MEMILIH USUL IRHAN

1026 Kata
“Kalau tak ada musibah Galih belum tentu Listy mau pindah ke Jogja. Dia hanya melarikan diri, dan untungnya ada wacana itu sehingga aku nggak akan kesulitan pindah ke Jogja. Tapi saran yang Irhan berikan itu memang bagus, aku harus cari orang siapa yang bisa aku percayai untuk jadi pembeli kalau rumah papa dijual,” Sutikno bicara dengan Widuri di kamar saat kedua anak mereka bicara di ruang tengah. “Jangan sampai orang tersebut tidak amanah, atau Papa bikin dulu surat hitam atas putih perjanjian dengan seorang pengacara, yang menulikan atau menyatakan kalau orang kedua itu membeli menggunakan dengan uangku. Lalu satu bulan kemudian aku membuat surat jual beli dari nama dia atau orang ke dua, jadi uang pembelian ke papa pakai uangku saja,” kata Sutikno. “Belum tentu kan orang kedua itu siap dengan uang yang diminta oleh papa.” “Mama rasa memang usulnya Irhan itu bagus Pa, karena biar bagaimanapun mohon maaf ya, mohon maaf, sekali lagi Mama bukan mau mendiskredit orang. Misalnya eyang bagi uang hasil jual tanah itu bagi empat dalam artian setiap bagian itu buat tiga anaknya dan yang 1/4 buat eyang sendiri. “Enggak mungkin eyang nggak ambil. Misalnya seperti itu, lalu nanti walau yang beli itu papa, papa kan tetap harus dapat jatah karena papa adalah anaknya eyang. Di sini mungkin jadi awal pangkal keributan. Mereka nanti akan ribut kenapa duit Tikno dikembalikan? Nah repot kan?” “Lebih baik memang ada orang kedua sebagai pembeli. Bisa mengerti nggak maksud Mama?” kata Widuri. “Mengertilah. Papa mengerti. Mereka pasti akan berpikir eyang kembali pilih kasih karena uang kita dikembalikan. Padahal eyang ngasih uang itu sebagai uang hasil penjualan rumah. Tapi mereka pasti berpikirnya jelek.” “Benar Papa rasa memang kita harus ambil orang seperti yang Irhan katakan tadi. Cuma sebelum orang tersebut beli, kita harus bikin hitam atas putih dengan pengacara. Bukan antar kita berdua dengan orang tersebut, tetapi harus dengan pengacara. Bahwa apabila dia kabur dengan surat tanah tersebut maka kita akan memberi penalti 10 kali lipat misalnya.” “Ya sudah dia kasih tanda tangan jual beli saja, tapi suratnya kita pegang Pa,” usul Widuri. “Dengan surat jual beli itu dia bisa komplain ke polisi atau dia cari pengacara bahwa kita mengambil hak dia dengan menahan surat tanah. Tetap harus ada hitam mata putih, bahwa dia membelikan untuk kita, uang yang diberikan pada dari dia ke eyang adalah uang kita, sehingga itu dia harus pertanggung jawabkan dan apabila dia membawa kabur sertifikat atau membuat masalah dengan mengaku bahwa rumah tersebut dia yang beli, maka dia kena penalti 10 kali lipat dari harga jual beli. Kalau nggak begitu ya sulit. Zaman sekarang kita nggak bisa percaya siapa pun itu, Uang yang kita keluarkan itu bukan uang kecil lho.” “Walau itu misal Irhan sekali pun, kita tetap harus seperti itu. Jangan sampai nanti kita terjerumus dalam kasus yang tidak berujung pangkal.” “Oke kalau seperti itu nanti kita bicara saja sama dua kakakmu dan eyang bisa dengan zoom meeting saja. Kamu bilang kamu mau pindah ke Jogja dan nanti eyang ikut dengan kita.” “Tapi mungkin sebelumnya kamu face to face sama eyang dulu. Jangan by phone kalau masalah seperti itu. Kasih tahu rencana kita jangan sampai dia terluka juga karena harus pindah rumah.” “Kalau begitu bagaimana kita berangkat bareng sama Listy saja, hari Kamis sore kita berangkat bareng. Lalu kita pulang hari Minggunya. Kan kita nggak ikut urus surat-surat kayak mereka,” usul Widuri. “Ya Oke, kita bicara sama eyang. Kan kebetulan weekend. Jadi malah enak.” ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Lah kok aku malah ditinggal sendiri?” kata Anto ketika pagi-pagi Sutikno bilang besok Listy berangkat bareng dirinya dan Widuri. Sutikno minta penerbangannya Listy nomor berapa lalu akan ditukar dengan tiket yang bareng dia. “Aku baru mau pesen tiket Pa. Belum pesan jadi nggak perlu ditukar. Langsung saja Papa belikan buat aku kalau ID-ku Papa sudah selalu pegang kan?” “Oh ya sudah kita berangkat yang jam tujuh malam ya, jadi kita masih bisa kerja sampai jam tiga atau jam empat. Dari kantor Papa jemput ke kantor Mama, kita langsung ke bandara. Papa dan mama diantar sopir kantor saja, yang penting koper sudah ada di mobil sejak pagi.” “Oke kalau begitu Ma. Nanti dari butik atau dari rumah aku naik taksi online saja. Besok pagi koperku sudah di mobil Papa.” Semua anggota keluarga punya mobil masing-masing tapi Widuri jarang bawa karena dia satu kantor dengan Anto. Dan mereka tak pakai sopir. “Ya berarti kita langsung bertemu di bandara. Penerbangan jam tujuh berarti jam lima atau jam setengah enam kamu sudah sampai di bandara ya?” “Siap Pak Bozz,” kata Listy. Tentu dia senang karena akhirnya papa dan mamanya berangkat bareng. “Apa kalian kasih tahu ke eyang bahwa akan datang?” tanya Listy. “Enggak, kita mau kasih kejutan saja dan kita juga ingin bicara banyak lah soal rumah tinggal. Sepertinya mama dan papa setuju sama usulan Irhan.” Jawab Widuri. “Irhan kasih usul apa lagi? Aku kayaknya ketinggalan terus deh berita tentang Irhan. Kayaknya kalian percaya banget sih sama dia. Padahal dia orang baru dan kalian kenal lewat aku loh. Tapi aku nggak mengerti apa-apa soal dia,” ucap Listy sengit. “Itu karena dia sedang dekat sama aku kan, jadi kemarin kami janjian sama para panitia sambil nongkrong-nongkrong, begitu aku tanya dia mau balik ke Jogja kapan ya sudah akhirnya ngobrol. Kan kamu tahu aku sama dia mau berangkat hari Minggu malam. Soal itu Mas sudah cerita kan ke kamu.’ “Nah terus Mas cerita sama Irhan kemungkinan kita pindah, tapi nggak tahu di mana lokasi rumah barunya, mungkin papa dan mama mau bangun rumah di lokasi yang mereka akan cari. Jadi belum ada tanahnya atau Papa dan mama beli rumah eyang, lalu nanti uangnya dibagi oleh eyang ke tiga anaknya.” “Tapi seperti dugaan kita kan mama dan papa pasti mikir kalau rumah itu dibeli tetap saja nanti akan ada rebut. Begitu kan pasti dua iparnya papa itu akan rebut. Jadi Irhan usulkan cari saja orang kedua sebagai pembeli pertama dari eyang.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN