Episode 5

1198 Words
Episode 5 #Struggle_and_Love Melarikan Diri "Kak please, berhenti. Kita bisa jadi tontonan orang." Bisik Luna pelan. "Siapa yang peduli Luna. Mereka juga melakukan hal yang sama." Bisik Lando tak kalah pelan. Luna mendorong Lando dengan kuat sebelum akhirnya pamit ke toilet pada laki-laki itu. Lando memberi izin sembari tersenyum mengingat apa yang baru saja dia lakukan. Di luar sana, Luna sibuk memikirkan bagaimana cara menyingkirkan orang-orang suruhan ibu tirinya. Lando mungkin sedang sangat bahagia, Luna yakin itu, Lando pasti tidak akan mengikutinya ke toilet. Tapi bagaimana dengan 3 orang itu? Pikir Luna. Baru saja keluar dari toilet, Luna memerintahkan bodyguard ibunya untuk membeli pembalut. Dia menemukan ide itu saat mendapati seseorang mengumpat kesal karena datang bulan di saat yang tidak tepat. "Kalian tidak bersedia? Kalau begitu biar aku yang beli sendiri di minimarket bawah." Ujar Luna bersiap meninggalkan bodyguardnya. Salah seorang dari mereka berinisiatif untuk membantu Luna. Luna tersenyum senang karena berhasil membuat penjaganya berkurang satu. Di dalam toilet, Luna bernegosiasi dengan seorang wanita yang mengenakan topi dan kemeja longgar milik pria di pinggangnya. Luna bahkan bersedia membayar mahal untuk topi dan kemeja itu. Sang wanita setuju setelah menerima uang 500 ribu dari Luna. Berbekal kemeja longgar dan topi yang dia pakai, Luna berjalan sambil menundukkan kepala melewati bodyguard yang tidak sadar jika itu adalah Luna. Sementara itu, Lando yang menyadari Luna pergi terlalu lama, menghubungi penjaga yang mengikuti Luna dan meminta mereka untuk memastikan keberadaan wanita itu. Karena Luna tak kunjung keluar meskipun pembalut yang dia pesan sudah sampai, salah seorang bodyguard memeriksa ke dalam toilet. Mereka langsung panik saat menyadari Luna tidak ada dan melapor pada Lando. Begitu mendengar Luna menghilang, Lando bergegas menghubungi ponsel wanita itu. Tapi sayang, Luna meninggalkan ponsel dan tas tangannya. Lando mulai khawatir dan menyambar tas Luna sebelum meninggalkan bioskop. Segera Lando memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Luna. Tak tanggung-tanggung, Lando juga menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk ikut mencari. Lando sendiri uring-uringan sambil memeriksa ponsel kalau-kalau mereka melapor sudah menemukan Luna. 2 jam berlalu, Luna tak kunjung di temukan. Beberapa saat lalu Lando mendapat laporan ada yang melihat Luna, tapi teryata mereka salah orang. Ada juga yang melapor melihat Luna, tapi kemudian kehilangan jejak wanita itu. Lando mulai frustasi dan menyalahkan diri yang terlalu percaya dan terbuai dengan sikap Luna yang manis dan penurut. "Aku tidak menyangka kau akan meninggalkanku dengan cara seperti ini Luna. Tunggu saja, aku pasti akan menemukanmu, apapun caranya." Geram Lando sembari memukul setir. *** "Jadi kemana tujuanmu?" Tanya Bayu pada Luna. Luna tak langsung menjawab. Dia sibuk menikmati udara di pantai Ancol yang sepi. Sesekali Luna membenahi rambutnya yang berkibar diterpa angin. Setelah berhasil melarikan diri, Bayu membawa Luna ke pantai Ancol. Cukup jauh dari tempat dimana mereka bertemu, tapi lebih dekat dengan tempat Bayu syuting. "Aku tidak bisa menemanimu bocah. Aku punya jadwal syuting sore ini." Ucap Bayu setelah di acuhkan oleh Luna. "Aku bukan bocah kak Bayu. Aku 20 tahun dan kalau tidak salah kakak 22 tahun." Balas Luna santai. "Kalau tau usia kita cuma terpaut 2 tahun, harusnya kau berhenti memanggilku dengan sebutan kakak." Ujar Bayu. "Mau bagaimana lagi? Kak Bayu itu kakak kelasku. Ah mungkin kakak tidak tau kalau kita pernah satu SMA." Ucap Luna dengan mata berbinar. Bayu mencoba mengingat-ingat. "Kau yakin? Sepertinya aku tidak pernah melihatmu di sekolah." Luna langsung cemberut. "Memangnya kakak tipe orang yang suka bergaul dengan orang lain? Apalagi mahluk yang namanya wanita. Bukankah kakak laki-laki yang cuek dan sok cool." Balas Luna berani. Bayu tersenyum kecut. Luna menebak sifatnya saat SMA dengan benar. "Sepertinya kita benar-benar berasal dari sekolah yang sama." Luna tertawa kecil. "Kakak jadi aktor ya sekarang? Tidak kuliah?" Tanya Luna. "Kenapa kau ingin tau? Harusnya aku yang bertanya. Kau tidak mencuri dari orang-orang tadi kan? Atau kau ini wanita malam yang melarikan diri dari tempat pelacuran?" Selidik Bayu. Luna kembali tertawa. "Memangnya tubuh kecilku ini laku di jual di tempat pelacuran?" Ucap Luna sembari berputar di hadapan Bayu. Bayu ikut tertawa mendengar lelucon konyol Luna. "Berarti kau ini seorang pencuri dong." Luna menggeleng. "Apa yang bisa ku curi? Ngomong-ngomong soal pencuri, bukankah kakak yang sudah mencuri sesuatu dariku?" Ucap Luna usil. "Mencuri darimu? Apa yang bisa ku curi dari bocah labil sepertimu?" Tanya Bayu mengejek. Spontan Luna menyentuh bibirnya. Bayu kemudian menyadari apa maksud gadis itu. "Oh soal ciuman tanpa rasa itu?" Bayu kembali tersenyum mengejek. "Tanpa rasa? Wah kakak munafik sekali. Padahal tadi kakak yang tidak mau melepaskan ciuman meski sadar orang-orang sudah menjauh." Kesal Luna. "Kau tidak membalas ciumanku Ruri, itu yang membuat rasanya hambar." Jelas Bayu. Mendengar nama Ruri keluar dari mulut Bayu, Luna baru ingat kalau dia tidak menyebut nama aslinya di depan laki-laki itu. "Kakak masih mau berdebat atau mau pergi syuting?" Tanya Luna kemudian. Bayu tampak berpikir. Entah mengapa dia punya firasat kalau gadis di hadapannya ini tidak punya tujuan sama sekali. "Kakak pergi saja. Jika nanti bertemu lagi, aku janji akan membalas kebaikan kakak. Atau kakak bisa tinggalkan nomor ponsel yang bisa ku hubungi." Ucap Luna ramah. "Kau punya ponsel?" Tanya Bayu. Luna menepuk keningnya sendiri karena ingat dia tak punya apa-apa sekarang. "Kakak bisa tulis nomornya di kertas kecil. Tenang saja, aku pasti akan menepati janji. Sebab, berkat kakak, aku bisa menghirup udara kebebasan. Ya meskipun aku sendiri tidak tau bisa bertahan berapa lama." Lanjut Luna dengan wajah muram. "Aku tidak suka menolong setengah-setengah Ruri. Aku akan membawamu ke suatu tempat, kau tunggu aku di sana. Selesai syuting, aku akan menjemputmu." Putus Bayu. "Tidak perlu kak." Tolak Luna secara halus. Bayu tidak mendengarkan dan mendorong Luna masuk ke dalam mobil. Luna menurut meski bingung mau di bawa kemana. Bayu tidak mengatakan apapun, dia sibuk mengendarai mobilnya menuju rumah seseorang. Ya, untuk sementara, Bayu akan menitipkan Luna di apartemen Rista, sahabat baiknya. Sebelum menuju ke sana, Bayu sudah memastikan terlebih dulu kalau Rista tidak kemana-mana. Cukup lama mereka berkendara, sampai akhirnya Bayu memarkirkan mobil di depan gedung apartemen mewah di daerah Jakarta Selatan. Setidaknya itu yang Luna tau. "Siapa dia?" Tanya Rista begitu melihat Bayu membawa seorang gadis. Dengan ramah Luna mengulurkan tangan. "Namaku Ruri kak, aku..." "Aku titip dia sebentar. Selesai syuting aku akan menjemputnya." Ucap Bayu memotong salam perkenalan dari Luna. "Kau jangan sungkan. Dia memang terlihat galak, tapi dia baik kok." Ucap Bayu pada Luna. Luna hanya mengangguk meski tidak enak pada teman Bayu itu. "Sebentar lagi aku punya jadwal pemotretan, tidak apa-apa kan kalau di tinggal sendiri?" Tanya Rista pada Luna. Luna mengangguk kaku. "Kau tenang saja, dia bukan pencuri. Tapi kalau dia mencuri sesuatu disini, kau bisa masukkan tagihan benda yang hilang ke rekeningku." Ucap Bayu santai. Luna langsung mendelik begitu mendengar ucapan Bayu. "Kakak tenang saja, aku tidak akan kemana-mana dan aku tidak akan mencuri. Tapi apa aku boleh makan?" Tanya Luna ragu-ragu. "Kau bisa beli di luar Ruri. Aku tidak punya apapun untuk di makan. Tapi jika kau bisa masak, tadi mama baru saja mengisi stok makanan di kulkas." Jawab Rista ramah. Luna tersenyum senang sembari mengucapkan terima kasih. Tak lama Rista dan Bayu meninggalkan apartemen untuk melanjutkan kegiatan mereka masing-masing. Selama di tinggal sendiri, Luna membersihkan apartemen Rista yang sedikit kotor dan berantakan. Dia juga masak cukup banyak mengingat Bayu akan kembali untuk menjemputnya. Senyum Luna merekah saat menyadari kursus menjadi ibu rumah tangga yang beberapa tahun ini dia tekuni, ternyata bermanfaat untuk dirinya sendiri. Setidaknya Luna tidak perlu pergi ke restoran mewah hanya untuk mencicipi berbagai masakan khas negara luar. Luna sudah mempelajari semua itu dari kursus sialan yang dipaksakan oleh ibu tirinya. To be continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD