Di tahun terakhir masa putih birunya, Olin kedapatan masuk di kelas 9-8, sedangkan Rafka berada di kelas 9-6. Letak kelas mereka bisa dibilang berhadapan dan kelas mereka juga sama-sama terletak di dekat kantin. Meski tidak sekelas, Olin masih bisa melihat Rafka setiap hari. Entah itu hanya sebatas melihatnya berdiri di depan kelas dan mengobrol dengan teman-temannya atau ketika mereka sama-sama sedang berada di kantin saat jam istirahat.
Sayangnya, masih bisa melihat Rafka bukan berarti Olin juga masih bisa berinteraksi dengan lelaki itu seperti dulu. Sesuai ekspetasi Olin sebelumnya, hubungan pertemanannya dan Rafka langsung bubar begitu saja di saat mereka sudah tidak berada di kelas yang sama lagi.
Mereka tidak pernah lagi bertegur sapa dan benar-benar terlihat seperti dua orang asing yang tidak pernah saling mengenal setiap kali berpapasan atau berada di tempat yang sama. Padahal, dua tahun penuh mereka berada di kelas yang sama dan saling mengenal. Tapi entah kenapa, dua tahun itu seolah dianggap Rafka tidak pernah ada.
Ya, hanya Rafka yang berpikiran seperti itu. Sebab Olin tidak pernah lupa sama sekali dengan dua tahun pertemanan yang pernah mereka lalui. Olin pun sebenarnya ingin sekali menyapa Rafka tiap kali mereka bertemu, hanya saja ia tidak bisa melakukan itu jika Rafka sendiri tidak mau melihat ke arahnya tiap kali mereka bertemu atau sekedar berpapasan.
Olin tidak tahu apa salahnya sampai-sampai Rafka bersikap seperti itu. Padahal jika Olin bertemu Rafka di saat ia sedang bersama dengan teman-temannya yang lain, laki-laki itu masih menyapa dan bersikap ramah terhadap teman-temannya. Hanya Olin yang Rafka abaikan, hanya Olin yang seolah dianggap Rafka tidak ada di antara mereka, entah apa alasannya. Bahkan hingga saat ini, setelah bertahun-tahun kemudian, Olin pun masih tidak bisa menebak apa alasan Rafka bersikap seperti itu.
Terlepas dari sikap Rafka yang menganggapnya seperti orang asing, tahun terakhir Olin di masa SMP pun tidak terlalu buruk. Karena berada di kelas yang baru, Olin pun mendapat teman-teman baru pula yang bisa akrab dengannya dengan mudah.
Selain itu, banyak teman-teman Olin yang memberitahu bahwa secara fisik Olin sudah cukup banyak berubah. Mereka bilang, tubuh Olin sudah lebih kurus dari sebelumnya. Padahal Olin sendiri tidak menyadari perubahan pada dirinya itu dan juga sama sekali tidak melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Hanya saja, tubuhnya yang tumbuh lebih tinggi membuat Olin juga jadi terlihat lebih kurus. Dan hal itu tentunya cukup membuat Olin merasa senang dan dirinya pun jadi lebih percaya diri.
Di tahun ini, Olin juga tentunya disibukkan dengan persiapan berbagai macam ujian serta mempersiapkan diri untuk tes masuk ke SMA yang diinginkannya. Olin tahu bahwa dirinya dan Rafka akan mendaftar di SMA yang berbeda dan Olin memang tidak berniat untuk mendaftar di SMA yang sama dengannya. Bagi Olin, lebih baik seperti itu supaya ia bisa melupakan Rafka dan membiarkan laki-laki itu hanya menjadi satu kenangan di masa SMP. Olin tidak ingin Rafka mengisi hati dan pikirannya lebih lama lagi.
Pikir Olin, saat SMA dia benar-benar harus melupakan Rafka. Ia akan membuka lembaran baru saat menapaki masa putih abu-abu nanti. Ia akan menjadi sosok Olin yang lebih percaya diri, sosok Olin yang aktif, sosok Olin yang cantik, sosok Olin yang bisa menyukai lelaki lain, sosok Olin yang bisa melupakan Rafka dan pada akhirnya hanya akan menganggap Rafka sebagai cinta monyetnya yang konyol ketika dia masih seorang remaja tanggung.
Dan saat memasuki masa SMA, Olin jelas bukan Olin yang sama dengan dirinya di masa SMP. Olin bertumbuh jadi perempuan yang lebih baik lagi. Semua harapan yang diniatkannya pun terkabul. Ia bisa jadi jauh lebih percaya diri dan aktif di sekolah, bahkan Olin terpilih sebagai anggota OSIS dan menjadi sekretaris di tahun keduanya.
Olin juga bertumbuh jadi perempuan yang cantik, banyak yang mengatakan begitu. Jika di masa SMP dirinya hanya bisa mengkhayal untuk bisa disukai oleh seorang lelaki, maka di masa SMA ini Olin mendapati ada beberapa orang yang secara terang-terangan mendekatinya dan menunjukkan rasa suka padanya. Olin pun sempat punya pacar.
Hanya saja, harapannya yang terakhir tidak terkabul. Melupakan Rafka ternyata tidak bisa dilakukannya dengan mudah. Ternyata, sosok Rafka Bhagaskara tidak bisa dianggap sekedar cinta monyet belaka. Sebab meskipun sosoknya sudah terasa asing, melupakan Rafka bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan semudah membalik telapak tangan.