Malam ini Rea benar-benar merasakan lelah luar biasa. Bagaimana tidak, ia bahkan belum sempat mengisi tenaga alias makan kemudian harus berhadapan dengan preman dengan badan besar. Sekarang di tambah mukanya penuh memar, bahkan sudut bibirnya masih berdarah. Dengan kunci cadangan yang selalu Rea bawa, ia membuka pintu rumah. Ia sengaja membawa kunci rumah agar mbok Yuyun tidak harus menunggu dirinya ketika pulang malam. Langkah Rea pelan karena memang sudah lelah di tambah rasa kantuk menyerang. Ini adalah rekor pertama ia pulang jam 2 dini hari. Untung saja papanya sedang ke Singapore mengurus pekerjaan. “Perempuan macam apa pulang jam segini?” suara berat dari ruang tamu menghentikan langkah Rea. Suasana gelap berubah terang saat lampu menyala. “Apa selama ini kamu selalu pulang le