Omar masih setia berdiri menatap Eva. Dia seolah masih tidak percaya, bahwa makhluk cantik, dengan bulu mata lentik, dan alis yang tebal itu, kali ini benar-benar nyata. Dan bukan hayalan seperti hari-hari sebelumnya. “Sampai kapan, Elo akan menatap Gue seperti itu?” tanya Eva sedikit risih. “Sampai Aku benar-benar bisa memastikan, bahwa ini bukanlah mimpi ataupun halusinasi.” Omar masih setia menatap Eva dengan intens. Eva menangkup pipi Omar, lalu menempelkan bibirnya sekilas pada bibir Omar, dengan sedikit berjinjit. Eva ingin segera melepaskan pangutannya. Namun, belum sempat melakukannya, Omar menarik tengkuknya, lalu memperdalam ciumannya. Eva memejamkan kedua matanya. Dalam sekejap dia terbuai oleh ciuman memabukan yang diberikan Omar. Di hadapan sungai Swan, kedua sejoli itu