11. Gas Terus

1269 Words
Adi sampai di basment kantornya. Dara buru-buru segera keluar dari mobil Adi. Gadis itu lari tunggang langgang menjahui mobil Adi sembari menutup mukanya dengan tas yang dia bawa. Dara tidak ingin ada yang menciduknya yang datang bersama Adi. Bisa-bisa dia dirumorkan terjebak scandal dengan Adi. Dara masih sayang nama baiknya, dia tidak mau dicap sebagai cabe-cabean penggoda. Adi memukul setirnya dengan kesal. Sudah dijemput dan diantarkan dengan selamat bukannya berterimakasih malah nyelonong pergi begitu saja. Padahal yang Adi harapkan, Dara akan mengucapkan terimakasih dengan raut muka yang dimanis-maniskan. Atau lebih sekadar itu, ciuman misalnya. Namun harapan Adi luluh lantah saat Dara malah pergi sembari berlari. “Perasaan aku ini sangat keren, ganteng, kaya, berduit, kenapa Dara malah gak mau aku dekati?” tanya Adi pada dirinya sendiri. Adi mencium pakaiannya sendiri, perasaan dia juga sangat wangi. Sungguh Dara sangat keterlaluan menelantarkannya seorang diri. Dengan perasaan yang teramat kesal, Adi turun dari mobilnya. Yang di bawah tadi sudah sangat sesak karena emutan dan decapan lidah Dara pada permen kaki sialan, dan kini bukannya tanggung jawab, si Dara malah pergi. Raut muka Adi yang biasanya penuh ramah dan bersahabat, kini sangat suram dan ingin memakan siapa saja dengan hidup-hidup. “Mas Adi!” panggil seseorang diikuti suara ketukan hak membuat Adi menghentikan langkahnya. Adi menolehkan kepalanya dan melihat adiknya dari arah belakang sembari membawa tas besar. “Mas Adi, kenapa tadi ninggalin aku? Aku harus naik taksi datang ke sini. Itu menambah pengeluaran yang tidak penting,” omel Elleana menatap kesal kakaknya. Saat Elleana masih di kamar, Adi sudah pergi dengan membawa tabung gas, kata ibunya. “Ini di kantor,berbicara yang formal!” tegas Adi yang membuat Elleana membulatkan matanya. “Urusan rumah ya di rumah, urusan pekerjaan, tidak ada namanya adik, kakak, ataupun saudara,” jelas Adi lagi. Elleana makin mebeo, meski di kantor pun Adi tidak pernah bersikap sekaku ini. Namun kali ini, Adi sangat berbeda dari biasanya. “Kamu kenapa sih, Mas?” tanya Elleana lagi. “Apa kamu tidak dengar apa yang saya katakan barusan? Kamu mau saya pecat?” Elleana mengepalkan tangannya dengan erat. Tangannya sudah gatal ingin menghajar kakak keduanya itu sampai babak belur. Namun dia urungkan, kalau dia benar-benar dipecat, mau kerja apa dia nantinya? Ibunya hanya memperbolehkan kerja asal di lingkup kakak-kakaknya. Mau kerja di perusahaan Kukuh, jelas Elleana tidak mau karena kakaknya yang pertama lebih gilaa dari Adi. “Baik-baik, silahkan berjalan lebih dulu!” ucap Elleana mempersilahkan. Tanpa menengok ke arah Elleana, Adi segera menapaki koridor kantor dengan jalan yang penuh wibawa. Sesekali Adi akan membenarkan letak jasnya. Entah kali ini mata Dara sedikit normal atau memang benar-benar kehilangan penglihatannya. Dasi Adi sangat miring, tapi Dara tidak membenarkannya. Dara seolah tidak melihat, atau bahkan tidak peduli. Mengingat itu membuat Adi sangat kesal. Padahal niatnya memiringkan dasi agar Dara membenarkannya, tapi Dara malah tidak melihatnya. Aroma shampo Dara sungguh membuat Adi mabuk dan ingin menciumnya lagi. “Pak Adi,” panggil Setyo yang sengaja mencegat Adi. “Ada apa? Kalau tidak penting, gaji saya potong. Bicara gak penting satu menit, gaji potong seratus ribu, dua menit, dua ratus ribu, satu jam, angkat kaki dari sini,” omel Adi yang membuat Setyo menegang. Dia sudah dua kali ini mendapat ancaman potong gaji. “Adi yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu dermawan sekarang kaya setann,” batin Setyo menatap Adi dengan pandangan menelisik. “Jadi ngomong apa tidak?” tanya Adi membetak. Setyo tergagap, buru-buru pria itu merogoh saku celananya dan mengambil sesuatu dari sana. “Pak, saya menemukan note ini atas nama bapak di pelataran kantor,” ucap Setyo memberikan kertas note dengan paksa. Adi menerimanya, belum sempat dia bertanya lebih lanjut, Setyo sudah melenggang pergi begitu saja. Setyo menghindari amukan Adi yang ujungnya bisa memotong gajinya. Padahal gaji berada penuh di tangannya. Adi membawa kertas itu dan melanjutkan langkahnya menuju ke ruangannya. Setelah mengunci ruangannya, Adi membuka note itu yang dia yakini adalah miliknya yang hilang. Dan benar saja, tulisan tangan itu adalah tulisannya. Seketika wajah Adi memerah, pipi pria itu memanas saat tau kenyataan Setyo melihat dan membaca ungkapan gombalan dirinya. Brakkk! Adi memukul meja kerjanya dengan kencang, saat ini kekesalannya naik menjadi level maksimum. Dia sudah susah payah menulis note itu. Tapi malah jatuh dan ditemukan oleh Setyo. Pantas saja semalam Dara tidak mengerti apa-apa. “Arghhhh ….” erang Adi dengan frustasi. Sebelumnya ibunya selalu menyodorkan nama-nama dan foto perempuan untuk dia pilih. Andai dia mau, dia bisa saja memilih perempuan yang paling cantik dan bisa dia atur sesukanya. Namun, Adi tidak suka mereka. Adi tidak suka perempuan naif, tidak suka perempuan dewasa dengan dua melon yang sangat besar, tidak suka dengan perempuan yang pura-pura bisa segalanya dan hal munafik lainnya. Adi hanya suka Dara, gadis manis yang menurutnya sangat independen. Namun saat dia menyukai seorang gadis, gadis itu malah tidak menyukainya. Adi menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke kursi kerjanya, pria itu memijat pelipisnya yang terasa sedut senut, Masih pagi tapi dirinya sudah kehilangan mood. Tok tok tok! Suara ketukan pintu membuat Adi menghela napasnya, Adi mengambil remot di mejanya dan membuka pintu itu melalui tombol buka yang ada di remot. Elleana masuk dengan membawa Ipad di tangannya. “Pagi, Pak!” sapa Elleana. “Kamu lupa membawa kopi ke ruangan saya?” tanya Adi membuat Elleana meringis kecil. Karena gugup kakaknya dalam mode marah, Elleana sibuk menyusun jadwal sampai lupa dia tidak menyuruh office boy untuk membawakan kopi. ”Maaf, Pak. Saya hubungi dulu-” “Hubungi saja Oliv, minta anak magang bawakan kopi ke sini!” sela Adi dengan cepat. Elle mengernyitkan alisnya. “Lakukan yang saya perintahkan, Elle!” tegas Adi lagi. ”Ah iya,” jawab Elle dengan canggung, secepat kilat Elle mendiall telfon kantor bagian batik. Elle menyuruh Oliv yang menerima telfon itu untuk meminta anak magang mengantarkan kopi ke ruangan CEO. Elle sangat bingung dengan Adi yang tumben memanfaatkan anak magang. Padahal biasanya saat Adi tau ada anak magang yang diperlakukan semena-mena, Adi pasti akan marah. Kata Adi, jangan sampai anak magang hanya disuruh fotocopy, beli gorengan, buatin kopi, nyapu dan lain-lain. Anak magang harus diajari sesuai jurusan masing-masing. “Kenapa kamu melihat saya seperti itu? Mau protes sama saya?” tanya Adi saat melihat tatapan tidak enak dari Elleana. “Eh enggak, Pak. Saya mana berani protes, bapak kan CEO,” jawab Elleana dengan tersenyum. Adi menganggukkan kepalanya, pria itu tersenyum sintiing seorang diri. Dia harus bangga dengan otaknya yang sangat encer. Dengan menyuruh Dara membawakan kopi, dia bisa tebar pesona dengan gadis itu. “Akan aku pastikan kamu klepek-klepek dengan wibawaku,” ucap Adi dengan percaya diri. Padahal baru saja Adi bertemu dengan Dara, tapi pria itu dengan mudahnya sudah kangen. Ingin rasanya Adi memeluk Dara sampai gadis itu remuk di dekapannya. “Pak, saya mau bacakan jadwal,” ucap Elleana membuyarkan lamunan sinting Adi. “Silahkan!” kata Adi mempersilahkan. “Untuk jam delapan sampai makan siang hari ini, bapak free. Setelah makan siang ada rapat direksi yang sudah bapak setujui satu minggu yang lalu. Pukul dua siang ada peninjauan di Mall yang bapak bangun khusus untuk pemasaran batik, jam empat ada pertemuan dengan investor,” ucap Elleana dengan runtut. Adi menganggukkan kepalanya, pria itu menunjuk ke arah pintu tanda menyuruh adiknya untuk enyah dari hadapannya. Dengan menahan kekesalaannya, Elleana pergi dari ruangan kakaknya dengan membanting pintunya kencang. Adi memutar-mutar kursi yang dia duduki, kini dia free sampai makan siang. Dia akan membuat Dara terpesona kali ini, seperti cerita di FTV satu untuk semua, berawal dari anak magang mengantar kopi, menimbulkan benih-benih cinta di hatinya. Memikirkan itu membuat Adi tertawa dengan lebar sampai saking gemasnya dia memukul-mukul meja kerjanya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD