7 : Pacar

881 Words
Salah satu cerita klise yang sekali terjadi pada seseorang yang baru menapaki masa SMA adalah; naksir dengan kakak pamong mereka sewaktu MOS. Dan cerita klise itu terjadi pada Olin. Ia sempat naksir sesaat dengan salah satu kakak pamong gugusnya sewaktu MOS, yang sekaligus menjabat sebagai Ketua OSIS kala itu. Olin pun tidak tahu kenapa persisnya dia bisa menyukai kakak kelasnya yang bernama  Malik itu. Di mata seorang Olin yang baru lulus SMP saat itu, Kak Malik merupakan sosok yang berwibawa dan penuh kharisma karena menjabat sebagai Ketua OSIS. Olin juga menganggap bahwa Kak Malik ganteng. Padahal, Kak Malik tidak lah seganteng itu jika dilihat dari dekat. Tidak sampai satu bulan, Olin berhenti menyukai Kak Malik, sebab dirinya justru beralih menyukai Edho yang merupakan ketua kelasnya di kelas sepuluh. Tau kenapa Olin bisa naksir Edho? Alasannya sungguh simpel, tak lebih dari sekedar bentuk hidung mancung Edho yang Olin suka, dan Edho mirip Aliando. Bahkan, tanggal lahir mereka pun sama. Maklum saja, sewaktu Olin baru menapaki masa SMA dulu, Aliando memang masih artis baru, belum se-booming saat dia main di sinetron GGS. Jadi, tampangnya masih segar untuk dilihat dan Olin pun sempat mengaguminya. Tapi itu dulu. Sekarang, memikirkannya saja membuat Olin merinding geli. Olin senang ia bisa menyukai orang lain seperti ia menyukai Edho. Pikirnya, ia sudah berhasil melupakan Rafka yang semakin jauh dari jangkauannya, karena mereka memang tidak memasuki SMA yang sama. Dan memang di awal-awal masa SMA, semuanya berjalan lancar sesuai harapan. Hadirnya Edho dan kesibukan baru Olin di SMA membuatnya perlahan bisa melupakan Rafka. Olin benar-benar suka Edho. Suka senyumannya, suka pembawaannya yang cool sebagai ketua kelas, suka juga dengan wibawanya jika sedang berlatih baris-berbaris dengan anggota Paskibra. Sampai-sampai, Olin seringkali mencurahkan semua rasa sukanya pada Edho dalam cuitan di Twitter. Semenjak Edho hadir dalam hidupnya, Olin jadi tak sering lagi bercuit galau tentang Rafka. Salah satu cuitan Olin untuk Edho di Twitter isinya begini : I like the way you smile, the way you laugh, the way you talk, and the way you walk. Damn boy, I like everything about you :') Cuitannya tersebut di re-tweet oleh Edho dan Olin rasanya senang bukan main saat itu. Mulanya, Olin hanya memberitahu beberapa teman terdekatnya di kelas bahwa ia menyukai Edho. Dan entah bagaimana caranya, semua orang di kelas jadi bisa tahu hingga mereka sering menggoda Olin dan Edho di kelas. Seperti saat mereka tak sengaja ditunjuk maju untuk mengerjakan soal Matematika ke depan, semua langsung bersorak. Olin tentunya hanya bisa tersipu malu digoda seperti itu. Dan ternyata, Edho juga. Banyak teman-teman Olin yang bilang kalau sepertinya, Edho juga menyukai Olin. Kata mereka, Edho sering memerhatikannya. Olin pun merasa begitu, sebenarnya. Tetapi, ia tidak mau terlalu percaya diri. Walaupun dari segi penampilan dirinya sudah banyak berubah dibandingkan masa SMP dulu, Olin merasa masih mustahil jika ada seorang laki-laki yang mau menyukainya. Hingga pada akhirnya, di hari ulang tahun Olin, ketika ia memeriksa ponsel selepas bangun tidur, ia terkejut bukan main mendapat sebuah pesan dari Edho yang dikirimkan oleh laki-laki itu semalam. Iya, dari Edho! Dan isi pesannya sukses membuat kedua mata Olin membeliak. Edho : Lo suka sama gue, Lin? Mampus. Mati gue. Mau ditaruh dimana muka? Syit. Pikir Olin yang terkejut bukan main waktu itu. Olin langsung laporan pada Caca, Luvi, dan Retha, tiga teman terdekatnya yang ada di kelas. Ia minta saran kepada mereka, harus dibalas seperti apa pesan dari Edho yang serupa bom. Ketiga orang yang ditanya Olin itu sama-sama menyuruhnya untuk menjawab jujur. Gila apa ya? Olin tidak seagresif itu dan juga terlalu gengsi untuk mengakui perasaan sendiri. Terlebih lagi, ia takut kalau Edho bertanya seperti itu semata karena dia tahu Olin menyukainya dan tidak suka dengan fakta itu. Bisa saja Edho bertanya karena ingin menyuruh Olin berhenti menyukainya, kan? Jadi, Olin tidak ingin langsung mengaku dan memikirkan balasan yang lain. Olin : Emang kenapa? Edho : Gue suka sama lo. Kalau lo juga suka gue, mau nggak jadi cewek gue? Olin nyaris membanting ponsel membaca balasannya. Jantung Olin langsung berdegup kencang, sementara wajahnya memanas karena tersipu sendiri. Rasanya kayak mimpi. Untuk yang pertama kalinya, ada seorang cowok yang menyatakan perasaannya kepada Olin. Olin : Serius? Edho : Iya. Mau jadi cewek gue, Lin? Kalian semua yang membaca ini pasti langsung mikir, idih ditembak lewat chat gitu nggak gentle banget sih?! Kalau gue jadi Olin sih nggak mau ditembak lewat chat dan kelewat straightforward gitu. Olin di masa sekarang juga pasti akan berpikir seperti itu. Apalagi mengingat bahwa dirinya dan Edho sama sekali tidak pernah melakukan pendekatan sebelum mereka pacaran. Bahkan, di kelas pun mereka tidak pernah berinteraksi secara khusus. Sayangnya, Olin yang dulu terlalu bahagia karena ditembak oleh cowok yang disukainya. Perasaan Olin tidak bertepuk sebelah tangan, itu yang paling penting. Sehingga Olin tidak memikirkan lagi yang lain. Olin : Mau :) Edho : Oke. Tapi jangan bilang-bilang anak kelas ya, gue males digodain soalnya. Diajak backstreet?! Seriously? Jangan bilang Olin mau?! Olin : Oh, yaudah kalau gitu. Gue juga males sih sebenernya hehe. Iya, Olin mau. Dan iya, Olin tahu, dulu dia memang sebodoh itu. Edho : Sip. Sampai ketemu di sekolah, Lin. And happy birthday to you :) Olin : Iyaaaaa, Edho. Thank you :) Saat itu, di hari ulang tahunnya yang ke-15, untuk yang pertama kalinya Olin punya pacar. Dan rasanya sangatlah menyenangkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD