“apa ini?” Airin heran saat melihat kertas yang bertuliskan surat perjanjian kontrak new.
“sekarang lo sama gue udah sah nikah, so gue ingin meminta ketegasan dari lo.” Tegas Delano yang tengah duduk dikursi kebesarannya sembari melipat kedua tangannya didepan d**a. Sikap congkak dan sombong tidak pernah luput dari dirinya, heran.
“tunggu! Bukannya tuan sudah memberikan kepada saya?” protes AIrin dengan sedikit geraman tertahan.
Delano berdecih kesal. “gue bilang baca ulang ya baca ulang! Disini gue yang bos nya bukan lo.”
Mau tidak mau Airin hanya bisa mendengus pasrah sambil membaca ulang surat perjanjian hitam diatas putih. “kenapa disini banyak tulisan yang terdengar menyulitkan saya?”
“bisa gak lo gak terlalu formal sama gue.” Kesal Delano. “lo gue saja kayak anak-anak biasanya, gue ngerasa tua banget kalau lo panggil tuan.”
Airin mengeram kesal, baru saja sehari menikah dengan tuan besar, sudah dimulai dengan percekcokan tidak jelas, lalu bagaimana jika sudah berbulan-bulan? Bisa-bisa Airin naik darah dan struk mendadak. Oh tidak! Itu tidak akan terjadi kepadanya, struk saat usianya masih muda dan mati seketika? Hanya membayangkannya saja Airin sudah kesal setengah mati. Sepertinya Airin harus bisa menambah stok kesabarannya agar bisa tetap bertahan hidup untuk menghabiskan penghasilan suami kontraknya, harus. Airin tidak mau dirugikan disini, tuan muda merubah kontrak dia harus juga merubah kontraknya. Harus! Tidak pakek tidak.
“ok! Airin juga ingin mengajukan surat kontrak yang baru. Gak banyak kok!” tawar Airin. “jika kamu mau Airin juga mau.”
“dasar bocah! Bisanya Cuma ikut-ikut saja.”
Delano mencoba menimang-nimang tawaran Airin sembari berfikir. “ternyata anak ingusan ini juga tidak bisa gue kibuli.” Gumamnya dalam hati.
“baiklah!” dengan perasaaan tidak rela pada ahirnya Delano mengangguk setuju.
Senyum kemenangan terukir jelas diwajah imut nan cabi milik Airin. “setuju!”
“lima belas menit! Tidak kurang dan tidak lebih.”
Ish! Jebakan lagi, harusnya Airin tahu apa yang ada diotak bulus tuan menyabalkannya. Secepat mungkin Airin berlari keluar ruangan Delano dan kembali setelah sepuluh menit. “ini.”
Delano serasa ingin terbahak melihat wajah merah Airin yang terlihat kelelahan saat berlari, entah kenapa ia merasa bahagia saat melihat Airin menderita karena ulahnya. Bangkek memang!
“gue bisa tambah poin kontrak gue?”
Airin Nampak berfikir sejenak lalu mengangguk mengiyakan. Delano segera menulis poin yang sangat ia inginkan dan berharap Airin menyetujuinya, Airin bukan lagi gadis dibawah umur. Airin sudah genap delapan belas tahun dan harusnya dia sudah faham tentang poin penting pernikahan bukan? Ok fix! Sepertinya Delano harus menulis poin terpenting yang ia inginkan.
“s*x seminggu dua kali”
Seketika AIrin melotot tajam dan menggebrak meja yang berada didepannya, meja yang menjadi penghalang mereka berdua, saksi bisu pertengkaran pengantin baru yang dipenuhi dengan treak dan intrik untuk saling menjatuhkan dan mencari untung.
“apa tuan gila! Eh kamu—“
Mata bulat AIrin makin membulat kala melihat senyum Delano yang terlihat seperti madu namun terasa pahit jika dicicipi.
“lo tulis gaji gue sepenuhnya hak milik lo! Lah harusnya gue juga minta yang jadi hak gue donk! Gimana gue mau jajan diluar kalo lo-nya minta jatah gaji penuh dari hasil kerja keras gue.”
Harusnya Airin sadar siapa yang berada dihadapannya sekarang? Delano Hilton. Pria paling kikir seantero jagat raya dan lagi__ heh! Mana mungkin pria itu bisa terkalahkan jika sudah berurusan dengan untung dan rugi.
Mau tidak mau Airin harus menyetujuinya dan dipikir-pikir lagi, untuk apa ia mempertahankan kegadisannya toh selama ini tidak ada yang serius mengajaknya menikah apalagi berhubungan serius memikirkan tentang masa depan? Aish sangat mustahil. Sepertinya Airin benar-benar harus menggunakan logikanya, saat kaya pria manapun akan mendekat, sahabat macam seperti apapun pasti akan berusaha baik dan ia tidak akan lagi kesepian kecuali ada sahabat gebleknya yang selalu menemaninya dikala susah! Siapa lagi kalau bukan anak kepala desa dikampungnya. Gadis remaja yang selalu meminjam duit kepadanya.
“ok kalo begitu! Airin setuju dengan poin yang ini.”
Delano tersenyum menang, benar dugaan Delano, gadis itu tidak akan menolak. Apalagi dirinya pria yang sangat tampan dan kaya raya, sepertinya mustahil bagi Airin menolak kharisma terpendamnya. Delano mengusap dagunya berulang-ulang sambil meneliti setiap penampilan Airin dari atas kebawah.
Delano menggeleng dan mendengus kesal pada penampilan Airin. “lo harus ikut gue sekarang.”
Bukan seperti ajakan melainkan seperti perintah. “tunggu.” Airin menghentikkan langkah Delano yang berusaha menariknya.
“ada apa?”
“poin ke dua tidak boleh bertindak sesukanya dan juga tidak boleh memaksa pasangannya.”
Delano menggigit bibir bawahnya menaha kekesalannya yang sudah sampai diubun-ubun. “bisa gak kali ini lo lupain poin gak penting itu? Ini juga demi kebaikan lo dekil.”
Airin menatap sinis Delano, mulut pedasnya yang tidak bisa disaring dalam setiap ucapannya membuat AIrin selalu kesal setengah mati jika sudah mendengar ucapan Delano yang selalu saja mengejek. “dekil begini kamu juga mau tidur sama aku.”
“karena gue gak mau rugi.”
Kampret! Harusnya AIrin memilih untuk mengalah dari pada selalu merasa sakit hati jika sudah berurusan dengan mulut pedas Delano. Sumpah demi apapun! Airin ingin menjada cepat jika sudah seperti ini.
“ayo!” Delano kembali menarik dirinya dan mau tidak mau Airin mengikuti langkah Delano.
“Apa susahnya terima Airin apa adanya?” gerutunya kesal dan berhasil didengar oleh Delano.
“susah! Udah jangan banyak protes lo.”
Tubuh Airin sedikit didorong masuk kedalam mobil Delano. Mau mengumpatpun percuma jika orang yang ia ingin umpati sudah berlari menuju kemudinya, Airin hanya bisa mengelus d**a tanpa bisa melampiaskan kekesalannya. Anying!
‘sebenarnya kamu mau ajak aku kemana?”
“butik” dengan tangan yang mengendalikan kemudi, Delano menatap fokus kejalanan tanpa melirik kearah Airin sedikitpun.
Meski begitu aura ketampanan Delano masih tetap terlihat sempurna, hanya saja cara dia berbicara membuat orng disekitarnya keder ketakutan bahkan bisa pingsan mendadak karena menyesal. Menyesal berbicara dengan pria angkuh bermulut pedas.
“hess!” kenapa pikiran Airin didominan dengan sikap kasar Delano, tidak-tidak dia tidak boleh terkontaminasi dengan keburukan Delano yang membuatnya bisa struk muda.
“lu capek?”
Airin mengerjap saat mendengar pertanyaan Delano yang terdengar perhatian dengannya. Airin menatap Delano dengan keryitan keningnya dan berkata. “coba ulangi pertanyaannya?”
“lo capek?”
“iya.”
“tidur aja gih, biar nanti gue bangunin lo kalau sudah sampai.”
Bukan seperti yang AIrin fikirkan, ia berharap Delano mengajaknya kembali pulang untuk beristirahat namun nyatanya. Dengan sedikin menekan perasaan kesalnya Airin mencoba memejamkan matanya, berharap semua ini hanya mimipi belaka.
“woi! Cepet bangun.”
Perasaan Airin baru saja tertidur tetapi kok suara menjengkelkan Delano sudah menggema ditelinganya. Fikirnya dalam mata yang masih terpejam rapat-rapat.
“dasar dekil.” Mau tidak mau Delano memopong tubuh Airin dari dalam mobil menuju butik milik keluarganya. “menyusahkan.”
Bersambung….