Takdir berkata lain.

2012 คำ
The Evil Symphony Takdir berkata lain. **** Rachel memperhatikan Alberth yang tengah serius melihat setiap detail kayu Biolanya, tangannya dengan ulet memeriksa setiap guratan kayu, memastikan kalau tak ada cacat disana sini. Biola itu benar benar klasik, tak di ragukan lagi. Rachel pun tau akan itu, material kayunya adalah kayu lama yang sudah tua, senarnya dari usus domba. Sama seperti senar Biola era Paganini. Busurnya pun berkilau, putih bersih layaknya surai kuda bangsawan. Sayang sekali, dalam hidupnya Rachel tak punya kesempatan untuk memainkan Biola ayahnya. Ini seperti penyesalan yang takan berhenti begitu saja. Alberth masih berjibaku dengan Biola milik Rachel itu, semakin banyak yang ia amati dari Biola itu. semakin banyak kejutan yang di dapatkannya. Ia tak pernah menemukan Biola seperti ini sebelumnya, ini pertama kalinya ia menemukan sebuah Biola yang benar benar original. Biola klasik yang sesungguhnya. Beruntung Rachel adalah gadis yang cerdas. Ia tak sembarangan menjual Biola berharga ini ke sembarang orang. Karena ia akan menyesal nantinya. “Kamu benar benar berniat menjualnya ... ? “ Alberth bertanya sambil tetap fokus memeriksa Biola. Matanya tak berkesip sedikitpun saat sudah fokus pada pekerjaannya. “Aku akan menjualnya, berapapun harganya ... “ Alberth tercengang dengan jawaban Rachel, ia benar benar tak menyadari harta berharga yang dimilikinya itu. ia tak bisa membiarkan Rachel di rugikan oleh orang orang yang mencari keuntungan semata. “Kalau begitu pergilah ke tempat lelang, kenalanku akan membantumu menjual Biola ini dengan harga yang pantas. Jika kau menjualnya ke sembarangan orang, kau takan bisa membiayai pengobatan ibumu ... “ Kini Alberth tengah membersihkan debu debu di dalam tubuh Biola, membersihkan debu yang tak tergapai saat Rachel membersihkannya. “Apa Biolaku ini benar benar berharga paman ...? “ “Biolamu ini sangat berharga, jadi aku tak bisa membiarkanmu menjualnya ke sembarangan orang. Kalau kamu mengikuti saranku dan menjualnya di lelang. Mungkin uang penjualan bisa di gunakan untuk melunasi biaya pengobatan ibumu ... “ Alberth menyelesaikan pekerjaannya untuk memeriksa Biola itu, tak ada cacat sedikitpun. Di samping Biola yang memang sudah sempurna ini, pemiliknya juga merwatnya degan baik. Tak heran kondisinya sangat prima. Alberth memasukan kembali Biola itu kedalam kotak dengan sangat hati hati. Mentutup kotak dengan pelan pelan dan menaruhnya di atas meja. Setelah itu Alberth berjalan mendekati rak kecil di belakangnya, mengambil sepucuk kertas dan mulai menulis. Cukup lama, tapi akhirnya Alberth selesai menulis surat itu. ia menyerahkan surat itu kepada Rachel. “Jangan kau buka surat ini, berikan surat ini kepada pimpinan lelang, namanya William. Berikan kartu namaku dan kamu akan di bantu menjaul Biola ini ... “ Alberth menyerahkan surat yang baru selesai di tulisnya beserta kartu namanya. Rachel hanya menuruti perkataan Alberth, tak tau harus bagaimana. Tapi ia yakin, Alberth yang sudah dia anggap sebagai pamannya ini, ia takkan mengecewakan. “Nanti malam, akan di adakan lelang di Hotel Glory. Kamu tau hotel itu bukan ...? disana akan ada lelang barang barang berharga, para petinggi dari penjuru negeri akan datang kesana berburu benda benda antik. Pegilah ke sana sekarang, juga berhati hatilah ... “ Rachel hanya bisa mendengarkan perkataan Alberth sambil berkaca kaca. Ia tak bisa lebih terharu lagi dari ini, ini benar benar sangat membantu. Ini pasti jalan keluar yang di berikan Tuhan untuknya, “Terimaksih Paman Alberth, aku akan selalu mengingat jasamu ini. Aku akan berterimakasih selama hidupku ...” “Jangan membicarakan omong kosong, cepatlah pergi sebelum siang. Karena mereka biasa bekerja sangat efisien. Tapi untukmu, ini pengecualian karena kamu membawa surat dan kartu namaku “ Rachel bergegas mengambil kotak Biolanya, kotak yang tadi terasa sangat berat sekarang menjadi terasa ringan. Tubuhnya kini diberi kekuatan dan harapan untuk menghadapi masalah yang tengah di hadapi. “Kalau begitu, aku pamit dulu Paman Alberth. Aku janji akan sering menengokmu dengan Mamaku jika ia sudah sembuh nantinya ... “ “Pergi lah ...” Alberth menatap punggung Rachel yang meninggalkan rumahnya, lonceng yang tadi berbunyi nyaring kini perlahan mulai kehilangan suaranya. Rachel sudah pergi, langkahnya sudah jauh kesana. Menyebrangi jalanan perkotaan, menuju tempat yang tadi di tunjukan oleh Alberth. Seumur hidup menjadi Luthier. Alberth sering di minta bantuan untuk mengecek keaslian alat musik berdawai, Khususnya Biola. Banyak sekali yang mengaku ngaku memiliki Biola Antonio Stradivari. Tapi itu ternyata palsu, atau mereka juga banyak tertipu. Mereka membeli Biola yang katanya buatan Guarneri del Gesu, tapi ternyata biola itu sama saja dengan Biola di pasaran. Biola mereka itu berbeda, Alberth tau pasti. Itu juga yang di lihatnya di dalam Biola Rachel. Biola Rachel bukan Biola murahan. Karena itu Rachel harus menjualnya kepada orang yang tepat. Di lelang nanti, akan ada banyak pemusik yang datang. Rachel sudah sampai di depan lobi Hotel Glory, nama hotel ini sudah mencerminkan aura sesungguhnya. Kejayaan. Benar benar hotel yang sangat berjaya, hotel bintang lima satu satunya yang menggelar lelang internasional setiap tahun. Di hadiri banyak petinggi dan orang orang penting dari setiap kalangan. Perlahan Rachel sedikit ragu, apakah ini keputusan tepat untuk melangkah memasuki hotel..? tapi seakant ak punya pilihan lain, Rachel memasuki hotel dengan mental baja. Ia bersikap bodoamat dengan pandangan orang orang kepadanya. Rachel langsung mendekati perempuan yang ada di meja resepsionis. Ia harus bergegas sebelum terlambat. “Nona, ada yang bisa saya bantu ... ? “ “Aku ingin menemui pimpinan lelang, aku harus menemuinya sekarang ... “ Dengan tenang resepsionis itu menjawan semua perkataaaannn Rachel tanpa nada. Datar dengan rasa sopan seperti yang di ajarkan. “Nona, ingin menemui Tuan William ...? Janji temu untuk jam berapa, saya akan periksa jadwal beliau terlebih dahulu ... “ Perempuan itu hendak menuliskan jadwal di bukunya, tapi Rachel terlalu buru buru, “Aku membawa surat ini, juga kartu nama ini. Orang yang memberikan kartu ini mengatakan kalau tuan William akan langsung membantuku ... “ Rachel langsung menyerahkan surat dari Paman Alberthnya itu, surat dengan tulisan tangan yang rapih. Rachel pernah membaca semua surat cinta Alberth untuk Margaret, tulisan tangan itu adalah saksi betapa besar rasa cinta Alberth. Seperti sudah terbiasa, resepsionis itu langsung menerima kertas yang diberikan Rachel padanya membaca kartu nama yang tertera dan menyimak isi surat itu. isinya benar benar mengejutkan, jika Bosnya tau masalah ini. Ia akan senang bukan kepayang. “Nona, akan saya antarkan anda untuk menemui atasan saya. Tunggu sebentar selagi saya melakukan panggilan “ Resepsionis itu langsung mengambil gagang telephon dan memencet tombol dial yang terhubung langsung ke ruangan Bosnya, William. “Tuan, ada hal penting yang harus di sampaikan ... “ Wanita itu terdiam, mendengarkan jawaban dari laki laki di sebrang telephone sana. “Ini adalah rekomendasi dari Tuan Alberth, beliau juga membawa surat penting untuk anda ...” Resepsionis itu mendengarkan jawaban dari atasannya dengan seksama. Ia mengangguk tanda mengiyakan. Setelah itu, sambungan terputus. “Nona, atasan saya setuju untuk menemui anda. Mari saya antarkan ... “ Rachel langsung beringsut mengikuti resepsionis itu, ia berjalan memasuki lift. Tangannya masih memegangi kotak Biolanya dengan hati hati. Pikiran Rachel sekarang terpusat ke surat yang di tulis Alberth. Sebenarnya surat itu berisi apa? Apa yang di tulis Paman Alberth untukku? Tapi sebelum pikirannya mengudara lebih jauh lagi, pintu Lift sudah terbuka. Rachel langsung dengan sigap mengekori resepsionis itu. Resepsionis itu melangkah menuju ke ruangan Presidential Suite. Atasannya itu tak perlu memiliki rumah jika ia punya hotel mewah, itulah alasan kenapa bosnya tak pernah pulang ke rumah setelah bekerja. Lebih nyaman dan cepat jika menginap di hotelnya sendiri. Resepsionis itu men-Tap kartu hotel. Itu kartu untuk membuka kunci pintu khusus ruangan Presidential Suite milik atasannya. “Tuan, saya sudah membawa Nona itu kemari ...” Resepsionis itu menunduk tanda penghormatannya kepada atasannya, di iringi Rachel yang juga menuduk di depan laki laki yang baru pertama kali ia temui itu. “Keluarlah, aku akan berbicara langsung dengan Nona pemilik Biola ini ...” Begitu Bosnya memerintahkannya untuk pergi ia langsung berjalan keluar dari ruangan. Rachel di tinggalkan sendiri oleh resepsionis itu. rachel akhirnyamengankat kepalanya, sekarang ia bisa melihat dengan jelas sosok di depannya ini. Laki laki berumur lima puluh tahunan, mungkin seumuran dengan ayahnya. Berjas rapih dan wangi layaknya pebisnis pada umumnya. “Kenalkan, namaku William. Aku mendapat kabar, kau membawa surat dari Alberth ...? apa benar ? “ “Senang bertemu anda Tuan Wiiliam, nama saya Rachel. benar, saya di beri surat oleh Paman Alberth untuk di sampaikan kepada anda ... “ Rachel mengulurkan surat tulisan tangan Alberth, sepertinya ia tak perlu memberikan kartu nama sekaligus. Begitu Rachel mengulurkan surat itu, William langsung menerimanya. Membaca isi pesan yang ingin di sampaikan Alberth lewat suratnya. Karena tak biasanya ia membawa orang asing untuk mengikuti lelang di hotelnya. Ini seperti bukan Alberth yang ia kenal. Setelah membaca surat Alberth, William langsung kaget. Ia menatap Rachel dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia ingin memastikan bahwa ia tak tertipu seperti sebelum sebelumnya, ia pernah tertipu dan karena kejadian itulah yang membawanya bertemu dengan Alberth. Tapi jika Biola itu adalah Biola yang Alberth periksa sendiri, ia tak punya keraguan akan hal itu. ia mempercayai Alberth sepenuhnya. “Jadi, kau kesini untuk menjual Biola milikmu ... ? “ Rachel hanya mengangguk, mengiyakan. “Ini adalah lelang internasional, aku tak bisa sembarangan menjual barang disini. Karena itu menyangkut reputasiku nantinya, bisakah aku melihat Biolamu terlebih dahulu ... ? “ Begitu mendengar permintaan William, Rachel langsung menopang kotak kayunya dan membuka tutup itu, mengeluarkan Biola ayahnya dengan sangat hati hati. Begitu Rachel meletakan kotak di lantai, ia langsung mengabil Biola itu dengan kedua tangannya dan menyerahkannya kepada William. “Silahkan ... “ William mengamati lekat lekat Biola itu, dengan mata yang masih jeli. Tapi ia tak bisa mengambil keputusan sendiri. Ia harus memeriksa kembali Biola Rachel dengan bantuan orangnya. “Aku akan menyuruh bawahanku untuk memeriksa keaslian Biolamu, duduk sebentar dan tunggulah di sana .. “ William mengarahkan jarinya ke arah sofa beludru, sofa berwarna hitam pekat dengan permukaan berbulu bulu halus, nampak nyaman dan mahal. “Duduklah, aku akan pergi sebentar ... “ William langsung meniggalkan Rachel di ruangannya. Ia bergegas menemui timnya untuk memeriksa ke autentikan dari Biola Rachel, jika memang keorisinilan Biola ini terjamin. Maka ia akan sangat di untungkan. Rachel langsung berjalan mendekati sofa, duduk dan meluruskan kakinya yang kelelahan karena berjalan sambil membawa kotak kayu di tangannya. Tapi semoga, semua ini setimpal dengan apa yang akan ia dapatkan nantinya. Di sisi lain, William tergesa gesa menemui timnya. Karyawan hotelnya tak pernah melihat atasannya itu berjalan tergesa gesa bersamaan dengan Biola di tangannya, ia membawa Biola itu dengan sangat hati hati. Setelah sampai di ruangan pengecekan, William langsung mencari seseorang yang bisa membantunya. “Katakan padaku, di mana Juno. Aku membutuhkannya segera “ Keributan yang di buat William itu langsung menarik perhatian seluruh karyawan di ruangan itu, tim lelang tengah fokud untuk geladi resik karena lelang tinggal beberapa jam lagi. Tapi kepanikan William hanya berarti satu hal, ini sangat penting. Mata William mencari sosok laki laki yang ia cari. Disana, laki laki bernama Juno itu tengah menghampiri William dengan tergesa gesa. “Ada yang bisa saya bantu Tuan ... ? “ “Tentu saja... “William tersenyum kepada Juno. “Periksa keaslian Biola ini, dan katakan padaku sejujur jujurnya ... “ Juno menerima Biola yang di ulurkan William. Ia segera berlari ke meja kerjanya, melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan Alberth. Memeriksa setiap inchi Biola Rachel dengan kaca pembesar aneh itu. hasil yang di dapatkan Juno sama halnya dengan hasil yang di dapatkan Alberth. Mereka sama sama tercengang dengan hasil pemeriksaanya ini. “Bagaimana hasilnya .. ?” William sudah tak sabaran menunggu pernyataan Juni, ia sudah sangat penasaran dengan hasilnya. “Biola ini, memang asli ...!! “ William tersenyum puas, ia tak ragu lagi karenan pernyataan Alberth dan pernyataan Juno, sinkron, “Dengar untuk tim promosi, kabarkan kalau kita akan melelang Biola berharga. Biola ini akan di jual di akhir lelang, ini adalah bintang di lelang kali ini. Untuk lengkapnya, kalian tanyakan kepada Juno. Cepat selesaikan tugas ini dan simpan Biola itu rapi dan aman “ “BAIK “ semua menjawab serentak. Dengan ini, William harus segera menemui Rachel. *** 000 *** Rachel masih terduduk di sofa beludru itu, tangannya dingin dan tak karuan rasanya. Ia begitu khawatir dengan Biolanya. Tapi tak lama, ia melihat sosok William yang berjalan masuk tanpa Biola lagi di tangannya. Kemana ia membawa Biolaku? Dimana Biolaku sekarang .. ? “Selamat Nona Rachel, Biolamu akan di lelang malam ini. “ William memberikan ucapan selamat kepada Rachel, Rachel masih menatap kaget tanpa ekspresi. Ia tak menyangka, Biolanya bisa di lelang di sini. “Keuntungan lelang sebesar sembilan puluh lima persen akan di berikan kepada anda, Biola anda sudah di simpan dan baru di keluarkan saat pelelangan dimulai, kau bisa menunggu di sini. Aku akan memerintahkan anak buahku untukmenyiapkan ruangan untukmu “ Dengan ini, harapannya untuk kesembuhan ibunya. Bisa terwujud. Rachel tersenyum lega sekaligus pedih. Nyawa akan lebih berarti dari pada benda yang mengaitkanmu dengan masa lalu, tutur Rachel mencoba membesarkan perasaanya sendiri.
อ่านฟรีสำหรับผู้ใช้งานใหม่
สแกนเพื่อดาวน์โหลดแอป
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    ผู้เขียน
  • chap_listสารบัญ
  • likeเพิ่ม