13 - Dunia Yang Tak Bisa Dimiliki

4063 Words
Halo, Fellas. Kembali lagi dengan cerita bertema remaja dan misteri dariku. Berharap kalian menyukainya. Akan sangat menyenangkan jika kalian dapat menyukai dan memberikan komentar membangun pada ceritaku yang berjudul "Ten Reasons Why She's Gone." ini. Atas kekurangan yang akan kalian temukan dalam cerita ini, penulis memohon maaf. Terima kasih. *** • Selamat Membaca • Vanya mengekor di belakang Edwin seperti anak ayam yang setia pada induknya. Meski ini adalah pertemuan pertama mereka, tidak sedikitpun terbesit ketakutan di dalam benak gadis itu. Ia seperti manusia polos yang menaruh harap pada langkah gontai milik pria di hadapannya. Hingga akhirnya pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Edwin, papa dari seseorang yang didengar Vanya adalah Valerie, itu menghentikan kedua kakinya. Tepat di depan sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di antara kendaraan-kendaraan lain di sisi pembatas pom bensin. Edwin membalikkan tubuhnya. Ia menatap Vanya dan tersenyum lembut. "Kita akan segera ketemu sama Mama." "Mama?" Dan tak berselang lama, hanya beberapa saat saja, sampai akhirnya pintu mobil di samping kursi kemudi terbuka. Perhatian Vanya pun teralih. Ada seorang wanita dengan blus hitam panjang dipenuhi renda berwarna nude di ujung bajunya. Ekspresi itu tampak sama dengan milik Edwin saat pertama kali Vanya melihatnya. Ia terlihat sangat terkejut. Namun kali ini, kedua mata sang wanita tampak berkaca-kaca. Membuat hati Vanya terenyuh seketika. Sosok itu mengingatkannya pada seseorang yang telah lama menghilang dalam hidupnya;ibu. Vanya membuang wajah saat akhirnya wanita itu mendekat. Membuat ekspresi sedih milik Wina makin terlihat dengan jelas. Mendadak perasaan sedih itu muncul. Kenangan pahit tentang orang tuanya yang meninggal muncul ke permukaan. Membuat Vanya merasa tak nyaman. Wina melihat Edwin, raut wajahnya seolah meminta penjelasan. Namun tanpa menunggu suaminya itu bercerita, Wina sudah lebih dahulu menghampiri Vanya yang mereka pikir sebagai putri sematawayang mereka, Valerie. Wina mencondongkan wajahnya ke depan, kemudian menggerakkan kedua tangannya untuk membelai lembut pipi Vanya. Bibirnya bergetar menahan tangis. Dan ketika wajah Vanya berhasil diarahkan kepadanya, mata mereka pun bertemu. "Valerie?" Wina mendekap Vanya erat-erat. Wanita itu tak ingin kehilangan putrinya untuk kali kedua. "Maafin Mama, Valerie. Ini semua salah Mama dan Papa." Vanya tak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan dirinya berhambur dalam pelukan hangat seorang ibu yang merindukan anaknya. Sudah lama sekali Vanya tak merasakan sentuhan seemosional ini di dalam hidupnya. Semenjak orang tua kandungnya meninggal ... hidup Vanya hanya dipenuhi oleh mimpi buruk dan dingin yang enggan menepi. Pelukan Wina, tanpa sadar mengaliri sensasi yang menyenangkan di tubuh Vanya. Diam-diam Vanya juga ingin membalas pelukan Wina. Namun wanita itu mendadak merenggangkan jarak, membuat Vanya buru-buru menurunkan tangannya, menyembunyikan dengan baik seolah adegan pelukan itu memang hanya dilakukan oleh Wina seorang. Kali ini Wina meraba kedua pipi putrinya. Kesedihan langsung menjalar di hatinya ketika melihat wajah Vanya dipenuhi lebam dan darah yang mengering begitu saja. Baru tiga hari putrinya menghilang, tapi Wina sudah bisa merasakan penderitaan yang dialami oleh Vanya begitu berat selama berada di jalanan. "Kamu sekarang udah aman, Sayang," ucap Wina menenangkan. Perasaan hangat yang diberikan oleh Wina pun sampai ke dalam hati Vanya. Menyentuh sisi terdalam yang selama ini hanya dihuni oleh dingin dan sepi. Dan membuat gadis itu tanpa sadar meneteskan air matanya di sana. Pipinya hampir basah, tapi Wina buru-buru menyekanya. Dengan senyuman lembut yang sengaja dibuat Wina untuk menutupi keprihatinannya, wanita itu pun berkata, "Sekarang kita pulang ya, Nak." Ingin sekali Vanya berteriak kepada dua manusia di depannya dan mengatakan hal yang jujur bahwa dirinya bukanlah seseorang bernama Valerie. Dia adalah Vanya. Namun sekali lagi, perasaan yang bercampur aduk di dalam d**a Vanya hanya membuatnya hanya bisa diam dan menurut pada apapun yang dikatakan oleh Edwin dan Wina. Meski tak pernah mengenalnya, tapi Vanya akan berterima kasih kepada seseorang bernama Valerie yang telah mempertemukannya dengan Wina juga Edwin. Berkatnya, Vanya dapat kembali merasakan cinta orang tua kepada anak yang sudah lama sekali tak gadis itu dapatkan. Bahkan meski itu hanya untuk sementara saja. *** Kelegaan yang sebelumnya memenuhi d**a Edwin maupun Wina, kini berubah menjadi kesedihan. Begitu sampai di rumah, Vanya sama sekali tak mengingat apapun tentang Valerie. Ia bahkan tak ingat dengan siapa nama Edwin dan Wina. Sampai kemudian Wina meminta Vanya yang mereka anggap sebagai Valerie untuk duduk di sofa ruang tamu dan wanita itu berbicara dengan Edwin serta Bi Inah di dapur. Sambil sekali-kali mengintip, Wina pun berkata, "Dia nggak ingat apapun tentang kita, Mas." "Ini bisa saja terjadi karena dia syok atau ada benturan di bagian kepala yang bikin dia jadi trauma," jelas Edwin, berusaha menenangkan istrinya yang tampak panik. "Kamu tenang dulu ya, Sayang." Bi Inah yang berada di belakang mereka pun kini ikut berkomentar. "Tapi itu mah Non Valerie. Atuh wajahnya aja sama. Masa iya wajahnya sama orangnya beda, Pak, Bu." Edwin dan Wina diam-diam setuju dengan opini yang keluar dari mulut asisten rumah tangganya tersebut. Hingga pada detik selanjutnya, Edwin pun memilih untuk mengambil keputusan. "Begini saja, Papa biar telpon dokter spesialis syaraf yang paling bagus. Kebetulan itu ada rekan Papa. Kita biar tahu dulu penyebabnya apa sampai Valerie nggak ingat kita sama sekali." Wanita yang selama belasan tahun telah menemani Edwin sebagai istri itupun mengangguk setuju. "Yaudah, Pa, cepet telpon sekarang aja. Di wajahnya juga ada beberapa luka yang harus segera diobati. Takut kenapa-napa kalau dibiarkan." "Yaudah, biar Papa telpon dulu ya." Edwin kemudian beralih kepada Bi Inah. "Bi, kamu siapin air dan obat-obatan ya buat Valerie. Selagi nunggu teman saya datang, kita harus obati dulu luka di wajah Valerie. Terus abis itu, kamu telpon Pak Jaka, kasih tahu kalau Valerie sudah ketemu. Ya?" "Baik, Pak." Bi Inah pun pergi untuk segera melaksanakan perintah dari majikannya tersebut. Sementara Edwin berusaha menelpon temannya, Wina pun kembali ke ruang tamu dan menemui Vanya di sana. Ia duduk di samping Vanya dan tersenyum kecil. "Ini rumah kita, Sayang. Apa kamu ingat?" Dan Vanya hanya menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tak tahu harus bereaksi seperti apa. Gadis itu sama sekali tak habis pikir mengapa Edwin dan Wina bisa mengira bahwa Vanya adalah Valerie. Namun tiba-tiba saja pikiran jahat itu muncul di kepala Vanya. Pikiran untuk memanfaatkan situasi ini agar Vanya terbebas dari kejaran sang preman jalanan, Baron. *** INFO TIME. Peristiwa traumatis memang tidak selalu meninggalkan luka fisik namun seringkali meninggalkan luka psikis dan emosional. Luka tersebut bisa berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental anak bahkan hingga ia beranjak dewasa kelak. Psikolog Kate Eshleman mengatakan, anak-anak seringkali tumbuh dengan peristiwa traumatis. Oleh karena itu, diperlukan bantuan orang dewasa untuk mengatasi hal ini. "Orang dewasa bisa membantu anak untuk pulih dari trauma," ucap dia Peristiwa traumatis - seperti pelecehan, menyaksikan kekerasan, atau bencana alam - memang selalu menakutkan. Apalagi, anak-anak melihat dunia dengan cara yang berbeda dari orang dewasa. Itu sebabnya, apa yang dianggap biasa oleh orang dewasa bisa menjadi hal menakutkan bagi anak. Peristiwa seperti intimidasi di sekolah, kematian anggota keluarga atau perceraian juga bisa membuat anak trauma. "Orang tua harus sadar meskipun suatu peristiwa mungkin tidak tampak traumatis bagi mereka, itu mungkin traumatis bagi anak mereka," kata Eshleman. Faktor yang meningkatkan trauma pada anak Menurut Eshleman, ada banyak hal yang membuat seorang anak bisa mengalami trauma jangka panjang. Berikut faktor yang berperan: 1. Usia Trauma dapat terjadi pada usia berapa pun. Namun, anak-anak yang berusia di bawah delapan tahun sangat rentan mengalami trauma.  2. Tingkat trauma Tidak semua orang mengalami trauma dengan cara yang sama. Beberapa anak dapat bangkit kembali dari stres besar sementara yang lain lebih terpengaruh oleh hal-hal yang dianggap tidak terlalu parah. Secara keseluruhan, semakin ekstrem trauma, semakin tinggi efeknya pada anak. 3. Durasi trauma Paparan kronis atau berulang terhadap kejadian buruk meningkatkan risiko masalah kesehatan yang berkelanjutan. Anak-anak yang menyaksikan kekerasan berulang di lingkungan yang tidak aman, atau mereka yang dilecehkan, lebih cenderung memiliki trauma jangka panjang. Efek trauma masa kanak-kanak Trauma masa lalu dapat berefek panjang bagi anak dan memengaruhi kesehatan fisik mereka. Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatis memiliki peluang lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan, seperti berikut: kegelisahan kanker depresi. diabetes. penyakit jantung. kegemukan. gangguan stres pasca-trauma (PTSD). stroke. penyalahgunaan zat. Respon trauma Respon trauma pada anak bisa terjadi lewat dua cara, yakni respon fisik dan emosional. Berikut penjelasannya: - Respon fisik Menurut Eshleman, tubuh merespon stres emosional dengan cara yang sama seperti tubuh merespon stres fisik. Respon tersebut bisa berupa peningkatan kadar protein atau hormon tertentu. Setelah cedera kepala fisik seperti gegar otak, misalnya, kadar protein yang disebut S100B meningkat. Kadar protein tersebut berpotensi meningkatkan peradangan yang berpotensi merusak di otak. Para peneliti menemukan tingkat protein yang sama pada anak-anak yang mengalami trauma emosional. Sementara itu, stres memengaruhi tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ketika sesuatu yang menakutkan terjadi, hormon stres membuat jantung berdetak kencang dan membuat tubuh mengeluarkan keringat dingin. Jika hormon-hormon tersebut meningkat untuk waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh dan menyebabkan masalah kesehatan yang berkelanjutan. - Respon emosional Terkadang, stres atau trauma yang signifikan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang tidak diobati berisiko mengalami hal-hal berikut: peningkatan risiko penyakit tidak mampu membuat pilihan yang sehat, seperti mengunjungi dokter secara teratur atau makan dengan baik cenderung melukan ahal-hal yang merusak tubuh, seperti mengonsumsi alkohol atau merokok. Ciri-ciri anak yang mengalami trauma Bagi anak-anak, tidak mudah untuk menjelaskan isi pikiran mereka. Setelah kejadian yang menyedihkan atau menakutkan, biasanya anak-anak akan mengalami perubahan perilaku. Hal ini bisa menjati petunjuk bahwa sang anak mengalami trauma. Berikut perubahan perilaku yang biasa terjadi pada anak yang mengalami trauma: makan lebih atau kurang dari biasanya. perubahan tidur, termasuk kesulitan tidur atau membutuhkan lebih banyak tidur daripada biasanya mudah marah dan kesal. Membantu anak yang mengalami trauma Memang tidak mudah untuk membantu anak melewati trauma yang dialaminya. Namun, orang dewasa bisa mengurangi risiko trauma pada anak hanya dengan menjadi pendengar yang baik bagi sang anak. Setelah itu, validasi perasaan sang anak dan biarkan mereka tahu bahwa Anda juga memahami kesulitan yang ia rasakan. Kemudian, katakan pada sang anak bahwa Anda siap membantunya untuk melewati kesulitan yang dihadapinya. Jika trauma yang dialami sang anak sudah semakin parah atau kita tidak mampu mengatasinya, jangan sungkan untuk mencari bantuan profesional. Tidak semua anak bisa mendapatkan akses bantuan untuk mengatasi trauma yang dialaminya. Hal ini bisa berpengaruh pada kehidupan mereka di masa dewasa. Namun, orang dewasa yang masih terpengaruh oleh trauma masa kecil tetap bisa mencari bantuan. Pasalnya, trauma tersebut bisa disembuhkan pada usia berapa pun. *** Kejadian yang tidak menyenangkan bahkan tragis bisa membuat siapa saja yang mengalaminya memiliki trauma yang mendalam, tidak terkecuali pada anak-anak. Dilansir dari laman The Independent, sebuah penelitian menunjukkan bahwa trauma yang dialami anak yang disebabkan oleh berbagai macam hal, mulai dari kekerasan seksual, perceraian orangtua, hingga perilaku buruk orangtua bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes di usia lanjut. Tidak hanya menyebabkan gangguan kesehatan fisik saja, trauma juga bisa mengganggu kesehatan mental anak dan menyebabkan depresi. Itulah mengapa belakangan ini peristiwa anak bunuh diri karena mengalami depresi semakin sering terjadi. Karena itu, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mendampingi anak yang mengalami trauma atau depresi, agar kondisi mental anak bisa berangsur-angsur pulih, dan anak pun bisa menjalani hari-harinya dengan ceria. Anak yang mengalami trauma atau depresi cenderung akan menunjukkan beberapa perubahan perilaku. Oleh karena itu, orangtua disarankan untuk lebih peka melihat perubahan sikap anak. Ciri-ciri anak yang mengalami trauma antara lain: Sering Terlihat Murung Salah satu perubahan yang cukup terlihat dari anak yang mengalami trauma adalah suasana hatinya yang berubah drastis. Ia lebih sering terlihat murung untuk waktu yang lama. Bahkan ia kehilangan minat pada aktivitas yang dulu ia senangi. Bila kamu melihat Si Kecil bersikap seperti ini, dekatilah ia dan tanyakan dengan penuh kasih sayang tentang penyebab kemurungannya. Tidak Mau Makan dan Sulit Tidur Perubahan sikap anak lainnya yang perlu kamu waspadai adalah bila anak jadi sering tidak mau makan dan sulit tidur di malam hari. Kedua hal itu mungkin disebabkan karena ada hal yang mengganggu pikirannya, sehingga Si Kecil jadi tidak berminat melakukan aktivitas apapun, bahkan untuk makan sekalipun. Menarik Diri dari Pergaulan Anak sering menyendiri dan malas bergaul dengan teman-teman sekolahnya juga bisa menjadi pertanda ada sesuatu yang tidak beres dalam diri anak. Biasanya guru di sekolah lah yang lebih dulu menyadari hal ini. Jadi, kamu juga bisa sering berkomunikasi dengan guru di sekolah untuk mengetahui perkembangan anak. Mudah Marah Depresi dan tekanan yang dirasakan anak biasanya lama kelamaan akan mengganggu kondisi mentalnya, sehingga ia bisa saja marah-marah tanpa alasan yang jelas. Lalu apa yang harus kamu lakukan bila mendapati anak menunjukkan tanda-tanda depresi seperti di atas? Pertama-tama, cari tahu dulu apa yang menyebabkan anak mengalami trauma atau depresi. Kamu dapat mendampingi dan menghibur anak dengan cara-cara berikut, agar kondisi trauma tidak berkelanjutan: 1. Usahakan Tetap Bersikap Tenang Ketika mengetahui anak mengalami trauma karena ada peristiwa buruk yang menimpanya, jangan langsung panik dan menunjukkan rasa cemas secara berlebihan di depan anak. Karena reaksi seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah dan malah semakin membuat anak sedih. Jadi, cobalah untuk tetap tenang dan tegar, serta yakinkan anak bahwa kamu akan selalu ada untuk menjaga dan mendampinginya. 2. Luangkan Waktu Lebih Banyak untuk Anak Meluangkan waktu untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan anak diketahui lebih ampuh untuk melindungi dan mengobati trauma pada anak. Membawa anak ke psikiater memang merupakan cara yang tetap perlu diambil. Namun, bukan berarti kamu bisa menyerahkan semua pengobatan ke psikiater. Orangtua juga perlu ikut membantu dalam pengobatan psikis anak. Jadi, luangkanlah waktu lebih banyak untuk anak, dan lakukan berbagai macam kegiatan yang bisa menghibur hatinya seperti pergi ke taman hiburan, nonton film, dan lain-lain. 3. Pastikan Anak Menjalani Rutinitasnya Seperti Biasa Memang tidak mudah bagi anak yang merasa ketakutan, trauma dan depresi untuk bangkit dan menjalani hari-harinya seperti dulu. Namun, sebagai orangtua, kamu sebaiknya tidak membiarkan anak merasa sedih atau ketakutan terlalu lama. Coba semangati anak dengan memberikan kata-kata motivasi dan dorong ia untuk tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Dengan membuatnya sibuk dalam berbagai macam aktivitas, diharapkan Si Kecil dapat melupakan sejenak traumanya. 4. Buat Suasana Rumah Menjadi Ceria Jangan jadikan rumah sebagai tempat untuk anak meratapi kesedihannya. Tapi, buatlah suasana rumah secerah dan seceria mungkin agar semangat anak pun bisa bangkit. Misalnya, kamu bisa mengajak anak untuk mendekorasi kamar dengan berbagai pernak-pernik yang menarik. Mengubah nuansa kamar menjadi berwarna dan ceria juga bisa memengaruhi suasana hati anak, sehingga ia tidak akan merasa murung ketika sedang sendirian di dalam kamar. *** Trauma pada anak bukan sesuatu yang mudah untuk diatasi. Anak yang pernah mengalami trauma harus diperhatikan secara khusus agar trauma yang ia rasakan tidak terjadi secara berkelanjutan. Hal ini bisa saja terjadi karena trauma pada anak dapat mengganggu perkembangannya, yang kemudian bisa terbawa sampai ia dewasa. Trauma pada anak bisa didapatkan dalam bentuk trauma fisik dan psikologis, di mana trauma psikologis menyangkut pengalaman emosional yang menyakitkan, mengejutkan, menegangkan, bahkan terkadang mengancam jiwa si anak. Pengalaman ini bisa terjadi pada saat bencana alam, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan terorisme. Apa akibat trauma pada anak? Anak yang pernah mengalami trauma harus mendapat perhatian lebih karena trauma yang terjadi pada usia anak dapat mempengaruhi perkembangannya. Hal ini bisa terjadi karena anak mengalami banyak perkembangan, terutama perkembangan otaknya. Dan trauma yang terjadi pada masa ini – bisa didapatkan dari pengabaian orangtua, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan emosional – dapat mempengaruhi perkembangan normal otak anak, termasuk pada ukuran bagian otak anak yang membantu mengontrol reaksi anak terhadap bahaya. Pada masa usia anak sekolah, trauma dapat menunda kemampuan anak untuk bereaksi terhadap bahaya, seperti refleks kejut. Perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh akibat trauma dapat mempengaruhi cara anak dan remaja menanggapi bahaya dan tekanan masa depan dalam hidup mereka, dan juga dapat berpengaruh pada kesehatan jangka panjang. Tidak hanya berdampak secara biologis, trauma juga dapat berdampak pada emosional anak karena pada masa ini pula emosional anak sedang dalam tahap perkembangan. Masa anak adalah masa di mana anak sedang belajar mengenali emosi dan menangani emosi mereka dengan bantuan orangtua maupun pengasuh. Dan ketika trauma terjadi pada masa ini, maka anak akan sulit mengenali emosi mereka. Ini dapat membuat anak menunjukkan emosinya secara berlebihan. Anak juga lebih cenderung untuk menyembunyikan perasaan mereka. Bagaimana cara mengatasi trauma pada anak? Reaksi anak terhadap trauma dapat ditunjukkan secara langsung maupun nanti, dan tingkat keparahan dari trauma ini pun bisa berbeda antar anak. Anak-anak yang sudah mempunyai masalah kesehatan mental, pernah mengalami trauma di masa lalu, mempunyai dukungan yang sedikit dari keluarga dan lingkungan sekitar dapat menunjukkan reaksi yang lebih terhadap trauma. Tanda trauma yang ditunjukkan anak pun bisa berbeda-beda tergantung dari usia anak. Anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami trauma akan menunjukkan tanda seperti ketakutan, terus “menempel” pada orangtua, menangis atau berteriak, merengek atau gemetar, diam saja, dan menjadi takut akan gelap. Sedangkan, anak usia 6-11 tahun akan menunjukkan tanda seperti mengisolasi diri, menjadi sangat pendiam, mengalami mimpi buruk atau masalah tidur, tidak ingin tidur, mudah marah dan bisa berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi di sekolah, mengajak teman berkelahi, dan kehilangan minatnya untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan. Untuk mengatasi trauma pada anak ini, Anda sebagai orangtua dapat melakukan sesuatu, sebagai berikut: Melakukan hal-hal rutin keluarga bersama Seperti makan bersama, nonton tv bersama, dan pergi tidur. Lakukan kegiatan sehari-hari ini seperti biasa. Hal ini memungkinkan anak merasa lebih aman dan terkontrol. Biarkan anak tinggal dengan orang yang akrab atau dekat dengannya, seperti orangtua dan keluarga. Anak butuh perhatian khusus dari orangtua Sesudah mengalami trauma, anak cenderung lebih tergantung pada orangtua, terutama ibu, sehingga Anda sebagai ibu harus menyediakan waktu Anda untuk anak. Beri anak pelukan agar ia merasa lebih aman dan nyaman. Jika mereka takut tidur, Anda dapat menyalakan lampu kamar anak atau biarkan anak tidur dengan Anda. Wajar bila anak ingin selalu dekat dengan Anda sepanjang waktunya. Menjauhkan hal-hal yang berhubungan dengan penyebab trauma anak Seperti tidak menonton tayangan bencana, jika anak mengalami trauma karena bencana. Hal ini hanya akan membuat trauma anak lebih buruk, anak dapat mengingat kembali apa yang terjadi, membuat anak takut dan stres. Pahami reaksi anak terhadap trauma Reaksi anak terhadap trauma berbeda-beda, bagaimana Anda memahami dan menerima reaksi anak ini dapat membantu anak pulih dari trauma. Anak mungkin dapat bereaksi dengan cara sangat sedih dan marah, tidak dapat berbicara, dan mungkin ada yang berperilaku seolah-olah tidak pernah terjadi hal menyakitkan terhadap dirinya. Beri anak pengertian bahwa perasaan sedih dan kecewa merupakan perasaan yang wajar mereka rasakan saat ini. Berbicara pada anak Dengarkan cerita anak dan pahami perasaan mereka, beri jawaban yang jujur dan mudah dimengerti anak jika ia bertanya. Jika anak terus bertanya pertanyaan yang sama, artinya ia sedang kebingungan dan sedang mencoba untuk memahami apa yang terjadi. Gunakan kata-kata yang membuat anak nyaman, bukan menggunakan kata-kata yang dapat membuat anak takut. Bantu anak dalam mengutarakan apa yang mereka rasakan dengan baik. Dukung anak dan beri ia rasa nyaman Anak sangat membutuhkan Anda pada saat ini, temani ia setiap saat ia membutuhkan Anda. Beri keyakinan pada anak bahwa ia bisa melewati hal ini dan juga katakan bahwa Anda sangat menyayanginya. *** Trauma bukanlah hal yang mudah dilewati oleh anak-anak. Anak yang mengalami trauma bisa merasa tertekan dan dihantui oleh peristiwa yang membuatnya trauma. Kondisi ini bahkan mengganggu perkembangan mereka. Trauma pada anak bisa terus berlanjut hingga ia menjadi orang dewasa. Di sinilah peran orangtua sangat diperlukan untuk melakukan berbagai terapi dan cara menghilangkan trauma pada anak. Cara menghilangkan trauma pada anak Berapa pun usia anak, penting bagi orangtua untuk mendukungnya menghilangkan rasa trauma. Dengan kasih sayang dan perhatian Anda, trauma anak dapat memudar secara perlahan dan kembali normal. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu anak menghilangkan trauma. Beberapa cara menghilangkan trauma pada anak, di antaranya: 1. Memberi perhatian lebih Anda tidak dapat memaksa anak untuk menghilangkan traumanya, namun cobalah untuk berperan aktif dalam proses penyembuhannya dengan menghabiskan waktu bersama dan mengobrol. Memberikan rasa aman pada anak bisa membuantnya nyaman menyampaikan apa yang dirasakannya dan mengajukan pertanyaan pada Anda. Namun, jangan paksa anak untuk berbicara karena mereka mungkin sulit mengungkapkannya. Anda dapat meminta mereka menggambarkannya, dan berbicara tentang apa yang digambarnya. Ketika anak bertanya, Anda harus menjawabnya dengan jujur agar anak tidak merasa kecewa jika mengetahui Anda berbohong. 2. Mengajak anak melakukan aktivitas fisik Aktivitas fisik dipercaya bisa melepaskan endorfin yang mampu meningkatkan suasana hati dan dan membantu anak tidur lebih nyenyak. Ajaklah anak melakukan olahraga yang ia sukai, seperti berenang, sepak bola, bulu tangkis, dan lainnya. Bergerak aktif dapat membantu membangunkan sistem saraf anak yang terhambat karena kejadian traumatis. Selain itu, Anda juga dapat mengajak anak pergi ke taman bermain, menonton film atau bertamasya untuk membuatnya bahagia. Membuat lebih banyak kegiatan menyenangkan untuk dikenang dapat membantu untuk menggantikan ingatan akan trauma masa lalu yang buruk. 3. Memberi asupan yang baik Makanan yang dikonsumsi anak dapat memengaruhi suasana hati dan kemampuan anak untuk mengatasi stres. Memberi anak asupan yang baik, seperti buah dan sayur segar, protein berkualitas tinggi, dan lemak sehat bisa memperbaiki suasana hati anak dan meringankan gejala traumanya. Sebaiknya, masaklah makanan di rumah karena makanan di luar memiliki lebih banyak gula dan lemak tidak sehat. Hal ini tentu dapat berdampak pada kesehatan anak. Ketika waktu makan, ajaklah anak untuk makan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Kebiasaan ini dapat meningkatkan kedekatan bersama anak dan membuatnya merasa aman. 4. Bantu membangun kembali rasa aman dan percaya Trauma dapat membuat anak merasa lebih sulit memercayai lingkungan sekitarnya dan membuatnya merasa tidak aman. Bantulah anak untuk membangun kembali rasa aman dan percaya. Tunjukkan kepada anak bahwa Anda akan melakukan apa pun untuk membuatnya merasa aman. Beri pengertian pada anak bahwa peristiwa traumatis sudah berlalu, dan sudah saatnya bagi mereka untuk kembali hidup seperti biasanya. Pada dasarnya adalah bukan melupakan trauma tersebut, tapi bagaimana ketika trauma itu muncul anak tak lagi merasakan rasa sedih, cemas, dan khawatir. Oleh karena itu, memang diperlukan dukungan lebih untuk mencapai hal tersebut sehingga kondisi psikologis anak pun berangsur membaik. 5. Setiap anak memiliki reaksi berbeda terhadap trauma Setiap anap memiliki reaksi yang berbeda-beda saat memiliki trauma. Perasaan mereka bisa datang dan pergi secara tiba-tiba. Anak Anda mungkin murung dan menarik diri pada waktu-waktu tertentu, membeku karena kesedihan dan ketakutan di waktu lain. Tidak ada perasaan "benar" atau "salah" setelah peristiwa traumatis, sebaiknya jangan mendikte apa yang seharusnya dipikirkan atau dirasakan oleh anak Anda. 6. Dorong anak untuk membagi apa yang mereka rasakan Biarkan mereka tahu bahwa perasaan apa pun yang mereka alami adalah normal. Bahkan perasaan tidak menyenangkan akan berlalu jika anak Anda terbuka tentangnya. Sementara banyak remaja mungkin enggan membicarakan perasaan mereka dengan orang tua, dorong mereka untuk menceritakan kepada orang dewasa yang dipercaya lainnya seperti teman keluarga, kerabat, guru, atau tokoh agama. 7. Biarkan mereka berduka Berikan anak Anda waktu untuk menyembuhkan dan meratapi kehilangan yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari bencana atau peristiwa traumatis. Itu bisa berupa kehilangan teman, kerabat, hewan peliharaan, rumah, atau hanya dengan cara hidup mereka dulu. Bagaimana trauma pada anak terjadi? Trauma masa kecil dapat memiliki dampak seumur hidup, meski sebagian anak mungkin terlihat lebih kuat menghadapinya. Terdapat banyak pengalaman buruk yang dapat membentuk trauma pada anak. Pelecehan fisik atau seksual, kecelakaan, dan bencana alam yang sangat parah merupakan contoh-contoh peristiwa yang menyebabkan anak trauma. Selain itu, tinggal di lingkungan yang tidak aman atau menjadi korban bullying pun bisa meninggalkan trauma pada diri anak. Munculnya trauma tidak hanya disebabkan oleh hal yang menimpa diri anak, namun melihat orang yang disayanginya menderita juga dapat membuat anak mengalami trauma. Paparan media yang menunjukkan kekerasan pun mampu membuat anak-anak trauma. Sebagian besar anak akan mengalami kesulitan setelah melewati peristiwa traumatis. Berdasarkan sebuah penelitian, sekitar 3-15 persen anak perempuan dan 1-6 persen anak laki-laki mengalami gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD). Anak-anak dengan PTSD dapat menunjukkan gejala-gejala berikut: Takut Marah Menyakiti diri sendiri Merasa terisolasi Mimpi buruk Depresi Gelisah Sulit mempercayai orang lain Merasa harga diri rendah. Sementara itu, anak-anak yang tidak mengalami PTSD juga dapat menunjukkan masalah emosional dan perilaku setelah terjadinya peristiwa traumatis. Terdapat beberapa hal pada anak yang harus diwaspadai selama beberapa minggu atau bulan setelah kejadian, seperti adanya pikiran tentang kematian, mengalami masalah tidur, perubahan nafsu makan, tidak mau sekolah, kehilangan minat untuk beraktivitas seperti biasa, cepat marah, terlihat penuh kesedihan, dan takut akan hal lain. Trauma dapat memengaruhi perkembangan otak anak yang bisa bertahan seumur hidup. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman buruk yang dialami anak, semakin tinggi risiko masalah kesehatannya kelak. Trauma masa kecil dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit, seperti asma, depresi, jantung koroner, stroke, dan diabetes. Jika trauma anak tak kunjung hilang atau mengganggu kehidupannya sehari-hari, sebaiknya bawa anak Anda ke psikolog atau psikiater yang dapat menangani masalahnya dengan tepat. Jangan lupa untuk selalu menunjukkan perhatian dan kasih sayang Anda pada mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD