Episode 6

1219 Words
Episode 6 #Struggle_and_Love Tawaran yang menarik Sudah pukul 9 malam saat Bayu sampai di apartemen Rista. Sesuai janji, dia benar-benar menemui Luna selesai syuting. Tapi kali ini Bayu tidak sendiri. Dia datang bersama manager yang siang tadi sengaja dia tinggalkan. "Jangan bilang kau dan Rista punya hubungan khusus?" Selidik Mimin, manager artis yang mengatur semua kontrak dan keperluan Bayu. Bayu tak menjawab. Tangannya sibuk memencet password apartemen Rista. Mimin yang notabenenya adalah lelaki gemulai, memanyunkan bibir karena diabaikan oleh artisnya. Saat pintu terbuka, Bayu mendapati Luna yang sedang meringkuk di atas sofa. Wanita itu masih mengenakan baju yang siang tadi dia pakai. "Dia siapa?" Tanya Mimin yang masih berdiri di samping Bayu. "Ruri." Jawab Bayu singkat. "Ruri siapa?" Tanya Mimin lagi. "Aku juga tidak tau." Jawab Bayu cuek. "Jangan bercanda Bayu. Dia siapa?" Tanya Mimin mulai kesal. Bukan apa-apa. Mimin begitu karena tidak mau Bayu terlibat skandal dan merusak karirnya yang sedang melonjak tinggi. "Aku benar-benar tidak tau Min. Aku bertemu dia di mall, dia minta tolong, aku menolongnya." Jawab Bayu jujur. Mimin berjalan mondar-mandir dengan tangan terlipat di d**a. Mulutnya komat-kamit tidak jelas. "Sejak kapan kau berubah jadi pahlawan?" Sindir Mimin. "Setahuku kau itu anti wanita dan anak kecil." Bayu terkekeh. Menyadari dia tidak lagi sendiri, Luna terbangun dari tidurnya. "Kakak sudah kembali?" Tanya Luna sambil menguap. Mimin langsung duduk di samping Luna dan menatap wanita itu penuh selidik. "Kau siapa? Kau bukan pacar simpanan Bayu kan?" Tanya Mimin. Luna mengernyitkan dahi mendapati pertanyaan seperti itu dari laki-laki gemulai di hadapannya. "Tidak perlu di jawab Ruri. Dia managerku, dia memang banyak omong dan menjengkelkan." Ucap Bayu tanpa merasa bersalah. Mimin mendengus. "Aku begini kan demi kamu juga." "Lebih tepatnya demi sumber uangmu, iya kan?" Balas Bayu jutek. Mimin kembali komat-kamit tidak jelas. Melihat Mimin yang seperti itu, Luna malah tertawa. "Apanya yang lucu?" Ujar Mimin kesal. Seketika tawa Luna berhenti meski masih tidak dapat menyembunyikan senyum manisnya. "Kakak menggemaskan." Ucap Luna polos. Mimin langsung kesemsem dan membenahi rambutnya yang berantakan karena ucapan Luna. "Jarang-jarang ada yang menyadari itu." Ucap Mimin malu-malu. "Jangan katakan kata-kata menjijikkan itu Ruri. Aku mau muntah mendengarnya." Ucap Bayu sambil bergidik. Mimin melempar Bayu dengan bantal sofa karena kesal. "Kalau saja kau bukan sumber uangku, sudah lama bibir brengsekmu itu habis ku makan." Mendengar ucapan Mimin, Bayu langsung bersembunyi di belakang Luna dan menutup bibirnya menggunakan bantal yang tadi Mimin lempar. Luna kembali tertawa melihat tingkah mereka. "Kakak sudah makan?" Tanya Luna pada Mimin dan Bayu. "Aku belum makan, kalau Bayu, dia tidak boleh makan malam." Ucap Mimin. "Yahh padahal aku sengaja masak banyak karena tau kak Bayu akan kembali." Ucap Luna kecewa. "Kau bisa masak?" Tanya Bayu tidak percaya. "Tentu saja." Jawab Luna percaya diri. "Aku yang akan menilai, apa kau bisa masak atau hanya sekedar mencampuradukkan bahan." Potong Mimin sembari menuju meja makan. Bayu mengekor di belakang meski Mimin sudah bilang dia tidak boleh makan malam. Mimin dan Bayu saling pandang setelah melihat apa yang Luna sajikan di atas meja. Bagaimana tidak? Luna menyiapkan steak daging dengan tampilan yang sangat menggugah selera. Belum lagi salad buah yang tampak manis dan menggiurkan. "Kau beli dimana?" Tanya Mimin sambil mengunyah steak daging. "Aku yang buat kak, sumpah." Ucap Luna sembari mengangkat tangannya membentuk huruf v. Bayu yang merasa penasaran, ikut menyantap sajian yang Luna buat. "Enak." Komentar Bayu. Tapi tak lama kemudian Mimin merebut piring Bayu. "Tadi kau sudah makan, kau tidak boleh makan lagi." Luna hanya tertawa menyaksikan keakraban dua orang di hadapannya itu. Diam-diam Luna memikirkan Lando. Bagaimana keadaan kakaknya saat ini? Apa keluarga Samuel jadi datang? Apa Lando masih mencarinya? Pada akhirnya, Luna merasa bersalah karena sudah memanfaatkan Lando untuk melarikan diri. *** "Malam ini aku menginap di rumah Rista. Kau pulang saja." Usir Bayu pada Mimin saat laki-laki itu selesai makan. "Rista bilang dia akan menginap di lokasi pemotretan, memangnya tidak apa-apa kalau kalian hanya berdua?" Tanya Mimin sambil melihat ke arah Bayu dan Luna. Luna tampak kikuk dan salah tingkah. Pasalnya ini kali pertama bagi Luna menginap di rumah orang lain, terlebih hanya berdua dengan Bayu. "Dia aman bersamaku. Lagi pula aku ingin mengintrogasi bocah itu." Ucap Bayu sambil menunjuk ke arah Luna. "Iya iya. Aku yakin kau juga tidak akan tertarik pada bocah ingusan seperti dia. Kalau begitu aku pulang. Besok pagi aku akan menjemputmu." Janji Mimin sebelum pergi. Setelah di tinggal Mimin, Luna mengambil jarak cukup jauh dari Bayu. Luna memang mempercayai Bayu karena dia mengenal laki-laki itu, tapi bukan berarti Luna jadi lengah. "Sekarang jawab aku dengan jujur. Kau melarikan diri dari apa dan siapa? Ingat, jangan bohong!" Tanya Bayu sembari mendekat ke arah Luna. Luna semakin salah tingkah. "Aku kabur dari rumah." Jawab Luna jujur. "Kabur dari rumah? Kenapa?" Tanya Bayu lagi. "Kalau ku katakan aku di paksa menikah karena kakakku jatuh cinta pada adiknya, apa kak Bayu percaya?" Tanya Luna lirih. Bayu tersenyum kecut. "Alasan macam apa itu. Memangnya ini zaman Siti Nurbaya? Kalau mau cari alasan, tolong cari yang lebih masuk akal." Luna cemberut karena Bayu tidak mempercayai ucapannya. Tapi mau bagaimana lagi. Bayu benar, mana ada wanita yang di paksa menikah di zaman modern seperti sekarang. "Kau bilang kakakmu suka pada adiknya? Kamu?" Tanya Bayu penasaran. Luna mengangguk meski tak yakin Bayu akan percaya. Benar saja, tak lama laki-laki itu malah tertawa. "Namanya kakak pasti suka, sayang, dan cinta sama adiknya. Kau saja yang bodoh sudah salah mengartikan dan menganggap itu sebagai ancaman." Ucap Bayu sok bijak. "Kami bukan saudara kandung." Ujar Luna menjelaskan. "Kurasa kau terlalu percaya diri bocah." Bayu masih tidak percaya. Luna jadi kesal sendiri dan mendelik ke arah laki-laki itu. "Lalu apa ada kakak yang berani mencium bibir adiknya?" Tanya Luna balik. Bayu mengerutkan kening. "Kau ciuman dengan kakakmu?" Luna mengangguk, meski tidak mengerti kenapa dia malah mengatakan hal memalukan itu. "Kalau begitu kakakmu sudah gila. Sekarang semua jadi masuk akal. Orang tua kalian pasti ingin segera memisahkan kalian dengan cara menikahkan salah satunya." Bayu menarik kesimpulannya. "Aku kan sudah menjelaskan dari tadi. Tapi kak Bayu menolak percaya dan malah mengejekku." Cibir Luna. "Habisnya kau itu tampak seperti bocah. Cantik sih, tapi tidak menarik sebagai lawan jenis. Jangan tersinggung, maksudku kau tidak seksi." Ralat Bayu setelah Luna melotot ke arahnya. "Berhenti menyebutku dengan sebutan itu kak. Aku sudah 20 tahun." Bela Luna. "Tetap saja kau terlihat seperti bocah." Ujar Bayu santai. Luna menggerutu sembari memukul Bayu. Bayu hanya terkekeh dan menangkap tangan Luna sebelum tangan gadis itu kembali bereaksi untuk memukulnya. "Tidurlah, malam semakin larut." Perintah Bayu. Luna tidak menjawab. Lebih tepatnya dia bingung harus tidur di mana. Kamar Rista terkunci. Gadis itu sengaja mengunci kamarnya untuk menjaga privasi. Kalau tidur di sofa ruang tamu, itu artinya dia harus tidur di dekat Bayu. "Karena tadi sudah tidur, aku tidak mengantuk lagi." Ucap Luna berbohong. Padahal sejak tadi dia terus saja menguap. "Apa Rista mengunci pintu kamarnya?" Tanya Bayu. Luna mengangguk. Bayu tampak kesal dengan kebiasaan sahabatnya itu. Rista benar-benar menjaga kamarnya dari siapapun, termasuk Bayu. "Apa boleh buat. Kau tidur di sana, aku tidur di sini." Putus Bayu membuat kesepakatan. Luna hanya mengangguk, tak mau protes apalagi menolak. Baginya, sudah ada tempat menginap saja sudah sangat untung. "Tapi ngomong-ngomong berapa lama kau akan melarikan diri?" Tanya Bayu sembari merebahkan diri di sofa. Luna sendiri masih sibuk membenahi sofa hingga bisa terlentang menjadi tempat tidur. "Aku tidak yakin bisa bertahan lama. Aku bahkan belum punya tujuan mau kemana." Jujur Luna sembari menuruti jejak Bayu merebahkan diri. "Kalau kau mau dan kalau kau tidak keberatan, bagaimana kalau jadi juru masak di rumah kami?" Tawar Bayu. Luna menatap ke arah Bayu. Dia tampak berpikir sebelum menjawab. Tapi sejurus kemudian, senyum manis merekah di gadis itu. "Jadi pembantu pun aku siap. Asal sembunyikan aku dengan baik." Jawab Luna mantap. To be continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD