"hei kau!"
Delano mendengus kesal saat melihat ketiga sahabatnya datang menggunakan tuxedo senada dengannya. "Untuk apa kalian datang?" Tanyanya tak ramah.
"Oh astaga! Apa kau tidak berniat mengundang kami dude?" Protes Melano.
"Ini hanya keluarga inti dan aku tidak berniat mengundang b******n-b******n seperti kalian!"
Calvino dan Geval hanya menggeleng mendengar ucapan Delano yang selalu ketus kepada mereka. Beruntung ketiga sahabatnya sudah terbiasa dengan mulut menyebalkan Delano Hilton. "Sebaiknya langsung bertemu wanita malang itu."
Melano terkekeh. "Kau benar! Alangkah baiknya kita sadarkan sebelum wanita itu menyesal."
"Ck. kau!" Dengus kesal Delano dan hanya ditanggapi dengan tawa bahagia para sahabatnya.
***
Setelah janji suci diucapkan,Melano menculik Delano dari keramaian dan memisahkan pria itu dari pasangannya. Menarik pria itu dengan bangganya dan mendudukan Delano tepat disofa bundar yang terletak dipojok ruangan acara pernikahan.
"Lihatlah itu!" Airin mengikuti herdikan dagu Asla teman sekaligus sepupu Delano.
"Kenapa dengan mereka?" Tanya Airin tidak mengerti.
Asla menepuk keningnya pelan,ia lupa jika gadis desa disampingnya tidak akan tau deretan pria tampan yang masuk dalam katagori pria kaya raya termuda dinegara ini. "Sekumpulan tamu VVIP yang patut aku acungi jempol."
"Sebegitu hebatkah mereka?" Tanya Airin lagi.
"Tentu! Dan harusnya kau bangga jika kakak sepupuku memilihmu untuk menjadi pasangan hidup."
Hanya sementara! Bukan selamanya Asla. Dengus Airin dalam hati. Mana berani ia membocorkan kontrak nikah itu,jika itu terjadi Airin harus mempersiapkan diri untuk merelakan lehernya digantung didepan mansion tuan besarnya. Nasib!
Lagi-lagi Asla menyenggol bahu Airin. "Lihatlah kedua wanita itu. Wanita yang mengenakan dress merah tanpa lengan dan wanita muda yang mengenakan setelan jas kerja."
"Mereka cantik."
Asla mendengus kesal. "Tentu saja cantik. Karena mereka salah satu deretan wanita-wanita paling beruntung didunia."
"Benarkah?"
"Yeah! Itu menurutku."
"Memang siapa mereka?" Tanya Airin menatap sosok dua wanita anggun yang sangat-sangat cantik dengan balutan pakaian yang mereka kenakan. Terlihat pas dan cantik saat mereka memakainya. Sedang Airirn membayangkan mengenakan pakaian seperti itu sepertinya ia sangat tidak pantas. Kampungan dan dekil! Oh astaga. Begitu burukkah dirinya? Tenang- tenang Airin hanya sementara,ingat hanya sementara dan sebaiknya simpan saja perasaan bapermu itu.
"Wanita yang mengenakan dress merah adalah Lula pradita. Pewaris hotel ternama dikota kita. Teo Johanes pemilik sorum mobil mewah adalah pamannya dan aku dengar Teo juga memiliki beberapa Resot dan villa ternama dinegara-negara maju."
"Benarkah?" Airin menurunkan bahunya lesu saat mendengar fakta istri salah satu sahabat Delano bukan wanita sembarangan.
"Ehm! Dan yang itu. Wanita berpakaian setelan jas mahal seperti layaknya orang kantoran. Dia adalah Isabel Abraham. Dia adalah pemilik gedung pencakar langit yang berada tepat dipusat perbelanjaan dikota kita. Apa kau pernah tau?"
Airin mengangguk. "Tentu saja! Meski Airin orang desa tapi gak begok-begok amak kok Asla."
Asla mengangguk mengiyakan,malas jika sudah membahas mood Airin yang terdengar anjlok. "Dia wanita hebat yang mampu mengembalikan kejayaan gedung Abraham yang akan terlelang habis."
"Bangkrut maksud kamu?"
"Bukan hanya-- mendapat sedikit masalh!" Herdiknya lalu membalikkan badan berniat mengajak Airin kembali ketempat mereka makan. "Aku sudah lapar apa kau--"
"Maaf aku meminjam sahabatmu sebentar! Apa boleh?"
Asla mengerjap-ngerjapkan matanya saat melihat Melano dari dekat. Oh astaga! Pria itu sangat terlihat sexy dan tampan. "Bo-boleh!"
"Tapi Asla."
"Sudah sana ikut. Biar nanti paman Rich urusanku nanti."
Melano mengembangkan senyumnya. "Terimakasih. Cantik!"
Asla ternganga mendengar suara sexy Melano. Ia segera membalikkan badannya dan berlari sambil berteriak. "Daddy!!!! Asla juga mau nikah!"
Airin hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Asla. Oh astaga! Gadis manja itu selalu saja membuat Airin malu.
"Duduklah!" Melano mempersilahkan Airin dudum tepat disamping Delano.
"Hai siapa namamu?" Sapa Isabel.
Airin benar-benar tidak menyangka jika gadis secantik dan sekaya dia mau menyapa terlebih dahulu apalagi senyum ramahnya seolah tak menunjukkan sikap arogansinya.
"Airin Suteja." Jawab Airin malu-malu.
"Panggil saja Butet!" Celetuk Delano ketus.
"Benarkah?" Tanya Isabel.
Airin mengangguk malu.
"Sepertinya dia gadis yang sangat pemalu!" Kini Lula ikut menimpali perbincangan Isabel dan juga Delano. "Hai aku Lula! Istri Geval Terry!"
Lagi-lagi Airin hanya mengangguk malu. Sebenarnya bukan malu tetapi lebih kearah minder. Apalagi melihat tatapan kesal Delano. Sungguh! Airin ingin menguliti pria itu jika sudah berexpresi kaku seperti itu. Oh astaga! Sepertinya ia harus mengirit pasokan bersabarnya jika kelak mereka benar-benar akan hidup berdua.
Meski dalam perjanjian mereka hanya mempunyai waktu satu tahub namun bisa Airin pastikan. Selama satu tahun Dia-- Delano Hiltob tidak akan membiarkan Airin menikmati kebahagiaan barang sedikitpun. Karena apa? Karena pria itu seolah bahagia melihatnya sengsara. Terkutuklah kau Delano!
"Ayo!" Delano tiba-tiba saja berdiri mengulurkan tangannya kearah Airin.
"Mau kemana?" Tanya Airin bingung.
"Ikuti saja perintahku!" Ketus Delano dan itu berhasil membuat Airin ikut berdiri namun tidak membalas uluran tangan Delano.
Dengan sangat kesal Delano berjalan terlebih dahulu tanpa menghiraukan suara tawa sahabatnya. "Sepertinya hanya gadis itu yang bisa menjinakkan srigala berhati kikir."
Geval dan Calvino mengangguk setuju.
***
"Kau mau kemana?" Tanya Rich ayah Delano.
"Tuan Besar. Itu--"
"Panggil saya papa mulai sekarang!" Titah Rich membenarkan ucapan Airin.
Sedang Andera Andrea hanya tersenyum sinis kearahnya. "Jangan harap aku akan mengijinkanmu memanggilku mama!"
Delano menghentikan langkahnya dan segera kembali berjalan menghampiri Airin. "Jangan pernah mamangilnya mama! Karena dia bukan mama gue!"
Rich hanya mendengus kesal mendengar nada sinis dari sang anak. Setelah Airin dan Delano pergi Rich menatap Adrea kesal.
"Jaga ucapanmu! Aku tidak mau Delano semakin membenciku karena menikahimu!"
"Rich kau--"
Rich menatap tajam Andera. "Hormati aku sebagai suamimu Andrea."
Dengan malas Andera menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan Rich.
Sedang Delano menatap kesal Airin yang sudah berada didalam mobil. "gue jelaskan sekali lagi! Jangan pernah lemah dihadapan Andera! lo paham?"
Airin mengangguk. "Tapi nanti kalau tuan besar marah?"
"Jika dia marah! gue yang akan membereskan semuanya. lo istri sah gue dan klo tidak boleh ada yang menyakiti kecuali--" Delano mulai menghidupkan mesin mobilnya lalu berkata. "Kecuali gua. Hanya gue yang boleh menyakiti lo."
Sesuai dugaan! Inilah awal dari malapetaka kehidupan Airin. Menikah denga tuan muda angkuh dan terjerat dalam pernikahan kontrak yang sama sekali tidak pernah ia harapkan seumur hidup. Andai saja Airin bisa membatalkan semuanya. Dia-- Airin suteja pasti akan kabur sekarang juga.
"Apa yang lo fikirkan?" Tanya Delano sambil terus fokus pada kemudinya.
Airin mendengus kesal sambil membuang tatapannya keluar jendela mobil.
"Bagaimana cara membunuhmu tuan!"
Seketika pedal rem diinjak Delano dengan kuat hingga mengeluarkan bunyi decikan karena mengerem dengan sangat mendadak.
"loe--"
Dengan wajah semakin kesal Airin menatap nyalang Delano. "Belum apa-apa lo sudah berniat membunuh gue!" Teriak Airin kesal.
Dan Delano hanya mentap Airin dengan wajah terkejut.
Airin membentaknya! Gadis itu kembali tidak menghormatinya. Isshhh awas saja loe!
Gue akan benar-benar membuat lo tidak bisa berdiri tegak.
Bersambung...