Dengan tangan bergetar, Chisa menyajikan secangkir teh ke hadapan Sany. Minuman hangat itu sampai hampir tumpah, andai Orion tidak menangkap lengan Chisa agar berhenti bergerak. Setelah cangkir itu sudah menempel pada muka meja, Chisa segera menarik dirinya untuk bangkit. Namun, suara Sany berhasil mengintrupsinya.
“Kamu mau ke mana? Duduk!” titah Sany dengan nada tegas.
Chisa melirik cemas ke arah Orion. Dalam bayangannya, mungkin ia akan diomeli oleh perempuan yang ia duga sebagai kekasih Orion itu.
“Biarin dia pergi. Aku yang akan jelasin semuanya. Lagi pula, aku yang membawanya ke sini, dia hanya tinggal ikut-ikut saja,” ucap Orion.
“Nggak bisa. Aku juga butuh dengar penjelasan dari sudut pandang dia, Yon. Jadi kamu?”
“N- nama saya Chisa, Mbak,” ucap Chisa menyebutkan namanya.
“Duduk, Chisa! Aku juga perlu bicara sama kamu,” kata Sany.
Chisa kembali menatap Orion, seolah meminta bantuan. Namun, melihat pria itu tidak bereaksi apa-apa lagi, Chisa terpaksa mengikuti ucapan Sany.
“Jadi, mau mulai dari mana?” tanya Sany, setelah semua duduk pada tempatnya masing-masing.
Chisa hanya bisa menggigit bibir bawahnya pertanda ia gugup. Ia memilih untuk menyimak, membiarkan Orion yanng menjelaskan.
“Dia teman satu atapku. Dia tinggal di sini buat menemani aku biar nggak bosan. Mbak tahu, kan, aku nggak suka bersosialisasi sama orang-orang asing? Jadi, sebagai gantinya, aku memperkerjakan dia di sini,” terang Orion.
“Sebagai pembantu? Terus dia tidur di mana? Di apartemen ini kan cuma ada satu kamar. Nggak mungkin dong kamu nyuruh dia tidur di dapur?” cecar Sany.
Orion menggeleng. “Dia tidur di kamarku.”
Sany terdiam, seperti kesulitan mencerna apa yang baru saja ia dengar. “Dia apa?” Kemudian, tatapan Sany beralih pada Chisa, yang membuat gadis belia itu mulai waspada. “Bisa kamu jelasin apa yang barusan Orion katakan, Chisa?”
Chisa menunduk dalam. “Saya tidur di kamar Orion, satu kamar dengan dia.”
“Satu ranjang juga?” tanya Sany kembali. Dan baik Chisa maupun Orion, keduanya kompak mengangguk. “Jadi, Chisa adalah sugar baby kamu?”
Chisa mendongak kaget. Apa itu sebutan yang pantas dengan hubungannya dengan Orion saat ini? Namun, Chisa merasa ia dan Orion tidak pernah melakukan sejauh yang biasa dilakukan oleh sugar baby dan sugar daddy-nya.
“Kurang lebih seperti itu,” jawab Orion. Chisa terkejut mendengar jawaban Orion. Ia merasa kurang nyaman. Ia lebih suka saat Orion menyebutnya sebagai teman. Karena baginya, sugar baby memiliki kesan yang cukup negatif di tengah masyarakat.
Atensi Chisa teralihkan ketika ia mendengar sesuatu yang bergerak di atas meja. Ternyata, Sany mulai mengambil cangkir teh miliknya. Chisa pikir, Sany akan menyiramkan minuman itu padanya, setelah mendengar jawaban Orion. Namun, ternyata wanita yang tampak lebih dewasa darinya itu hanya meminum tehnya dengan tenang.
“Jujur, aku cukup terkejut kamu bisa melangkah sejauh ini, Yon,” ucap Sany setelah meletakkan kembali cangkirnya di atas meja.
“Mbak mau minta aku berhenti memperkerjakan dia? Mbak, aku-”
“Chisa, kamu bisa kami percaya, kan? Kamu bisa jaga rahasia? Berapa banyak yang Orion berikan padamu? Itu cukup untuk membungkam mulut kamu?” Sany dengan tegas memotong Orion, dan beralih menatap Chisa dengan tajam.
Napas Chisa tercekat. Dari ucapan Sany, Chisa mulai sadar jika sepertinya Sany bukanlah kekasih Orion. ‘Tapi siapa dia sebenarnya? Kalau bukan pacar … apa mungkin kakaknya? Dari tadi Orion memanggil dia dengan sebutan ‘Mbak’,’ pikir Chisa.
“Saya Sany, manajer Orion.” Ucapan Sany berhasil menjawab satu pertanyaan yang ada di kepala Chisa. “Dan kamu pasti tahu, kan siapa Orion? Dia adalah publik figur yang bisa dibilang sedang naik daun. Dia juga anak dari seorang produser terkenal dari masa ke masa. Pada intinya, Orion punya nama baik yang harus dia jaga.”
Chisa mengangguk, jika yang Sany maksud adalah tentang kemampuan Chisa untuk menyimpan rahasia lelaki itu selama dia bekerja bersama Orion.
“Kalau kamu masih mau tinggal dan bekerja di sini, itu artinya kamu harus bisa menjaga privasi Orion. Kalau bayaran dari dia kurang, kamu bisa beri tahu saya!” lanjut Sany.
Chisa menggeleng. “Nggak kurang kok, Mbak. Saya juga janji akan menjaga semua rahasia Orion. Saya nggak akan bilang ke siapa pun kalau saya adalah perempuan yang bekerja di kediamannya.”
“Bagus. Lalu, bisa kamu juga berjanji pada saya tentang satu hal lagi? Untuk yang satu ini, saya akan buatkan surat perjanjian resminya dan mengantarnya besok ke sini untuk kamu tanda tangani,” pinta Sany.
Chisa mengernyitkan alisnya. Sementara itu, Orion mulai menarik tubuhnya untuk kembali duduk dengan posisi tegap. “Apa lagi, Mbak? Kami juga udah ada surat perjanjian sendiri. Mbak mau cek? Kalau iya, soft file-nya akan aku kirim ke Mbak nanti. Pokoknya soal privasi dan nama baikku, Mbak tenang! Mbak tahu aku bukan orang yang ceroboh, kan? Nggak mungkin aku akan menghancurkan diriku sendiri dengan memasukkan sembarang orang ke rumahku.”
“Bukan begitu, Yon. Kita tetap harus berjaga-jaga, kan?” ucap Sany. “Chisa, apa kamu bersedia selalu menjaga diri kamu dengan baik dan memastikan kamu tidak akan mengandung anak Orion?”
Chisa melotot kaget. Sepertinya, Sany terlalu jauh menyimpulkan hubungan antara Chisa dan Orion saat ini.
“Dan jika sampai hal itu terjadi, dalam tanda kutip kamu hamil, kamu bersedia pergi dari sini tanpa menuntut pertanggung jawaban apapun dari Orion, kan? Sebab jika kamu sampai hamil, itu artinya kamu sendiri yang ceroboh. Saya sudah mengingatkan dari awal kalau Orion punya nama baik yang harus dijaga, jadi tidak mungkin dia akan bertanggung jawab atas kamu,” lanjut Sany.
“Mbak-”
“Mbak butuh jawaban Chisa, bukan kamu,” tegas Sany.
Chisa meremat celana yang ia kenakan. Perasaannya menjadi gugup. Ia dan Orion sudah memiliki perjanjian di mana seharusnya mereka tidak akan melakukan hal sejauh itu. Namun, mengingat bagaimana mereka tidur di ranjang yang sama, bukan mustahil jika hal yang tidak diinginkan itu bisa saja terjadi, kan? Chisa pikir, permintaan Sany adalah sesuatu yang wajar.
Hanya saja, jika hal tidak diinginkan itu benar-benar terjadi dan Chisa tidak bisa menuntut apapun dari Orion, apa yang harus Chisa lakukan setelahnya? Pada akhirnya, apa ia rela menjadi orang yang terbuang, membawa sesuatu hal besar yang harus ia pertanggung jawabkan sendirian?
“Chisa, kamu sanggup tidak berjanji hal itu pada kami? Kalau tidak, kamu bisa pikirkan ulang tentang pekerjaan ini,” desak Sany.
“Mbak, nggak gampang cari orang yang mau ambil pekerjaan ini dengan catatan tutup mulut,” ujar Orion, yang bagi Chisa, terkesan seperti ingin mempertahankannya.
“Bisa. Mbak bisa cariin gantinya buat kamu. Malam ini langsung pun bisa,” ujar Sany.
“Mbak yakin? Dia bersih loh, Mbak. Kalau Mbak juga bisa bawakan ke aku yang bersih kayak Chisa, silakan saja! Yang pasti, aku nggak mau ada w************n yang sudah tidur sama banyak cowok, menginjakkan kakinya di daerah teritorialku,” tegas Orion.
Sany menatap Chisa dengan tatapan tidak percaya. “Benar kamu masih virgin? Lah … terus kenapa kamu mau jadi sugar baby kalau kamu masih virgin? Apa nggak sayang sama kesucian kamu dan-”
“Saya sanggup, Mbak. Saya janji akan melakukan apa yang Mbak minta tadi. Saya akan menjamin bahwa diri saya tidak akan hamil, dan jika itu terjadi, saya akan pergi tanpa menuntut apapun dari Orion,” potong Chisa dengan tegas.
Ia tidak punya pillihan lain. Ia juga tidak ingin masalah ini jadi berlarut-larut dengan risiko, Chisa akan kehilangan sumber pendapatan utamanya sekarang.
‘Aku cuma harus bertahan sampai aku lulus kuliah, kan? Tinggal beberapa bulan lagi. Kamu pasti bisa, Chisa,’ batin gadis yang kini duduk di bangku semester akhir di sebuah universitas swasta tersebut.
Sany menghela napas lega. “Bagus kalau begitu. Saya akan buatkan surat perjanjiannya hari ini juga. Dan besok saya akan datang lagi buat minta tanda tangan kamu.”
“Orion, jaga kepercayaan Mbak, ya! Kamu nggak mau kan, gadis sepolos dan senaif ini jadi korban nantinya? Bantu dia menjaga dirinya sendiri, kalau kamu tidak mau gadis ini mengorbankan seluruh hidupnya demi nama baik kamu!” pesan Sany pada Orion.
Orion menghela napas panjang. Lalu, aktor tampan itu mengangguk patuh pada manajernya. Selain orangtuanya, Sany adalah orang yang paling Orion hormati di dunia ini. Mereka sudah bekerja sama sejak lama. Dan Orion tahu, Sany benar-benar berniat menjaganya dengan baik selama ini. Orion tidak pernah kecewa mempercayakan karirnya sepenuhnya pada wanita yang merupakan orangtua tunggal bagi buah hatinya tersebut.