Sejauh mana.

2314 คำ
The Evil Symphony. Sejauh mana. Lucas tengah berkaca, ia tengah memantaskan dirinya dengan setelan tuxedo hitam tanpa dasi. Tubuhnya terpantul jelas di cermin, menampakan sosok laki laki tampan, seperti Dewa Yunani. Kalau Dewa tertampan adalah Zeus, Dewa terkuat adalah Poseidon, dan Hades ada di antara mereka. Maka Lucas adalah perpaduan dari ketiganya. Ia tampan, berkuasa, namun juga kejam seperti Hades sang penguasa neraka. Lucas masih sibuk memantaskan diri, Ia tengah bersiap untuk pergi ke suatau tempat. Sangat di sayangkan memang, ketampanan Lucas berbanding terbalik dengan wataknya yang lebih condong. Mengerikan. Arogansinya yang tinggi, rasa mendominasinya yang tak terelakan. Itu semua adalah sisi Lucas yang baru diperlihatkan pada satu wanita, Rachel. Sejak kemarin Lucas sudah uring uringan. Untuk pertama kalinya, ia menyesali perbuatannya. Perbuatannya yang di landasi spontanitas tanpa dasar. Ia langsung menunjukan dominasinya terhadap Rachel. Menyakiti perempuan itu, bukan hanya fisiknya. Tapi juga lewat perkataanya tempo hari. Tak pernah terlintas di pikirannya bahwa seorang Lucas Nortwest mendapat penolakan keras dari seorang wanita. Karena itu ia sangat terprovokasi, tapi hasilnya di luasr ekpektasi. Hari ini ia tak seperti biasanya, seharian ia hanya berdiam diri di kantor. Tak melakukan apapun, ia hanya menunggu kedatangan Rachel. Bodoh, memang. Menunggu orang yang baru saja kau lecehkan untuk datang menemuimu kembali esok harinya. Semua pegawai Lucas bisa melihat pancaran aura itu. pancaran aura Lucas yang mengerikan, hari ini berkali kali lebih mengerikan. Tapi bedanya, hari ini ada kesuraman di mata Lucas, bukan tatapan tajam mengintimidasi seperti biasanya. “ Tuan, mobil sudah siap ... “ Shawn melapor kepada Lucas, ia tau seharian ini Tuannya sedang memilki mood yang buruk, lebih dari hari hari biasanya. Akan lebih baik jika Lucas mengumpat dan melayangkan sumpah serapah seperti biasanya. Karena itu adalah hitungan normal jika diukur dengan termometer. Tapi Tuannya yang berdiam diri, tapi diamnya Lucas seperti memancarkan aura gelap yang lebih pekat. Suram, kelam dan mengerikan. “Dimana lelang itu di laksanakan hari ini .... ? “ Lucas bertanya kepada Shawn dengan nada malas dan tangannya yang masih sibuk mengancingkan lengan kemejanya, rambutnya benar benar tertata rapi. Seperti gaya laki laki flamboyan dengan rambut mengkilat dan sangat melankolis, memberi kesan tegas yang menghiasi wajah rupawan, tak membosankan jika di pandang berulang kali sekalipun. Bayangannya di cermin memperlihatkan setiap garis wajah Lucas yang benar benar tak habis pikir. Sangat sempurna. Terlampau sempurna malahan. “Hotel Glory, di pusat kota yang dekat dengan anak perusahaan kita Tuan ... “ Memerlukan perjalanan cukup lama untuk sampai kesana bahkan mungkin Lucas akan datang terlambat untuk menghadiri lelang itu, karena ia tengah berada di rumahnya yang berada di pinggiran kota. Bukan di apartemennya yang berada di jantung kota. Tapi ia harus kesana sekarang, bagaimanapun caranya. Kalau bukan karena desas desus yang menyebar cepat tadi sore, Lucas takan memiliki gairah untuk menghadiri acara lelang seperti itu. “Baiklah, ayo kita berangkat ... “ Lucas berjalan keluar melangkahkan kakinya meninggalkan ruang wardrobe yang penuh sesak dengan segala macam setelan jas yang biasa ia pakai sehari hari. Berjalan melewati lorong rumah yang tak berpenghuni selain dirinya dan pegawainya. Para pegawai Lucas tak ada yang berani melakukan interaksi manusia kepada Lucas, yaitu berbicara padanya. Tak ada yang berani untuk berbicara kepada Lucas satupun. Hanya Shawn yang berbicara dengannya, itupun karena tuntutan pekerjaan. Lucas sudah berada di ruang tamu, ruang tamu yang sangat luas dengan segala furnitur mahal dan berkelas. Kursi dengan kayu jati yang mengkilap. Marmer yang menjadi hiasan lantai yang tengah di injak injak oleh sol sepatu Lucas ini. Semua tak murah, semua benar benar mahal dan ekslusif. Tapi sepertinya, setelah bertemu Rachel. Ia menjai bosan akan kemewahan dan kekayaanya ini. Shwan membukakan pintu mobil, mempersilahkan tuannya untuk masuk, “Silahkan, Tuan ... “ Shawn menunduk sopan kepada Lucas, namun hanya di jawab dengan anggukan malas olehnya. Ia masuk dan langsung duduk, menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Kakinya tersilang dan itu mengekspos kaki jenjangnya. Tinggi Lucas mungkin melebihi seratus delapan puluh senti, ini adalah gen yang ia dapat dari ayahnya. Darah campuran Italia dengan kecantikan wanita indonesia. Itu yang mengalir deras di dalam sosok Lucas. Tubuhnya tinggi, tapi kulitnya cokelat kayu bernuansa hangat tak seperti kebanyakn orang eropa lainnya yang putih pucat dan memiliki banyak freckless. Itu semua karena gen yang dimiliki dari ibunya. Lucas memandang lurus ke depan, memperhatikan mobil yang di kemudikan Shawn perlahan meninggalkan halaman, dengan sigap seorang penjaga gerbang langsung mebukakan pintu gerbang mempersilahkan Lucas untuk pergi. Ini mobil yang sama seperti mobil tempo hari. Mobil yang di gunakannya untuk membawa Rachel. Tanpa di sadari, pikiran Lucas melayang di hari saat ia membawa Rachel yang kedinginan. Hari di mana ia menyelamatkan Rachel saat hujan lebat dari seorang b******n m***m. Ah! Tunggu! Aku tak berbeda dari laki laki itu, aku b******n m***m juga. Aku b******n m***m dengan kedok laki laki kaya. Sekarang aku menyesal, sekeras apapun aku menjelaskan kepada Rachel. Ia takan percaya bahwa aku adalah penyelamatnya. Lucas mengutuki dirinya sendiri. Nafsu adalah biatang jalang yang harus di kendalikan. Dengan tali yang sangat kuat, kalau tidak. Ia akan lepas dan berulah. Setelah lama berkendara, mobil akhirnya telah sapai di depan Hotel Glory. Karpet merah sudah di gelar, puluhan orang orang berjas rapi dan mahal tentunya, mereka sudah memenuhi ball room. Itu nampak dari puluhan mobil mewah yang terparkir rapi. Setelah mobil Lucas sudah terparkir rapi, kini ia melangkahkan kakinya memasuki aula hotel. Berjalan melewati karpet merah dengan banyak sekali sorot kamera yang memotretnya. Banyak wartawan yang ingin mengajaknya wawancara. Tapi Lucas mengabaikan mereka, ia tak peduli. Lucas langsung menunjukan kartu undangan yang ia terima sebulan sebelum acara ini di adakan, setelah di arahkan ke ruangan lelang, Lucas langsung mengambil tempat duduk yang tertera di undangan. Meja nomor satu. Meja barisan paling depan, meja paling dekat dengan meja display. Tiba tiba, seorang laki laki menarik kursi dan duduk di depan Lucas. Setelah ia duduk, mata mereka bertatapan. Laki laki itu adalah, Ramses. Entah kenapa mereka mengitarakan pandangan tajam ke arah satu sama lain. Tapi Lucas tidak takut siapapun, walaupun itu Ramses sekalipun. Tapi, ia tak tau. Kalau keberanian yang menyelimuti Ramses adalah keberanian yang bermuara dari dendam. Keberanian seperti itu adalah keberanian yang mengerikan. “Selamat malam, Tuan Lucas Nortwet .“ Ramses menyapa Lucas dengan nada dingin yang di samarkan. Mencoba menarik bibirnya untuk membingkai sebuah senyum. “Malam, Ramses .... “ Lucas hanya menjawab Ramses tanpa sedikit ketertarikan dan tanpa memperlihatkan rasa hormat sedikitpun. Tapi itu membuat kilatan amarah di mata Ramses semakin membara dan berkobar lebih besar lagi. Mereka lalu mengabaikan satu sama lain. Tak lama menunggu, meja tamu telah terisi penuh. Lucas bisa melihat seorang menteri luar negeri tengah duduk di meja nomor lima, ia tengah di rumorkan melakukan tindak korupsi senilai triliunan rupiah tapi sekarang ia malah dengan santainya menghadiri acara lelang seperti ini, ini jelas membuktikan kalau ia hanya tinggal menunggu KPK mengurusnya. Di sisi lain, Lucas menemukan wajah lama. Pebisnis senior yang baru saja menikah di usinya yang ke empat puluh tahun. Ia datang dengan istri mudanya, perempuan belia. Wanita akan kalap dengan harta. Lihat saja mereka, perbedaan usia tak di pikirkan asalkan harta mengalir lancar. Lucas sudah bisa menebak benda apa yang akan di beli pasangan pengantin baru itu. Di bagian tengah, banyak sekali wajah yang selalu wara wiri di televisi. Salah satunya seorang publik figur yang sangat ternkenal, perempuan cantik yang lebih memilih mendatangi lelang sendirian tanpa partner alias tanpa pasangan seperti halnya Lucas. Di bagian tengah juga yang merupakan bagian paling ramai, paling padat. Banyak sekali orang asing di sana. Karena ini adalah lelang internasional. Seorang pesepak bola terkenal juga ada di sana, ia mungkin akan membeli apapun yang ia mau, mengingat bayarannya adalah yang termahal. Di sampingnya persis, di meja nomor dua. Duduk seorang laki laki tua, ia bukanlah seorang pebisnis, atau milyader pada umumnya. Laki laki ini adalah orang yang selalu di undang dan duduk di meja nomor dua. Seorang pembawa acara menaiki panggung dengan kertas susuan acara di tanganya. Ia berdiri di sebelah meja display untuk menempatkan barang lelang nantinya. Tak lama, laki laki lain muncul mendekati pembawa acara. Sepertinya ia adalah moderator lelang kali ini. Dan, tebakan Lucas memang benar. Laki laki itu langsung menuju meja moderator yang sudah terdapat ketukan palu dan dengan layar display besar di belakangnya. Layar itu lah yang nantinya akan menampilkan peningkatan harga. Pembawa acara membuka acara lelang dengan dua bahasa. Tak lama kemudian acara penyambutan oleh pelaksana lelang. Willian georgi. Laki laki tua yang juga merupakan pemilik Hotel Glory ini. Pembawa acara itu menyerahkan pengeras suara kepada William. “Selamat malam semuanya, senang sekali semua tamu undangan bisa hadir di lelang malam ini. Karena saya yakin lelang ini adalah lelang paling mengesankan dari lelang lelang sebelumnya. Bintang besar lelang kali ini benar benar mengejutkan, jadi saya harap kalian mengantisipasi keterkejutan kalian malam ini “ Setelah selesai, berbicara. Para tamu asing menggunakan earphone untuk mendengarkan apa yang baru saja di katakan William dalam bahasa masing masing. Dan di saat yang bersamaan, para pelayan mengitarkan wine di meja para tamu. Minuman anggur yang pekat dan menguarkan aroma manis yang legit. Dari waranya, wine ini pastilah mahal. “Mari kita membuka lelang malam ini dengan bersulang ... “ William mengangkat tinggi gelas wine yang dipegangnya, membunyikan gelas itu dengan sendok kecil dan menghasilkan bunyi ting yang nyaring. Itu berarti lelang telah resmi di buka. Dengan itu seorang butler menempatkan benda pertama yang akan di lelang. Sebuah topeng emas di taruh di dalam meja display, dengan cepat kamera menyorot topeng itu dan menampilkan visualnya di layar. Topeng berbentuk seperti tokoh pewayangan terlihat jelas di layar sana. Pembawa acara mulai memaparkan deskripsi topeng tersebut. Begitu juga para tamu asing yang mengangguk angguk saat mendengar penjelasan di earphone mereka. “Topeng ini adalah salah satu topeng langka yang di temukan dari era kerajaan Maja Pahit. Batu rubi merah yang di letakan tepat di bagian tengah topeng, merupakan rubi delima yang langka. Emasnya di tempa secara manual di zaman itu, topeng ini benar benar karya seni kriya yang langka juga mengesankan “ Lucas memperhatikan penampakan topeng itu, bentuknya kecil jika di bandingkan dengan topeng lainnya. Figur yang tergambar di topeng itu juga jelas jelas figur seorang wanita. Dengan tatapan datar dan minim senyum, serta banyaknya batu batu permata yang menempel di topeng tersebut. Tak salah lagi, topeng itu pasti di miliki oleh seorang ratu pada masa itu. “Kami buka dengan harga mulai dari seratus juta“ Palu di ketuk oleh moderator. Semua tamu yang tertarik langsung terpaku pada layar ipad di meja mereka. Menekan tombol angka yang langsung muncul di layar. “Seratus tiga puluh juta, masih naik lagi sekarang seratus enam puluh juta. Oh semakin naik menjadi dua ratus juta, masih bisa di tawar “ Harga semakin melambung, sekarang bahkan di layar sudah menampilkan angka empat ratus juta. Dan masih naik lagi, berarti banyak yang mengincar topeng ratu itu. Tapi Lucas tak berkutik sedikitpun. Ia punya tujuan sendiri malam ini. Dan akhirnya setelah lama tawar dan menawar dengan harga yang semakin naik. Palu di ketuk, pertanda kalau topeng itu terjual, terjual dengan harga lima ratus juta. Selanjutnya, display berganti dengan di isi patung. Sebuah patung yang lumayan besar dan berat. Patung kayu yang biasa biasa saja. Entahla, mungkin material kayu itu adalah kayu mahal. Kita takan pernah tau harganya jika belum melihatnya. “Patung ini adalah patung kayu yang berasal dari suku di Negara Sudan. Patung kayu yang di buat oleh mantan kepala suku yang sangat di hormati di sana. Kayunya adalah kayu berusia ratusan tahun, karena itu kita bisa menyebutnya artefak. Karena itu patung kayu ini sangat unik, langka dan hanya ada satu di dunia “ Pembawa acara menyampaikan deskripsi patung itu dengan nada yang menggoda, seolah menebarkan sugesti pada semua tamu. Kau harus memiliki patung ini! Barapapun harganya, bayarlah. Itulah yang membuat lelang akan berlangsung alot. Tawar menawar harga yang semakin naik, itu semua karena ego mereka. Menawar tinggi dan lebih tinggi lagi seolah itu membawa wibawa mereka. Hingga akhirnya yang paling kaya dan berkuasa yang akan kehabisan uang karena kalap. “Mari kita mulai dengan harga, seratus juta rupiah “ Angka di layar semain tinggi, nominalnya terus naik dan naik. Tapi tak seperti tadi, sekarang harga patung itu sedikit lambat dalam mengalami peningkatan. Harga dua ratus juta dan belum naik sedikitpun. “Masih ada lagi yang akan menawar ... ? “ sang moderator menawarkan, ia akan mengetuk palu kalau ini adalah harga final. Tapi tiba tiba harga melonjak naik menjadi dua ratus lima puluh juta, peningkatan yang mendebarkan. Tanpa sengaja mata Lucas menatap kecemasan di dalam gerak gerik Menteri Luar Negeri itu. ia tampak cemas dan mengetik angka pada ipad di tangannya. Lucas langsung melemparkan pandangannya ke arah layar, Seperti dugaan Lucas. Harga patung itu naik, tapi tak tanggung tanggung. Dari dua ratus lima puluh juta menjadi empat ratus lima puluh juta. Lucas salut dengan keberanian Menteri itu mengambil resiko. Tapi sepertinya ada orang lain yang menginginkan patung itu, karena harga menjadi naik lagi. Lima ratus juta. Menteri itu kelabakan, ia tak mengira ada yang mau menawar lebih dari harga yang ia tawarkan. Rivalnya itu pasti memiliki banyak uang. Lucas memperhatikan Menteri itu dengan sangat tertarik, matanya menatap tangan yang mengetikan angka angka misterius, entah harga berapa yang akan muncul di layar nantinya. Ini menarik, pikir Lucas sembari menyesap anggur di gelasnya. Angka di layar menunjukan harga enam ratus juta sekarang, tidak buruk. Berati ia memiliki uang banyak hanya untuk membeli patung. Tapi harga kembali goyah, sekarang enam ratus empat puluh juta. Menteri itu semakin kelabakan, Lucas bisa melihat kepanikan di wajahnya. Peluh menetes di pelipisnya. Sejenak Lucas melihat kalau laki laki itu menarik nafas yang panjang, oke. Mari kita lihat, harga final yang kau tawarkan. Harga berubah setelah Menteri itu menekan tombol enter. Tamu tamu tercengang, harga melonjak naik dari sebelumnya. Sekarang harga yang di tawarkan adalah satu milyar!!!. Naik hampir empat ratus juta, sepuluh kali lipat dari harga yang di tawarkan. Menteri kawakan itu begitu antusias mengantisispasi peningkatan harga. Tapi tidak. “Dengan ini, patung terjual seharga satu milyar rupiah “ palu di ketuk. Tanda penawaran telah berakhir. Kini Lucas melihat ke arah Menteri itu, ia tengah bernafas lega. Lucas malahan tersenyum sini. Ia mengangkat kembali gelas winenya. Menghirup aroma manis yang memenuhi indera penciumannya. Menyesap wine sedikit demi sedikit. Itulah cara menikmati wine. “Kita lihat saja, politik tak akan jauh dari uang ... “ Lucas bergumam dan langsung berbalik badan menghadap display. Apa lagi kali ini?
อ่านฟรีสำหรับผู้ใช้งานใหม่
สแกนเพื่อดาวน์โหลดแอป
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    ผู้เขียน
  • chap_listสารบัญ
  • likeเพิ่ม