6. Gas Terus

1131 Words
Siang ini setelah istirahat, Adi tdak bisa bekerja dengan jenak. Bukannya berusaha membaca berkas yang CFO-nya kirim, dia malah membuka biodata Dara yang tersimpan rapi di laptopnya. Adi terus mengamati foto berukuran empat kali enam dengan baground biru itu. Dara tampak imut, apalagi di foto itu rambut Dara sebatas bahu, membuat wajah gadis itu terlihat makin imut.  Adi membuka internet, dia mencari tips jitu untuk meluluhkan hati cewek. Sepeetinya Adi merasa ketiban karma yang kontan. Dulu saat Kakaknya dan Eci bucin, dia selalu mengatai. Dan kini gilirannya menjadi bucin, dia kalang kabut sendiri.  "Apa aku konsultasi sama Mbak Eci saja, ya. Kayaknya dia paham ilmu pelet cinta," ucap Adi seorang diri. Pria itu menyambar hpnya yang ada di meja. Adi mendiall nomor Eci. Sejak Eci menikah dengan kakaknya, Eci sangat sulit dihubungi. Adi menebak kalau setiap hari Kukuh akan kekepin Eci di kamar. Sultan mah bebas, tidak kerja uang tetap mengalir sampai menumpuk.  "Hallo, Mbak. Mbak aku mau nanya sesuatu, bisa kita bertemu?" tanya Adi saat telfonnya sudah tersambung.  "Ada apa ngajakin istriku bertemu? Kamu mau modus ya? Gak usah sok-sokkan curhat, nanti ujungnya berbuat laknatt!" serobot orang di sebrang sana. Adi menjauhkan hpnya, dia tidak salah menelfon, kan?  "Heh, Adi! Mau apa kamu minta bertemu istriku?" serobot Kukuh lagi di sebrang sana. Adi menghela napasnya dengan kesal. Kakaknya pencemburu akut, apa-apa harus kena semprot.  "Mas, aku mau bertemu dengan Mbak Eci bukan mau modus ya. Aku sudah menemukan cewek yang aku cintai sendiri. Sekarang aku mau belajar ilmu pelet sama Mbak Eci, biar orang yang aku cinta bisa terkewer-kewerr," oceh Adi menggebu-gebu.  Suara tawa meledak terdengar sangat kencang. Kukuh tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan adiknya. Bahkan sampai kencangnya Kukuh tertawa, pria itu tidak sadar kalau kebablasan kentut. Kukuh tidak bisa menahan tawanya saat membayangkan adiknya jatuh cinta.  "Hahahah ....."  Adi mematikan sambungan telfonnya sepihak saat mendengar Kukuh yang trertawa terbahak-bahak. Adi meletakkan dengan kasar hpnya ke meja. Nasib punya mas yang kurang satu ons, julidnya melebihi emak-emak tetangga.  Adi kembali melihat layar laptopnya, ada tips jitu yaitu dengan membawakan bunga, coklat, membelikan kuota internet, dan lain-lain. Adi mengerutkan alisnya, kenapa tadi Setyo malah menyuruhnya cuek? Adi mengepalkan tangannya erat, dia sudah salah besar dengan melepas Setyo begitu saja. Setyo sungguh mengajarkan ajaran sesatt, sangat kurangajar.  Adi mencatat semua yang dia anggap penting dalam kertas kecil. Setelah selesai mencatat, Adi segera menyambar dompet, hp dan kunci mobil. Pria itu segera melenggang pergi keluar dari ruangannya.  "Mas, kamu mau ke mana?" tanya Elleana, sekretaris sekaligus adik Adi saat berpapasan di depan ruang kerja Kukuh.  "Mau ada urusan penting, kalau ada yang mencariku, kamu urus dulu!" jawab Adi yang tampak buru-buru.  "Mas, itu dasi kamu miring!" pekik Elleana lagi.  "Biarin, memang sengaja aku miringin," jawab Adi melenggang pergi menuju lift.  Elleana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, gadis itu bingung dengan sikap kakaknya yang aneh belakangan ini.  Setelah sampai lantai bawah, Adi segera bergegas menuju ruangan membatik. Adi  membuka pintu dengan tiba-tiba membuat semua orang terkejut, terutama Olivia yang langsung berdiri lantaran takut kalau dia membuat kesalahan, pasalnya dengan tiba-tiba Adi datang.  "Maaf, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Olivia dengan takut.  "Dimana Dara?" tanya Adi balik. Dara yang berada di balik kain membatik pun menegang saat namanya dipanggil. Gadis itu menyibak sedikit kain batik dan mengintip Adi yang tampilannya acak-acakan. Adi mengerutkan alisnya saat melihat Dara tampak mengintip.  Tangan Adi mengisyaratkan Dara untuk mendekat, semua orang dengan kompak menatap ke arah dimana mata Adi terpusat, yaitu Dara. Dara menunjuk dirinya sendiri sebagai isyarat bertanya 'Aku?. Adi menganggukkan kepalanya, tangannya masih mengisyaratkan untuk Dara mendekat.  Dengan langkah pelan Dara keluar dari persembunyiannya. Tangannya sungguh gatal ingin membenarkan letak dasi Adi, tapi dia takut saat wajah Adi terlihat sedikit garang.  "Ada apa, Pak?" tanya Dara sembari berjalan. "Cepetan, Dara!" titah Adi. Dara langsung mempercepat langkahnya. Karena tidak sabar dengan Dara yang lelet, Adi pun menarik tangan Dara dengan peksa.  "Awww ...." Dara terpekik karena kaget.  "Benerin dasi saya!" titah Adi yang membuat semua mata membulat semourna.  "Benerin dasi saya, Dara!" titah Adi lagi. Dara pun dengan  cekatan membenarkan dasi Adi. Gadis itu bingung kenapa Adi bisa menyuruhnya, padahal awalnya Adi tampak risih. Setelah selesai membenarkan dasi Adi, Dara sedikit menjauhkan dirinya dari Adi. Mata Dara sungguh sepet saat melihat rambut Adi yang poninya sedikit menjuntai, tangannya geli ingin merapikan tapi takut dikira lancang. Dara heran dengan dirinya sendiri, biasanya dia tidak akan sungkan. Namun entah kenapa kalau disuruh begini timbul rasa tak enak hati di hati Dara.  "Ada apa? Masih ada yang kurang rapi?" tanya Adi merendahkan tubuhnya. Adi mensejajarkan kepalanya dengan kepala Dara. Adi sedikit meniup wajah Dara yang membuat pipi Dara memanas.  "Woaaahhh ..." ucap Olivia dan yang lainnya dengan kompak.  "Tolong ... lihat Pak Adi kayak gini bikin rahimku anget nyaris pingsan," ucap salah seorang karyawati di ruang membatik itu.  "Hatiku mleyot uhuy ...."  "Jantung aman jantung ...."  Suara-suara dari ciwi-ciwi yang gemas dengan tingkah Adi terdengar bersautan di seluruh penjuru ruangan. Dara yang mendapat perlakuan itu malah dia yang bingung sendiri. Teman-teman dara sungguh ingin menjedotkan kepala Dara yang kelewat polos dan tidak peka.  "Ada yang kurang rapi?" tanya Adi lagi.  "Em." Dara menjawab sembari mengangguk tipis.  "Rapiin!" titah Adi. Tangan Dara dengan gemetar terangkat, gadis itu menyapukan tangannya untuk merapikan rambut Adi. Adi tersenyum sedikit yang menbuat hati para wanita meleyot, kecuali Dara. dara malah bingung dan seperti tidak paham dengan kode yang diberikan Adi.  "Sampai kapan Pak Adi sweet kayak drama roman picisan begini? Bisa-bisa serangan jantung mendadak ..." keluh Fifi memegangi jantungnya berlagak akan pingsan.  "Sudah?" tanya Adi setelah Dara menurunkan tangannya lagi. Dara menganggukkan kepalanya. Tanpa sepatah kata pun Adi melenggang pergi meninggalkan dara yang mematung. Adi dengan senyum yang mengembang pun dengan semangat empat lima segera berjalan menjauhi ruangan batik. Tujuan Adi kali ini adalah membeli bunga dan coklat.  Di ruang membatik, Dara langsung dikerubuni teman-temannya yang memasang wajah berbinar. Oliva bahkan mencengkram bahu Dara dengan gemas.  "Dara, apa yang kamu lakukan sampai Pak Adi kewer-kewer sama kamu? Kamu meniup ubun-ubun Pak Adi pakai jopa-japu dari mana kok bisa Pak Adi sweet banget?" tanya Olivia bertubi-tubi.  "Tau gak, Pak Adi itu bujang lapuk yang menyedihkan. Baru kali ini dia sweet, kamu apakan dia, Dara?" oceh Fifi yang memasang wajah senangnya. Siapa yang tidak senang saat CEO yang mereka cintai sama-sama, pada akhirnya menyukai seorang gadis setelah sekian lama? Mereka sudah berharap kalau Adi akan menikah suatu saat nanti, tapi tidak ada tanda-tanda Pak Adi berkencan. Dan saat melihat perlakuan Adi pada Dara, tentu saja mereka punya harapan kalau Pak Adi akan menjalin kisah asmara yang indah dengan Dara.  "Jopa japu apaan sih? Tadi Pak Adi kenapa aku juga gak paham!" omel Dara menjauhkan tubuhnya dari orang-orang yang mengerubuninya.  * * * Cerita Kukuh dan Eci ada di judul 'Pelan-pelan, Mas! Sudah pada baca atau belum? Hehe
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD