KATE CEMANI DAN ZAMIA VARIEGATA

1023 Kata
Hari itu selain burung parkit, eyang juga beli anakan ayam kate cemani atau kate hitam sampai ke darahnya pun hitam, dia beli 3 ekor anakan, 2 betina dan 1 jantan. “Kalau nanti di rumah nyampur dengan yang lain jadi nggak cemani murni lagi eyang,” kata Irhan yang sangat telaten mengajak ngobrol eyang putri. “Iya nanti dia dipisahkan umbarannya, tidak akan eyang campur dengan yang lain, sehingga darahnya tetap galur murni,” kata eyang putri yang sangat menjaga galur hewan peliharaannya. “Kalau masih kecil sih enggak apa-apa Ma, nanti kalau sudah dia remaja baru dipisah dengan yang lainnya. Kasihanlah kalau masih kecil Cuma main bertiga,” ucap Widuri. “Iya nanti Mama siapkan dia umbaran tersendiri kalau sudah mulai remaja,” eyang memang tidak menaruh hewan-hewannya dalam satu kandang kecil atau soliter, tapi di satu kandang besar sehingga ayam, kelinci, mau pun burung semuanya liar bebas dan eyang sering masuk ke kandang tersebut untuk melihat hewan-hewan peliharaannya. Kalau tidak dibikinkan kandang super besar seperti itu nanti pasti akan ribut dengan eyang kakung yang tanamannya di acak-acak oleh ayam atau kelinci. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Memang Papa belum punya?” tanya Sutikno pada papanya. “Selama ini belum punya Zamia Furfuracea yang ada Zamioculcas Zamiifolia. Zamio variegata Papa punya tapi ini Zamia variegate, jadi Papa kepengen,” kata eyang kakung yang sedang mengamati banyak anakan Zamia Furfuracea variegate yang diminatinya. Eyang memang lebih banyak koleksi tanaman yang variegate. Variegata yaitu tanaman yang daunnya belang entah belang putih atau belang kuning atau ada juga yang belang pink, pokoknya belang tidak sama seperti tanaman aslinya yang polos. Bahkan anggrek pun eyang kakung akan beli yang variegata jadi bukan jenis anggreknya tapi memang dia cari variegate. Semua koleksinya tanaman variegata saja. “Aku kemarin lihat pisang variegata Eyang, tapi aku pikir nanti kan dia besar banget jadi males aku belinya,” kata Anto. “Iya sama. Eyang juga pernah lihat pinang. Pinang variegata mau ditaruh di pot kayaknya sayang. Tapi ditaruh di tanah ya nanti dia gede banget juga nggak bisa dipantau. Nggak bisa dilihat karena tinggi. Jadi Eyang juga nggak beli. Tapi kalau kita pikir-pikir bisa sih kita taruh di pot bonsai. Jadinya pot besar tapi dia pertumbuhannya jadi tidak terlalu tinggi. Kan di rumah beringin variegate, waru variegate juga sawo Eyang punya. Pas dicari lagi pohon pinangnya sudah payu,” jawab eyang kakung. Payu itu artinya laku terjual. “Bisa juga seperti itu sih Eyang sama seperti kita bikin bonsai ya. Oke nanti kapan-kapan kalau aku lihat di mana-mana saja aku akan belikan,” janji Anto. Memang selama ini Anto bila melihat ada tanaman variegata dia akan segera beli dan kirimkan untuk eyang kakung. Dia tahu eyangnya suka jadi dia pasti akan belikan. Dari 11 cucunya, memang hanya Anto dan Listy yang perhatian pada kedua eyangnya. Itu semua pasti karena didikan Widuri. Setelah puas mengajak kedua orang tuanya refreshing di Pasty dengan masing-masing kesukaannya Sutikno dan Widuri mengajak semuanya ke Wijilan. Daerah Wijilan pusatnya gudeg di Jogja. Mereka pun makan gudeg lesehan tentu saja itu adalah tempat favorit Widuri. Selain makan di situ Widuri banyak membeli untuk dia bawa pulang ke Jakarta. Padahal nanti di Jakarta sementara mereka hanya berdua tapi nanti gampang dia akan simpan di freezer sehingga gudeg Jogja tetap akan ada di menu harian mereka. ‘Mereka sama seperti bunda dan ayah, dua-duanya saling mengasihi. Begitu pun keakraban dengan eyang dan aku lihat Anto dengan Listy juga sangat akrab pada para sesepuhnya. Juga hubungan antara mereka sama dengan hubungan aku dan adik-adikku. Akrab bukan dari keluarga yang tidak saling peduli pada keluarga lainnya. Aku senang happy family seperti ini. Sangat terlihat bahagia,’ Irhan menilai dalam hatinya. Dia tentu saja tak malu makan apa pun yang dia inginkan. “Kamu itu sendirian di rombongan ini, jadi bukan kamu yang harus bayar,” bisik Tiknopada Irhan. “Diam dan jangan bayar duluan. Awas saja kalau kamu bayar duluan. Om akan marah,” Tikno tahu Irhan akan membayar semua makanan yang mereka makan. “Belum lagi tante borong banyak untuk dibawa pulang dan juga untuk ditaruh di rumah Jogja, karena eyang juga suka gudeg dan selalu ada di freezernya. Tapi kan gudeg Wijilan beda sama gudeg kampung dekat rumah. Eyang selalu menyiapkan gudeg, jadi kamu tunggu diam saja biar tante yang urus pembayaran.” “Om tahu saja sih,” ucap Irhan. Dia pun duduk tenang, tadi memang niatnya seperti itu, akan pergi membayar sambal pura-pura ke toilet. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Mau mampir ke pusat oleh-oleh atau bagaimana?” tanya Anto yang saat itu membawa mobil. Irhan duduk depan bersama Anto, di tengah eyang Kakung dan eyang putri di belakang Sutikno dan Widuri. “Kayaknya enggak sih. Mama sudah cukup bawa gudeg dan ayam ingkung, lebih-lebih kalian satu minggu ada di sini, setidaknya tiga atau empat hari kalian nyangkut di sini. Mama malas lah,” jawab Widuri. “Ya kan nggak apa-apa buat si mbok sama Pak Man belum lagi bibik.” “Cukuplah yang tadi saja. Nggak perlu tambah oleh-oleh lagi. Tadi eyang sudah siapin banyak bawaan untuk Mama. Jadi kayaknya cukup,” jelas Widuri. “Iya tadi aku sudah siapin geplak sama wingko babat. Tapi wingko nya kali ini bikinan tetangga kita sebelah. Jadi lain tak ber merk. Teksturnya lebih lembut dan kelapa parutnya lebih kerasa. Santannya juga kanil. Memang beda walaupun nggak ada merk. Sejak kemarin Mama pesan setelah tahu kamu mau pulang hari ini,” eyang putri membenarkan kalau dia sudah menyiapkan aneka oleh-oleh. Widuri bertatapan dengan Anto. Inilah cintanya eyang putri pada anak dan menantu. Jadi aneh saja kalau dia sudah pesankan repot-repot ke tetangga lalu tidak kita bawa atau kita bawa dengan bersungut, ngapain sih repot-repot pesan kayak gituan di Jakarta banyak. Itu sama sekali tak pernah ada dalam benak Widuri dan Sutikno. “Ya sudah, kalau memang sudah banyak oleh-oleh dari eyang. Sampai rumah mama dan papa packing lalau istirahat dulu,” ujar Anto. “Enggak perlu lah, kami istirahat di rumah saja. Papa mau lihat ayam cemani yang eyang beli tadi. Bagus tuh prospeknya kalau banyak keturunananya.” “Iya, tadi Mama beli dua betina dan satu yang jantan,” jawab eyang putri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN