ALASAN SPONTAN

1041 Kata
“Kamu selalu paling bisa memuaskanku. Kamu selalu bisa membuat aku tergila-gila padamu, semua kata-kata manis selalu aku lontarkan sambil terus saja aku memompa tubuhku.” “Aku paling suka dengan gerakan-gerakan erotis seperti ini. Bahkan beberapa artis yang mahir tentu saja bisa melakukan berbagai macam gaya. Tapi untuk kesempatan pertama ini aku memakai gerakan konvensional saja. Aku yang memimpin dan memegang kendali!” ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Apa yang kalian lakukan?” “Tiba-tiba aku mendengar gelegar halilintar di telingaku. Suara yang sangat aku hapal di luar kepala karena suara itu yang selalu menemani mimpi indahku selama ini.” “Aku toleh, ya Tuhan, Listy sedang melihat aku berpacu melawan Marcella!” “Aku seperti merasa nyawaku dicabut dari tubuhku. Saat itu aku tarik handuk asal saja, yang penting bisa menutupi jagoanku. Aku tak peduli Marcella masih naked. Pada saat itu Marcella malah masih merengek kok berhenti sih Honey? Aku kan belum pelepasan, begitu aku dengar Marcella merengek. Tapi aku sudah tak peduli. Aku hanya memikirkan Listy seorang.” “Ini tak seperti yang kamu bayangkan Beib, kataku saat itu sambal menghampirinya di depan pintu kamar, ingin kupegang pipinya.” “Memangnya apa yang dipikirkan oleh orang yang sedang melihat aku berpacu?” “Kata-kataku itu memang spontan. Aku mau bilang apa? Mau bilang kalau aku di jebak? Atau bagaimana?” “Wong lokasi kejadian di rumahku, enggak mungkin kan dijebak di rumah sendiri?” “Selain itu posisi aku yang di atas. Kecuali aku yang di bawah, bisa bilang aku dijebak. Saat itu posisiku di atas nggak mungkin kan aku bilang aku dijebak? Nggak mungkin kan aku bilang aku nggak sadar, wong aku yang aktif memompa. Jadi kata-kata itu memang hanya terucap spontan saja.” “Aku nggak tahu bagaimana Listy bisa bilang aku mendengar semua kata-katamu pada gundikmu itu. Aku mendengar kamu menyebutnya kau selalu yang ternikmat seperti biasa kata seperti biasa artinya kalian biasa melakukan hal kotor itu. Dan kamu juga bilang aku nggak bisa kalau hanya satu kali. Tak puas bila tak mengulangi lagi dan lagi Honey. Itu yang aku dengar sejak tadi!” “Begitu kata Listy saat itu. Tentu saja aku kaget dia mengetahui sejak awal pergulatan.” “Listy benar-benar marah, tak bisa lagi aku bending. Kamu salah Beib aku nggak mungkin berkhianat sama kamu, aku ingin mengatakan aku cuma cinta sama dia, tapi dia langsung memutus kalimatku.” “Aku kasih kepercayaan sama kamu, tapi ini balasannya katanya. Aku tentu saja tidak mau disalahkan begitu saja. Walau aku sangat frustasi karena aku tak ingin pernikahan kami gagal.” “Beib jangan salah sangka dulu. Aku lakukan ini demi kamu. Aku nggak mau ngerusak kamu. Kalau kamu mau diajak main, aku nggak mungkin kan sama cewek-cewek lain.” “Itu pembelaan yang aku katakana. Benar-benar aku mengatakan itu agar Listy mengerti kalau semua aku lakukan demi menjaga kehormatannya seperti yang selama ini dia tampakkan padaku.” “Aku ini cowok Beib, aku nggak sanggup kalau nunggu kelamaan. Aku nggak pakai perasaan kok main sama mereka. Hanya take and give.” “Karena nggak pakai perasaan, aku tuh nggak selingkuh dari kamu. Harusnya kamu tuh terima kasih sama aku, karena aku nggak hancurin masa depanmu. Kamu tetap menjadi gadis hingga kita menikah nanti, bujukku. Aku harap dia mempertimbangkan alasanku menjaga kehormatannya.” “Aku lihat amarah di mata Listy saat itu. Aku sudah tidak bisa membendungnya. Kata-katanya sudah sangat kasar dia menggunakan kata ganti ELO bukan kamu lag,i bukan Mas lagi.” “Setelah apa yang sudah elo lakukan, elo masih nyalahin gue? Elo gila ya!” teriak Listy. “Aku tentu saja langsung menjawab, iya aku memang gila, aku gila karena cinta sama kamu, aku rela sewa cewek lain supaya nggak hancurin prinsipmu!” “Saat itulah aku merasakan, bagaimana perkasanya dia. Badanku langsung dibuat sasarannya. Aku sungguh tidak tahu kalau dia jago karate seperti itu. Aku lawan tapi tetap saja aku yang seorang lelaki melawan perempuan mungil itu aku tak berdaya sama sekali. Aku ibata anak TK yang melawan anak SMA. Dia sangat perkasa dengan gerak lincahnya. Tendangan serta pukulannya sangat hebat.” ”Beberapa kali aku terbanting. Bahkan dia sengaja menendang tulang keringku sampai patah. Entah patah entah retak. Aku nggak tahu. Yang pasti saat itu aku sudah tidak bisa bangkit lagi.” “Dan sebelum dia pergi dia menampar pipiku dua kali dia katakan ini tanda terima kasih gue atas kemunafikan elo selama ini cowok sialan. Inget ya Tuhan enggak pernah tidur. Cepat atau lambat elo akan pasti dapat karmanya. Itu yang dia katakan sama aku terakhir.” “Akhirnya dia keluar, sebelum keluar dia juga mengumpat kata-kata kepada Marcella tapi tak aku gubris, aku sudah teramat sakit. Sudah hampir pingsan. Aku sudah tak kuat lagi.” “Saat aku dihajar Listy, Marcella memang menjerit-njerit tapi hanya itu yang bisa dia lakukan. Aku saja tak bisa membela diri, apalagi Marcella.” “Akhirnya aku minta Marcella untuk memakaikan aku baju ala kadarnya. Dan aku suruh dia minta pertolongan pada satpam di bawah. Dengan satpam itulah aku dibawa ke rumah sakit tempatku terbaring saat ini.” GALIH END POV ≈≈≈≈≈≈≈≈ Hari ini Galih sudah boleh pulang dari rumah sakit, seperti ancaman dari Mahendra maka dari rumah sakit Galih langsung menuju ke rumah orang tuanya. Galih tak berani kembali ke apartemen dulu, kalau sampai ke apartemen dulu Mahendra akan semakin marah, jadi Galih beranikan diri kembali ke rumah orang tuanya. Sekarang hari Kamis, kejadian waktu Galih dihajar oleh Listy adalah hari Senin dan bom meledak ke media juga ke semua keluarga Harsana hari Selasa. Belum ada orang di rumah Mahendra Harsana, karena masih jam 03.00 sore. Dengan tertatih Galih masuk ke kamarnya. “Mbok, nanti kalau papa dan mama sudah pulang, bilang aku sudah datang sejak jam 03.00 ya. Tolong buatin aku teh jahe saja,” pinta Galih pada salah seorang pembantu yang dia lihat di ruang tengah. “Mas Galih mau dahar apa?” tanya si mbok. “Nggak usah Mbok. Aku nggak ingin makan, tapi kalau ada roti bikin roti saja enggak apa-apalah,” ucap galih yang malas makan sejak siang tadi.” “Isi telur seperti biasa Mas?” tanya si mbok. “Ya boleh Mbok, kasih saus sambel ya,” ucap Galih. “Iya Mas,” kata simbok lagi. ≈≈≈≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN