Bagaimana bisa seorang gadis membicarakan kejantanann bersama dengan cowok. Adi sungguh tidak habis pikir dengan cewek yang saat ini tengah membekap bibirnya di hadapannya.
“Dara, jangan lagi membaca n****+ dewasa. Sebelum memutuskan untuk membaca cerita yang kejantanann masuk ke lubang, harusnya kamu mikir, buat apa kamu membaca cerita tersebut? Ada tiga kemungkinan orang membaca cerita pornoo berkedok dewasa, yang pertama murni hiburan, yang kedua karena penasaran akan sexsualitas, dan ketiga karena ingin berfantasi liar alias kurang belaian. Jadi, kamu menbaca karena hal apa?” oceh Adi menatap tajam Dara. Tiba-tiba Adi tidak suka ucapan Dara, sepertinya Dara juga sudah terkontaminasi soal n****+ dewasa.
“Kok jadi Pak Adi yang ngurusin bacaan saya?” tanya Dara.
“Bukan saya mengurusi bacaan kamu. Cuma jangan sampai seperti penulis n****+ ‘Pelan-pelan, Mas! Otak penulis itu sudah kotor karena keseringan nulis dan baca n****+ dewasa,” ucap Adi.
“Kalau dia otaknya sudah kotor sejak lama, ditambah sering terkontaminasi sama salah satu emak-emak fesbuk yang rumahnya Blitar,” jawab Dara.
“Ya kamu tidak usah ikutan. Sekarang kamu duduk di sofa, saya mau diskusi hak paten sama kamu,” titah Adi dengan tegas.
“Eh tapi soal yang tadi dijawab dulu!” kata Dara menghentakkan kakinya.
“Yang mana lagi, Dara?” tanya Adi frustasi.
“Yang bapak tidak tertarik dengan saya,” jawab Dara.
“Saya tertarik sama kamu,” jawab Adi dengan datar. Adi mengambil laptopnya, pria itu menuju ke sofa, Dara malah tetap berdiri mematung. Dara masih tidak percaya dengan ucapan Adi yang mengatakan tertarik dengannya.
“Pak, bapak jangan tertarik dengan saya, dong. Saya takut diterkam sama bapak. Saya berangkat magang dalam keadaan utuh, saya tidak mau kalau pulang dalam keadaan jebol pera-”
“Dara cepat duduk!” bentak Adi yang membuat Dara berjingkat kaget. Buru-buru Dara langsung menuju ke sofa dan duduk dengan canggung di sana.
Sungguh Adi dibuat emosi dengan Dara, bagaimana bisa Dara berbicara seblak-blakan itu soal jebol perawaan, sudah pasti terusan dari kata-kata Dara adalah itu. Adi saja berusaha mati-matian mengeram mulutnya, tapi Dara sendiri malah ucapannya nerobos kayak jalan tol. Mungkin kalau belum dicipokk sambil disedot-sedot, bibir Dara akan terus mengucapkan kalimat seenaknya sendiri.
“Pak, jangan terkam saya ya, saya takut banget,” ucap Dara,
“Kalau kamu menurut, saya tidak akan terkam kamu. Lagian saya menjunjung adab, etika dan perilaku terpuji, jadi saya tidak mungkin melakukan hal yang memalukan seperti itu,” jelas Adi.
Dara menghela napasnya lega, akhirnya dia bisa tenang. Benar kata Adi, sepertinya dia harus menghindari bacaan yang aneh-aneh, boleh sih dewasa tapi tidak yang hanya timun keluar masuk di lubang.
“Dara, ini adalah desain kamu yang sudah saya gambar dua dimensi. Desainnya sangat bagus dan saat saya mengadakan rapat dengan para petinggi, mereka semua setuju. Dan bahkan dari CFO mengatakan ingin merekrut kamu saat kamu lulus SMK,” ucap Adi.
“Hah beneran, Pak? Jadi saya kalau lulus SMK sudah bisa kerja di sini?” tanya Dara dengan antusias. Adi menganggukkan kepalanya.
“Pak, CFO-nya Pak Setyo, kan? Saya mau ketemu sama Pak Setyo. Saya mau ucapkan terimakasih dan bawain gudeg buat besok,” ucap Dara yang akan beranjak berdiri. Namun tangannya segera ditarik oleh Adi sampai Dara duduk kembali.
“Gak usah macam-macam, kamu. Pak Setyo sudah menikah, gak usah mancing keributan rumah tangga orang. Kalau kamu mau berterimakasih, terimakasihnya lewat saya saja. Dan besok saya juga mau dibawain gudeg,” oceh Adi dengan menggebu-gebu.
“Kan Pak Setyo yang merekrut saya, seharusnya saya memang berterimakasih sama Pak Setyo. Jadi saat lulus sekolah saya tidak perlu bingung mau kerja di mana,” ucap Dara dengan bahagia. Jadi Dara tidak pusing memikirkan kuliah lagi.
“Dara, CFO itu kalau merekrut orang harus seijin CEO. Percuma kalau CFO menyodorkan satu nama tapi CEO tidak menyetujui. Jadi, satu-satunya orang yang berjasa atas kamu yang direkrut oleh perusahaan adalah saya karena saya yang menandatanganinya,” jelas Adi panjang lebar. Enak saja dia yang tanda tangan tapi Setyo yang mendapat ucapan terimakasih.
“Oh jadi begitu,” ucap Dara mengangguk-anggukkan kepalanya. Jujur Dara belum tau struktur perusahaan.
“Sekarang berterimakasih lah sama saya!” titah Adi dengan songong.
“Eh,” kata Dara bingung.
“Ayo berterimakasih sama saya!” titah Adi lagi. Kalau sama Dara, Adi menjadi haus pujian dan haus ucapan terimakasih.
“Eh iya, Pak. Terimakasih,” jawab Dara dengan pelan.
“Bagus, besok bawain saya gudeg!” titah Adi. Dara hanya menganggukkan kepalanya walau bingung.
“Sekarang lihat desain kamu. Saya berani membayar mahal sama kamu untuk membeli desain ini untuk jadi hak paten perusahaan. Atau kamu mau desain ini atas nama kamu? Dengan imbalan setiap bulannya kamu mendapatkan bonus,” ucap Adi memberi penawaran.
”Bagaimana kalau itu atas nama saya?” tanya Dara. Dara ingin namanya turut disebutkan di hak paten itu.
“Kalau atas nama kamu, otomatis kamu bisa memberikannya pada orang lain untuk dicontoh, atau parahnya kamu memberikan desain itu ke perusahaan lain. Saya tidak mau ambil resiko desain Barong Jawa diplagiat. Jadi saya ingin hak paten itu milik perusahaan dan kamu akan mendapatkan uang atas karya kamu,” jelas Adi.
“Kalau seperti itu kenapa mengajak saya diskusi? Kalau keputusan tetap ada sama Pak Adi, harusnya Pak Adi bilang aja desainnya mau Pak Adi beli,” seru Dara dengan kesal. Adi terkekeh sebentar.
”Beginilah cara orang berbisnis, Dara,” jawab Adi tertawa.
“Enakan itu tetap milik saya dan saya tetap dapat uang dari bonusnya,” ucap Dara.
“Bonusnya hanya kecil, Dara. Karena menyesuaikan dengan untung yang diperoleh perusahaan atas terjualnya batik-batik itu. Kalau kamu memberikan desain ini untuk saya, saya kasih uang cash lima ratus juta, apa kurang?”
Dara membulatkan matanya, Tuhan, Dara ingin pingsan. Selama ini saku Dara sekolah hanya lima ribu rupiah, kalau dia dapat lima ratus juta rupiah, sudah seperti ketiban durian runtuh.
“Jadi bagaimana?” tanya Adi.
“Kalau uang lima ratus juta rupiah, saya bisa beli apa saja, Pak? Saya bisa beli tiket untuk lihat konser Aril noah juga, kan?” oceh Dara.
“Sebenarnya siapa sih yang menjadi idola kamu? Tadi aktor cina sekarang penyanyi tanah air.”
“Saya mengidolakan siapa saja yang berkharisma,” jawab Dara.
“Kalau saya honda bagaimana?” tanya Adi.
“Ya bukan bergitu konsepnya, Pak Adi!”
“Sekarang saya tidak mau basa basi lagi. Itu batik saya beli atau kamu jadi pacar saya saat ini juga?” tanya Adi dengan tegas, padat dan jelas. Dara membulatkan matanya, apa sekarang Adi menembaknya dengan terang-terangan?.
*
*
*
Rencananya aku akan update cerita ini bulan ini dengan beberapa kali up di setiap harinya. Tapi sebelum itu aku nunggu cerita ini rame dulu. Saat aku lihat, ada dua ribu orang per harinya yang baca, masak yang komen hanya tujuh belas.
Cerita ini mau aku ikutkan kontes, kalau rame aku akan up. Kalau ternyata tidak ada penghuni, upnya bulan depan saja.
Terimkasih atas dukungannya
See you ...