12. Gas Terus

1294 Words
Adi menatap wajahnya seorang diri di kamera depan hpnya. Pria itu memastikan kalau dirinya sudah sangat tampan. Sebentar lagi dia pastikan kalau Dara akan datang ke ruangannya, jadi sebisa mungkin dia harus tampil menawan. “Rambut klimis, wajah mulus tanpa jerawat, hidung mancung, dan rahang yang kokoh, cocok banget jadi kandidat pria tampan nasional,” ucap Adi memuji dirinya sendiri. Tidak ada yang tau bagaimana sifat Adi sebenarnya. Selama ini Adi terus menutup rapat kepribadiannya yang absurd, nyeleneh dan konyol dengan kepribadian penuh wibawa. Dan kini saat dirinya jatuh cinta, sikap penuh wibawa dan t***k bengeknya seakan hancur seketika. Dengan Dara, Adi menjadi pria yang nyaris gilaa. Tok tok tok! Suara ketukan pintu membuat Adi kembali menyimpan hpnya, “Masuk!” titah Adi. Lambat laun pun pintu terbuka dengan perlahan, benar dugaan Adi kalau Dara lah yang mengantarkannya kopi. Adi akan memberikan tips untuk Oliv karena sudah mengikuti ucapannya dengan menyuruh Dara yang datang. “Permisi, pak. Saya mau mengantarkan kopi,” ucap Dara dengan pelan. “Kemari!” titah Adi. Dara sedikit canggungm, pasalnya tadi dia melenggang pergi begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih saat berangkat dengan Adi. Dara tadi sempat ngamuk dengan Oliv yang menyuruhnya untuk mengantar kopi Pak Adi, karena menurut Dara itu bukanlah tugasnya. Namun karena Oliv memohon, akhirnya mau tidak mau Dara pun membuatkan kopi serta mengantarnya. Dara pikir hanya mengantar, tapi saat di bartender tadi sama sekali tidak ada orang, jadilah Dara membuatkan kopi seadanya. Dara meletakkan secangkir kopi matchiato ke meja Pak Adi, “Ini Pak Kopinya. Saya tidak tau selera bapak kopi apa, tadi di bartender tidak ada orang, jadi saya buatkan matchiato,” jelas Dara. Adi hampir meledakkan dirinya saat mendengar ucapan Dara. Segala jenis kopi   Adi sangat suka kecuali matchiato. Saat Elleana salah membuatkan, sudah pasti Adi akan menyemprot adiknya itu. Lalu kini orang yang dia sukai malah membuatkan kopi yang sama. “Eh iya, Dara. Tidak apa-apa, saya akan meminumnya,” ucap Adi yang menahan dirinya untuk tidak meledak. Dara belum tau apa-apa, tidak pantas kalau dirinya marah. Terlebih Dara adalah orang yang dia cintai, tidak mungkin dia akan marah saat ini juga yang nantinya malah membuat dirinya terlihat jelek di mata Dara. “Silahkan Pak diminum!” ucap Dara. Adi mengambil kopinya, pria itu meniupnya sebentar sebelum menyesapnya sedikit demi sedikit. Adi hampir muntah saat lidahnya merasakan sensasi seperti  rasa kecut dari kopi itu. “Bapak gak suk?” tanya Dara yang melihat raut Adi. “Suka kok, suka banget,” jawab Adi tersenyum. Dara menatap dasi Adi, tangan perempuan itu sangat gatal ingin membenahi dasi Adi yang melenceng jauh. Saat tadi pagi Dara berhasil menahan tangannya mati-matian, tapi kini tangannya harus dihadapkan ujian lagi. Dara menyalahkan Adi dalam hati, kenapa Adi sangat suka memakai dasi miring? Tidak kah seharusnya seorang pemimpin harus bisa menjaga imagenya sendiri. Adi melihat gelagat aneh Dara, pria itu tersenyu culas. Sangat picik sekali. Adi senang saat ia melihat tangan Dara terlihat ingin meraih dasinya, pancingannya kali ini sangat benar. “Ada apa, Dara?” tanya Adi. “Eh tidak, Pak. Saya permisi,” ucap Dara yang ingin melenggang pergi. Pasalnya Dara tidak mau kelepasan lagi membetulkan dasi Pak Adi. Kesannya sangat tidak sopan apalagi dirinya yang hanya anak magang. Sejauh ini ada saja yang terjadi antara dirinya dan Adi, bahkan kemarin sampai gendong-gendongan. Dara tidak mau lagi seperti itu. “Tunggu!” titah Adi menarik krah seragam Dara. Dara hampir terjungkal ke belakang karena tarikan Adi. “Kenapa, Pak?” tanya Dara yang bingung. “Kamu tidak mau ikut diskusi soal hak paten tentang batik desain kamu?” tanya Adi. “Wahh mau diurus hak paten juga, Pak? Milik saya atau milik perusahaan?” tanya Dara antusias. Adi tersenyum setann, pancingannya berhasil rupanya. “Em … enaknya atas nama kamu atau nama perusahaan ya?” tanya Adi seolah menimang-nimang. “Pak, nama saya saja, Pak!” ucap Dara bak seorang anak kecil yang girang. ”Saya belum bisa mikir kalau dasi saya miring begini, mana saya tidak bisa pakai dasi, ini tadi dipasangin sama Bu Elleana,” kata Adi menarik dasinya agar acak-acakan sekalian. “Sini saya benerin,” ucap Dara yang kini tengah menarik dasi Adi. “Umpan yang sempurna, Adi,” batin Adi dengan tertawa jahat. Kini Adi merasa menjadi om-om m***m yang menjeret anak gadis orang. Salah sendiri Dara sangat menggemaskan, menurut Adi, itu bukanlah salahnya. “Bapak agak rendahan dong, saya kesulitan pasanginnya,” ucap Dara yang sedikit berjinjit. Adi pun sedikit merendahkan tubuhnya. Dara mulai memasangkan kembali dasi milik atasannya, hembusan napas Adi membuat wajah Dara memanas. Namun Dara menahan dirinya untuk tidak terbawa perasaan atau apalah itu. Andai teman-teman Dara yang ada di posisinya saat ini, sudah pasti akan heboh seluruh isi kelas. Dara pernah mendapat cekokan hal-hal dua puluh satu plus-plus dari teman-temannya, kebanyakan soal bos dan anak magang, tiba-tiba Dara bergidik ngeri, apalagi saat melihat wajah Adi yang terus menatapnya. “Pak,” panggil Dara dengan pelan. “Iya?” jawab Adi dengan suara seraknya. Suara Adi yang serak mengingatkan dara pada aktor china bernama Lixian, suaranya yang serak sangat menjadi candu. Pikiran Dara sudah tidak bisa terselamatkan, bayangan Lixian bericuman bibir dengan Yang Zi di salah satu drama favoritnya membuatnya berfantasi liar. “Ingatlah Dara, kamu masih tujuh belas tahun!” pekik Dara dalam hati mengeluarkaan semua pikiran kotornya. “Ada apa?” tanya Adi lagi. “Eh itu, suara bapak kayak aktor china kesukaan saya,” jawab Dara. ”Lalu?” “Eh, bapak tidak akan menerkam saya, kan? Bapak gak napsu kan sama saya?” tanya Dara takut-takut. “Kenapa kamu mikir begitu?” tanya Adi. “Teman-teman saya selalu mencekoki saya dengan hal dewasa. Katanya kalau magang di perusahaan harus hati-hati karena kebanyakan CEO mesumm. Ya saya takut saja kalau Pak Adi tiba-tiba nerkam saya di sini. Ingat ya, Pak. Saya ini tepos, rata, di kanan kiri atas bawah gak ada yang menonjol, saya juga burikk, paha saya penuh dengan koreng, bokoong saya juga bisulan, saya gak ada plus-plusnya, jadi bapak gak usah tertarik dengan saya,” oceh Dara menepuk-nepuk dadaa Adi setelah membenarkan letak dasi Adi. Adi tertawa dalam hati mendengar ocehan Dara. Apa Adi percaya? Tentu saja Adi tidak percaya, lagi pula kalau pun Dara datar, rata, korengan dan bisulan, Adi tetap tertarik dengan Dara. Karena cinta Adi dengan Dara adalah cinta yang tulus. Tidak memandang rupa ataupun harta, Adi tetap mencintai Dara. Bahkan saking cintanya, ketika mendengar nama Dara saja seluruh tubuh Adi terasa berbunga-bunga. Apalagi ketika mencium aroma Dara, sudah pasti hati Adi meleyot kanan kiri. “Pak, Bapak gak tertarik kan sama saya?” tanya Dara yang melihat Adi hanya diam. Adi menata jasnya, pria itu mendekatkan tubuhnya dengan Dara. Namun Dara malah menjauh. Melihat wajah ketakutan Dara membuat Adi tambah gemas. Kaki Adi tidak bisa berhenti menggoda perempuan itu, Adi terus mendekati Dara, sedangkan Dara terus melangkah mundur. “Pak, tidak mungkin kan bapak mau mencium saya di sini? Ini seperti di n****+-n****+ yang pernah saya baca. Saat cowok menyudutkan cewek, maka cowok itu akan mencium ceweknya, bahkan di n****+ tersebut dikatakan si cewek sampai kehabisan napas,” oceh Dara lagi. Adi tertawa terbahak-bahak, runtuh sudah pertahananya karena sikap polos nan menggemaskan Dara. Kedua tangan Adi tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi Dara dengan gemas. Saking gemasnya cubitan Adi, terasa sangat sakit di pipi Dara. “Kenapa kamu semenggemaskan ini, Dara?” tanya Adi masih tertawa. Bagaimana bisa seorang gadis saat bersama cowok malah sibuk membicarakan n****+. “Dara, sudahi membaca n****+ yang membuat halumu meronta-ronta,” ucap Adi. “Saya membaca n****+ dewasa, Pak. Bukan halu yang meronta, tapi kebelet kawin yang lebih meronta-ronta. Di n****+ itu tertulis saat cowok memasukkan kejantan-” “Cukup Dara!” bentak Adi tanpa sadar. Dara pun segera mebekap bibirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD