Penipu Ulung

1016 Words
Hari sudah mulai sore, Andin dan Lusi belum juga pulang. Edo,Febian, Risky dan juga Leo, sengaja banget belum ingin memulangkan Andin dan Lusi. Setelah membawa Andin dan Lusi dari pantai, sekarang mereka sengaja membawa keduanya keliling kota, hanya menunggu sampai malam tiba. Ponsel Andin terus berdering, sudah dipastikan sang mama heboh karena anak gadisnya belum juga kembali. Andin yang berada di belakang boncengan Edo, menepuk punggung Edo. “Import! Berhenti dulu. Mama aku telepon!” teriak Andin karena kencangnya suara angin. Edo yang mendengar teriakan Andin, ngasih kode ke semua temannya untuk menepi sebentar. Motor pun menepi, Andin segera turun dari boncengan Edo, di susul oleh Lusi. “Ada apa?” tanya Lusi penasaran. “Mama telpon, gimana dong Lus?” Andin mulai panik. Edo dan teman-temannya ikutan turun dari motor mereka, takut aja Andin sama Lusi tiba-tiba aja kabur. Secara ‘kan mereka kek tahanan Edo, yang harus nurut sama Edo untuk satu hari full. Waktunya yang tentuin juga Edo. Bangke emang! “Hei, Markonah! lu jangan kabur! Awas aja kalau sampai kabur, perjanjian batal! Lo harus bayar dua puluh juta!” ketus Edo. Andin menatap tajam Edo, pengen banget ngeremes muka Edo. “Lo denger nggak! Mama gue telpon. Gue harus jawab apa! mana dia kek detektif Konan aja, bisa-bisa ini yang terakhir kalinya gue boleh keluar rumah!” ketus Andin. Leo langsung merebut ponsel Andin yang terus berdering. Andin melotot, nggak terima aja ponselnya di rebut sama Leo. “Eh, Demit! Balikin ponsel gue!” seru Andin, berusaha ngerebut ponselnya dari Leo yang emang lebih tinggi dari dia. Leo jangan di tanya, sengaja ngangkat ponsel Andin tinggi-tinggi, supaya nggak kejangkau sama Andin. “Ndin! Gue bantuin lo, buka dulu polanya!” seru Leo. Andin memberengut kesal. “Nggak! pasti lo boong!” kesal Andin. “Yaelah … Andin cantik, Andin cakep pujaan Abang. Percaya deh, Abang nggak sekejam noh!” Leo menunjuk kearah Edo. “Apaan lo!” kesal Edo. Leo nyengir, serem juga lihat muka Edo yang siap nelen apa aja. “Nggak … cuman mau bantuin Ayang Andin …” Ini gaya Leo bicara bikin perut mual. “Balikin ponsel gue!” seru Andin. Lusi mengusap pelan punggung Andin. “Udah, kasih aja polanya,” bujuk Lusi. “Iya, Ndin! Percaya aja sama Kang Leo, dia punya seribu akal bulus!” seru Febian. “Bener banget!”Risky ikut membenarkan. Andin tampak berpikir, mengernyit, menatap ragu kearah Leo. “Lo beneran bisa diandalin?” tanya Andin penasaran. Leo mengangguk, menyodorkan ponsel yang dia pegang ke Andin. “Udah … buka aja polanya. Percaya deh sama gue,” ucap Leo meyakinkan. Andin ngambil ponselnya dari Leo, menggambar sebuah pola pada ponselnya, menyerahkan kembali ponselnya kepada Leo setelah ponsel terbuka. “Nih, ambil!” Leo tersenyum, menerima ponsel yang Andin berikan kepadanya. “Nih, dengerin. Saat suhu Leo beraksi,” ucap Leo super pe-de. Edo hanya diam, tau banget apa yang akan Leo lakukan, karena emang Leo masuk jajaran peniru ulung. Leo mengusap-ngusap lehernya, lebih tepatnya jakunnya, berdehem sebentar, mengbaskan rambutnya. Kenapa jadi kelihatan alay banget di Leo. Dengan pe-denya, Leo mengangkat panggilan dari Mamanya Andin. “Hallo, selamat sore Ibu … “ Leo mengucapkannya dengan suara yang berbeda, lebih berwibawa, dan mirip … entahlah, Andin hanya jadi pendengar yang baik. “Siapa ini!” “Maaf sebelumnya, ini Guru Olah raganya Ananda Andin.” “Oh … gitu. Maaf, Pak. Andinnya mana ya …” “Begini, Ibu. Andin sedang latihan lari untuk mewakili perlombaan antar sekolah besok. Sekali lagi maaf ya … karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya …” “Boleh saya bicara sama Putri saya …” “Silahkan … sebentar saya panggilkan dulu. Maaf juga ini Bu, mungkin latihan masih lama, mengingat pertandingannya besok, jadi Andin harus bener-bener di gembleng.” Leo menghentikan aksi konyolnya. Lusi dan Andin menahan tawanya, ternyata suara Leo benar-benar mirip guru olah raga mereka. Yang lain sudah nggak heran dengan aksi Leo. Emang si cowok satu ini terkenal sebagai kang duplikat suara orang. Giliran Andin yang berpura-pura di dengan Mamanya. Andin menerima ponselnya, dia juga mulai berakting, pura-pura ngos-ngosan habis lari, semua sampai menatap geli Andin. “Ha—halo, Ma … Andin lagi la—tihan lari! Udah dulu ya, Lusi juga ada.” Bener-bener nih anak, udah ngibulin Mamanya, ponsel langsung di matikan. “Buahahaha …” tawa semuanya langsung pecah. “Lo ternyata pinter ngibulin, Markonah!” Edo yang tadinya diam, ikut-ikutan ketawa saat Andin mulai ikut-ikutan dengan aksi konyol Leo. Lusi buru-buru ngangkat ponselnya yang berdering. “Halo Tan, ada apa?” “Andin ada sama kamu?” “Iya, kenapa?” “Nggak, kalian hati-hati ya …” Panggilan langsung di putus sepihak, ternyata Mamanya Andin hanya ingin memastikan jika Andin bersama Lusi. “Gile! Mama lo langsung telpon Lusi!” celetuk Leo. Andin mengernyit. “Gimana kalau Mama tau gue bohong?” Andin mulai khawatir. “Itu derita lo!” celetuk Edo kejam. Semua menatap tajam Edo, termasuk Leo, Risky dan juga Febian. “Lah, kok natap gue!” protes Edo. “Kita lagi bantuin Andin, lo malah ngomong kek gitu!” Febian protes dong. “Iya! puas kalian! ayo cari arena balap lari!” ajak Edo. Andin terlihat girang. “Import! Lo emang jenius!” seru Andin. Edo menyugar rambutnya, dengan sangat pe-denya dia berkata, “Edo gitu loh! si Ganteng yang super jenius!” Andin pasang ekspresi mau muntah. “napa lo!” kesal Edo. “Dasar Import narsis, baru dipuji sebentar, udah unjuk gigi!” Andin emang kesal beneran sama Edo. “Biarin! emang itu fakta!” Edo langsung narik tangan Andin. Nyuruh Andin kembali naik ke boncengannya. “Buruan naik!” seru Edo. Andin nurut aja, langsung naik keatas motor gede Edo. “Ayo, Lus!” ajak Febian. Lusi melakukan hal yang sama dengan Andin, naik keatas motor Febian, dan mereka benar-benar pergi ke arena balap lari, hanya ngambil video Andin yang lagi pura-pura lari pada lintasan lari, untuk selanjutnya dikirim ke mamanya Andin. Emang bocah sedeng semua! orang tua di kibulin beneran, Andin juga. Demi hutangnya yang lunas, mau-maunya dia ngibulin Mama dia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD