku akan menghajar kamu!” kata Taufik. ≈≈≈≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN