Siang ini, Dara dan Olivia CS tengah makan di ruang istirahat dengan tenang. Seperti biasa mereka makan dengan bekal yang sudah masing-masing bawa. Semuanya tenang, hanya Dara yang seperti bebek kehilangan anaknya. Mau makan saja gadis itu pakai nyapu, ngepel dan ngelap meja sampai bersih. Dara sangat risih saat ruang istirahat sangat acak-acakan. Debu di lantai karena yang nyapu belum bersih, tatapan meja yang sangat berantakan membuat tangan Dara gatal.
"Dara, waktu istirahat kita hanya satu jam, kalau kamu menyapu terus bakal habis jamnya. Kamu gak jadi makan, terus kelaparan, ujung-ujungnya nangis," omel Olivia menarik sapu yang dipegang Dara dan meletakkan di sudut ruangan.
"Tapi, Mbak. Lihat semua ini sangat kotor," jawab Dara.
"Kamu tutup mata deh, dan makan dengan tenang!" Olivia berucap gemas sembari menghentakkan kakinya kesal. Dia belum menikah sudah harus mengurus Dara si menyebalkan.
"Ya bagaimana bisa? Lauk di bekalku kepala ayam, kalau aku tutup mata terus yang aku makan salah gimana? Harusnya yang aku gigit lehernya malah gigit mulut ayamnya, kan ciuman pertamaku diembat si ayam," oceh Dara bertubi-tubi.
"Kalau ada acara rukiyah masal, nanti mbak daftarin kamu ke sana, ya!" ucap Olivia yang kini mendudukkan dirinya di sofa empuk. Panas dingin juga dia melihat tingkah absurd si Dara.
"Ahhh Mbak Oliv gak ngerti apa-apa. Jadi cewek jangan kemproh, Mba. Harus bersih, rapi, mengkilat dan kinclong," omel Dara kembali menyapu debu-debu. Olivia tidak menanggapi, gadis itu memilih makan dengan tenang.
Tanpa mereka sadari, ada pengintip handal yang tengah mengintip Dara yang sedang bertingkah. Seberapa kuat Adi menyangkal, tapi hatinya tetap memilih Dara. Adi tidak jenak hanya duduk manis di ruangannya, dia memilih turun untuk melihat Dara. Sedang apa gadis itu, sedang sama siapa dan lagi ngapain, merasuki pikiran Braga.
"Kayaknya ini memang beneran cinta deh," ucap Adi mengusap dadaanya.
"Saat pikiran terus memikirkan dia, makan mikir dia, boker mikir dia, sampai tidur pun ada dia. Fikss ini cinta," tambah laki-laki itu.
Pertemuan Adi dengan Dara sangat singkat, tapi hanya karena insiden dasi tempo hari, Adi sudah sangat jatuh cinta sama Dara. Dara yang kecil, mungil, pipi tembem, membuat Adi selalu terbayang-bayang. Adi tidak peduli bila umurnya dan umur Dara terpaut jauh, yang dia pikirkan adalah usaha mendapatkan Dara.
"Ekhheem!" suara deheman mengegetkan Adi. Adi memukul kencang bahu pria seumuran dirinya yang memiliki badan sedikit berisi dan tinggi.
"Kenapa kamu ke sini?" tanya Adi pada Setyo. Setyo adalah CFO atau Chief Financial Officer. Tugasnya adalah membuat keputusan yang berhubungan dengan sumber daya manusia, seperti merekrut, memecat, menggaji, keuntungan dan akuisisi. CFO juga bertugas merumuskan dokumen keuanan dan membahas kesehatan keuangan.
"Pak Adi kenapa menguntit karyawan yang sedang istirahat?" tanya Setyo yang mengalihkan pertanyaan Adi.
"Kamu lihat yang di sana. Gadis berkucir kuda, anak magang yang kemarin saya diskusikan sama kamu," ucap Adi menunjuk Dara.
"Andai saya belum menikah, dia sudah saya jadikan gebetan," jawab Setyo melihat Dara yang tampak menggemaskan.
"Gak usah ngawur kalau ngomong! Kalau kamu berani selingkuh, saya pecat kamu saat itu juga. Kamu punya anak kecil, bayi masih merah gak usah mikirin dara muda," omel Adi menatap tajam Setyo.
"Becanda kali, Pak," jawab Setyo.
Setyo sudah mengabdi di perusahaan sejak Adi baru merintis. Setyo juga yang turut andil dalam mengembangkan perusahaan, dan mana mungkin orang sesetia Setyo bisa selingkuh. Sama perusahaan saja setia, apalagi sama istri.
"Pak Adi suka sama itu cewek?" tanya Setyo.
"Hem ... kayaknya cinta," jawab Adi.
"Pak, perempuan itu makin dikejar makin menyebalkan, sok cantik dan sok dia paling sempurna. Kalau bapak bucin, yang ada perempuan makin kecentilan dan bapak gak akan bisa deketein dia," ucap Setyo menjelaskan.
Adi menatap Setyo dengan memicing, "Benar yang kamu ucapkan?" tanya Adi.
"Ya benar lah. Saya itu ahlinya ahli dalam kamus percintaan. Cowok harus cuek, jual mahal, gengsi dan sok kecakepan. Karena cewek suka cowok yang model begitu."
"Ini bukan ilmu sesat, kan?" tanya Adi yang masih tidak percaya. Pasalnya Setyo ini hampir sama dengan Kalvin si HRD di perusahaan kakaknya. Kalau gak b****k ya sesat.
"Coba saja!" bisik Setyo.
Adi membenahi jasnya, matanya membulat saat mendengar langkah kaki yang yang sepertinya berjalan akan keluar. Adi berdehem sebentar sembari memasang tampang sok gantengnya. Dugaannya benar, Dara lah yang keluar dari ruang istirahat. Dara menghentikan langkahnya saat melihat Adi tengah berdiri di samping pintu sembari menatap lurus ke depan. Dara menatap Adi dari atas sampai bawah, dia mencium bau-bau aneh dari Adi.
"Bapak kok di sini?" tanya Dara.
"Hem," jawab Adi dengan sok cuek.
"Dasi bapak miring!" ucap Dara mengucek matanya yang terasa pedas. Dara mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Adi yang langsung menegang. Didekati Dara seperti ini membuat Adi bagai robot yang tidak bisa bergerak.
Setyo tertawa cekikikkan melihat tingkah Adi yang sudah sangat bucin. Padahal awalnya Adi sangat anti bila didekati cewek. Bahkan pernah dengan pongahnya Adi mengatakan kalau dia tidak akan jatuh cinta, tapi kali ini apa? Adi sudah terkonyong-konyong koder saat disenggol Dara sedikit saja.
"Bapak bisa gak sih gak buat mata saya sepet? Dasi selalu gak rapi," omel Dara.
"Hem," jawab Adi lagi. Adi yang nol soal cinta ya menurut saja saat Setyo mengajarinya.
"Kok bapak ham hem doang sih? Bapak sariaawan?" tanya Dara. Adi mengedikkan bahuhnya acuh. Berusaha sok cuek dan sok kecakepan.
Dara menjauhkan tubuhnya dari Adi, gadis itu menatap garang CEO yang selalu diagung-agungkan oleh karyawan dan karyawati.
"Saya itu bantu bapak biar kelihatan rapi, tapi dengan sombongnya bapak gak nanggepin saya. Gak usah sombong jadi orang!" maki Dara menarik dasi Adi dengan kencang membuat Adi terhuyung ke depan. Leher Adi terasa tercekik saat Dara menariknya kuat-kuat.
"Jadi cowok kok sok kegantengan," maki Dara lagi kemudian melenggang pergi meninggalkan Adi.
"Dara, kamu gak suka sama cowok cuek?" tanya Adi setengah berteriak. Dara tidak mendengarnya, gadis itu melanjutkan langkahnya menuju ruangan membatik.
Adi mengepalkan tangannya dengan kuat-kuat. Dia sudah menjalankan apa yang dibilang Setyo. Kata Setyo, cewek suka cowok cuek dan pongah, tapi apa kenyataannya? Melihat aura buruk dari Adi, Setyo pun melangkahkan kakinya untuk menjauh. Namun belum satu langkah kerah leher belakangnya sudah ditarik oleh Adi.
"Menurutmu berapa persen gaji yang harus saya potong untuk orang seperti kamu?" tanya Adi dengan tajam.