Dara sedang menari-nari di toilet perusahaan, gadis itu bak orang kesetanann yang terus menari sembari membawa kertas yang sudah dia garap semalaman. Tidak Dara pedulikan kalau dia sampai begadang, yang penting dia bisa memamerkan hasil karyanya pada CEO songong yang kemarin mengatainya menjiplak.
"Ahhh pasti desain ini akan menjadi desain terbagus yang pernah Pak Adi lihat," ucap Dara dengan percaya diri.
"Awas saja kalau Pak Adi gak suka, aku kirim semua sampah ke ruangannya!" tambah perempuan itu masih dengan senyum yang terus mengembang.
Tok tok tok!
Suara gedoran pintu terdengar nyaring. Dara segera menata rambutnya yang tengah dia kucir kuda agar lebih rapi.
"Dara, sejak kamu datang kamu mengunci diri di kamar mandi. Kamu sedang ngapain?" tanya Olivia berteriak dari luar kamar mandi. Olivia khawatir dengan Dara yang tidak kunjung keluar kamar mandi sejak masuk lima belas menit yang lalu.
"Iya, Mbak. Ini mau keluar kok," jawab Dara yang segera membuka pintu kamar mandi. Belum sempat Olivia bertanya, Dara sudah ngacir pergi begitu saja. Olivia menatap aneh pada Dara yang terlihat sangat senang sembari menenteng tas juga kertas putih yang seperti ada gambarnya.
Adi memasuki gedung perusahaannya sembari merapikan dasi milikinya. Nasib masih lajang di usia yang sudah matang membuatnya tidak bisa tampil rapi seperti kebanyakan cowok yang sudah menikah. Kadang Adi merasa nelangsa, apalagi saat ada pesta atau pertemuan non formal dengan relasi bisnis, pasti hanya dia yang tidak menggandeng ibu negara. Mau menggandeng Elleana si adiknya pun pasti ujung-ujungnya malu-maluin, mengingat si Elle makannya sangat banyak.
"Pak Adi!" teriak suara cempreng dari sebrang sana. Adi membulatkan matanya melihat seorang gadis mungil dengan pipi yang tembem tengah menatap sembari tersenyum cerah ke arahnya.
Adi membalikkan badannya dan berjalan kembali keluar, dalam hati Adi merutuki Dara kenapa di pagi ini sudah muncul dan mengacaukan hati Adi.
"Oh tidak ... hatiku jedag jedug saat melihat gadis itu," umpat Adi memegang dadaanya sendiri.
"Pak Adi ... jangan kabur!" teriak Dara mengejar Adi. Adi membulatkan matanya, bagaimana gadis itu bisa tau kalau dia kabur? Dara sungguh ajaib.
"Pak Adi ... saya bawa kejutan buat bapak!" teriak Dara lagi. Adi menghentikan langkahnya dengan mendadak saat mendengar kata kejutan.
"Apa itu kejutan yang menyenangkan? Dara mengungkapkan cinta, misalnya," oceh Adi dalam hati. Adi membalikkan tubuhnya, dia melihat Dara yang kini sudah mendekatinya.
Senyum dara tersungging dengan menampilkan deretan giginya yang rata, Dara menyerahkan kertas pada Adi. Adi menatap kertas itu dengan bingung.
"Kertas apa ini?" tanya Adi.
"Kejutan," jawab Dara,.
"Kejutannya berupa kertas? Bukan perasaanmu?" tanya Adi memicing.
Dara membeo, "Perasaan apa?" tanyanya pada Adi.
"Ah lupakan," saut Adi menggelengkan kepalanya. Adi merutuki mulutnya yang sangat lancang menanyakan perasaan.
Adi melihat kertas itu yang sangat indah, desain batik lengkap dengan warna yang sangat detail. Adi menatap bergantian kertas dan wajah Dara yang masih berbinar.
"Bagaimana? Bagus kan? Ini di google tidak ada. Asli, copyright by Dara Pramusita," ujar Dara bertubi-tubi dengan senang.
Adi menganggukkan kepalanya, desain Dara memang bagus, tapi untuk sekadar memuji Adi pun juga gengsi.
"Bagaimana? Bagus kan? Bapak gak ingin muji saya?" tanya Dara lagi.
"Em ... saya akan pikirkan mau pakai desain ini atau tidak," jawab Adi melipat kertas itu menjadi empat bagian.
"Hah ... desain sebagus itu masih perlu dipikirkan?" teriak Dara tidak percaya. Menurutnya itu desain paling bagus yang pernah dia gambar, dengan sombongnya Adi malah mau memikirkan.
"Saya gak mau kasih desain itu semena-mena. Kalau bapak masih ragu, mending desain ini aku jual di Pinterest, sudah pasti banyak yang akan beli!" ucap Dara mencoba menyaut kertas itu, tapi Adi segera menghindar. Karena tidak bisa menjaga keseimbangannya, Dara menubruk tubuh Adi dengan kencang. Adi terkesiap, untungnya dia masih bisa menahan tubuhnya. Kini tubuh Dara menempel bak tokek di tubuh Adi. Jantung Adi berdegup sangat kencang, darahnya seperti berdesir, keringat dingin bercucuran di pelipisnya.
"Rasa-rasanya aku punya gejala penyakit jantung," ucap Adi dalam hati.
"Awww bau Pak Adi wangi," ujar Dara melepas pelukannya dari Adi. Tanpa mereka sadari, paparazi sudah memotret tubuh menempel mereka dan menyebar luaskan di grub kantor.
"Kamu anak kecil tau saja mana cowok wangi mana yang enggak. Kamu pasti sengaja ya nubruk tubuh saya biar kamu bisa modus?" omel Adi membenarkan jas yang dia pakai.
"Enak saja. Saya mau ambil kertas itu lagi, sini balikin!" tegas Dara menatap garang Adi.
"Tidak akan. Saya akan pakai desain jelek kamu ini!" ucap Adi mendorong Dara agar menyingkir. Adi meninggalkan Dara yang menatap punggungnya dengan garang.
"Terkutuklah orang-orang yang mengatakan desainku jelek!" teriak Dara dengan menggebu-gebu.
Mendengar teriakan Dara membuat Adi menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Adi tidak habis pikir kenapa dia bisa sekesemsem ini sama Dara. Wanita dewasa di sekelilingnya banyak, tapi kenapa harus Dara yang membuatnya mempunyai gejala penyakit jantung?.
Adi terus tertawa sendirian saat melewati koridor kantornya. Beberapa orang karyawan melihat Adi dengan pandangan yang memicing, mereka merasa aneh dengan sikap Adi yang senyum-senyum seorang diri.
"Dara ... Dara ... Dara ...." ucap Adi dalam hati. Adi memasuki lift yang kebetulan ada karyawannya di sana. Karena terlalu kesemsem dan memikirkan Dara, Adi sampai salah memasuki lift. Yang harusnya lift khusus petinggi perusahaan, malah dia memasuki lift khusus karyawan.
Kalau sudah cinta, kadang otak manusia jadi sedikit tidak beres. Adi sama sekali tidak menganggap karyawannya yang satu lift dengannya. Adi masih mengusung senyum yang membuat karyawanya bergidik ngeri.
"Ada apa dengan Pak Adi?" tanya seorang wanita pada seorang pria rekan kerjanya.
"Gak tau," jawabnya yang kini memempetkan tubuh di sudut lift karena takut dengan Adi.
"Saya gak apa-apa," ucap Adi menatap karyawannya.
"Kalian norak banget sih jadi orang," tambah Adi lagi yang membuat karyawannya membulatkan matanya.
"Kalian gak pernah lihat orang jatuh cinta apa? Atau jangan-jangan kalian gak pernah jatuh cinta? Kalau jantuh cinta pasti bawaannya pengen senyum mulu. Ahhh indahnya," oceh Adi.
"Bapak jatuh cinta?" tanya mereka kompak.
"Enggak," jawab Adi yang membuat mereka makin bingung.
"Enggak bohong maksudnya," tambah pria itu lagi. Saat lift sudah sampai ruangan atas dan terbuka, Adi segera melenggang pergi begitu saja meninggalkan karyawannya yang kini sudah ricuh bergosip.
"Pak Adi jatuh cinta?" teriak mereka kompak dengan hebohnya. Mereka segera mengambil hp masing-masing untuk menyebarkan gosip terpanas itu. Ini adalah kabar membahagiakan dari CEO Bujang Lapuk yang akhirnya jatuh cinta.
Di sisi lain, Dara melewati lorong kantor dengan perasaan bingung bercampur aduk. Pasalnya banyak karyawati yang menatap Dara dengan pandagan yang berbeda-beda, ada yang mencemooh, ada yang kagum dan ada yang sinis. Perasaan kemarin orang-orang masih baik-baik saja.
"Kalian kenapa sih mandang saya kayak begitu? Kalian kagum sama saya?" tanya Dara.
"Heh anak kecil, kalau ngomong ngaca dulu! Kagum apanya? Emang apa prestasimu setelah magang di sini?" tanya seorang karyawati. Dara menggaruk tengkuknya, memang dia belum punya prestasi apa-apa untuk dibanggakan.
"Emang prestasi kamu apa, Mbak? Sudah kerja berapa tahun? Kontribusi apa yang sudah mbak lakukan untuk perusahaan?" tanya Dara balik. Karyawati itu membulatkan matanya.
"Gak usah songong deh, Mbak. Tuh benerin rok mbak yang miring!" ujar Dara lagi sembari menarik rok wanita itu ke kanan yang membuat wanita itu berteriak kesal.
"Dasar tuyul penggoda!" maki wanita itu saat Dara melenggang pergi.
*
*
*
Terimakasih atas antusias kalian yang menunggu Adi dan Dara update. Semoga selalu suka sama mereka.
Hari ini akan doubel update ... eits ... jangan lupa follow akun ku dulu yah ...