Bab 9

1009 Words
Setelah menghidangkan semua makanan di meja makan Pak Rahman dan Pitha pun duduk di meja makan begitu juga dengan Nada yang duduk di kursi bayi miliknya. "Ayo sayang kita makan! Ini makananmu, di habiskan ya. Lalu kita mandi!" Ayah dan Pitha menikmati sarapan mereka serta sesekali melihat Nada yang asik memasukan makanannya menggunakan tangannya sendiri walaupun berantakan Pitha membiarkannya karena dia tahu hal itu dapat melatih motorik anak. Setelah selesai makan Pitha pun membersihkan meja makan serta milik Nada juga. Setelah bersih dia membawa Nada ke kamarnya dan akan memandikannya. "Pastinya kamu sudah kenyang kan sayang. Waktunya kita mandi!" Setelah selesai dengan adegan mandi yang mereka jalanin mereka keluar bersama hanya memakai handuk. Ya Pitha selalu mandi bersama dengan putrinya itu. "Baiklah Bunda memakai baju terlebih dahulu ya sayang." Di saat sedang sibuk dengan pakaiannya Pitha terkejut. "Enndah!" Saat Nada mengeluarkan kata itu untuk pertama kalinya. "Apa yang kamu katakan sayang? Bisa kamu ulangi sekali lagi!" Minta Pitha pada Nada dengan mata berkaca- kaca. Nada seakan mengerti perintah Bundanya dan mulai berkata. "Ennddaah.. ennddaah.." Pitha langsung memeluk putrinya kecilnya. Entah mengapa Pitha merasa sangat bahagia saat putrinya memanggilnya Bunda. "Ya aku Bundamu sayang kamu adalah putriku." Selesai menangis Pitha memakaikan gaun yang sangat indah di tubuh mungil pada anaknya. Gau berwarna baby blue sangat manis di gunakan Nada, tidak lupa sepatu yqng senada dengan gaunnya. Hari ini adalah ulang tahun pertama untuk Nada. "Kita akan ke yayasan yatim piatu dan akan merakan ulang tahunmu di sana sayang." Kata Pitha kepada putrinya. Lagi- lagi seakan mengerti apa yang di katakan bundanya Nada menjawab. "Yayayah." Pitha pun tersenyum melihat tingkah anaknya yang menggemaskan. Nada, Pak Rahman dan Pitha sudah berada di dalam mobil. Pitha menjalankan mobilnya menuju panti asuhan. Pitha juga merupakan donatur yang rutin mengirim setiap bulannya di panti itu. Sesampainya di sana dia di sambut dengan sangat ramah. "Silakan masuk mbak dan tuan." "Terima kasih." Sahut Pitha dan Pak Candra. "Baiklah bisa kita mulai sekarang." Tanya kepala panti kepada Pitha. Dan di balas anggukan oleh Pitha. "Baiklah assalamuallaikum wr. Wb. Para hadirin yang berada di sini kita akan merayakan hari lahirnya putri dari dokter Pitha yang bernama Nada Hapsari yang sudah berumur 1 tahun." Semua bertepuk tangan. Prok.. prok.. "Marilah kita doa kan baby Nada panjang umur, sehat selalu, dan kelak akan menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua." Sambung MC acara di pantai itu. "Aamiin." Dengan kompak mereka mengucapkan itu semua. Setelah selesai dengan sambutan dan doa. Saatnya menyantap hidangan yang sudah di sediakan. Semua tidak mengetahui kalo Nada bukan putri kadung Pitha. Hanya Dyah dan Galang yang mengetahui kebenaran itu. Tentu saja Pitha meminta Galang untuk menyembunyikan rahasia itu. Jam menunjukan pukul 16.00 sore Pitha, Nada serta pak Rahman pamit. Dan mengucapkan terima kasih atas semua yang sudah di siapkan. Mereka masuk ke dalam mobil dan Pitha yang mengemudi mobil itu dengan kecepatan sedang karenanya dia tidak ingin putri juga ayahnya berada dalam bahaya. Setelah mengadopsi Nada, dokter Pitha mulai mendapatkan banyak cibiran dari pihak rumah sakit dan warga sekitar. Namun Pitha tidak memperdulikan omongan orang. Bahkan dia mengaku Ayah Nada sedang bekerja di Amerika yang tidak bisa datang setiap saatnya. Mobil Pitha akhirnya berhenti di kediaman mereka. Pitha langsung turun dan bergegas mengambil Nada yang ada di pangkuan sang Ayah." "Ayah lekas lah membersihkan diri dan mandi." Ucap Pitha yang memang khawati, 3 hari belakangan ini kotanya sedang di serang dengan Flu Singapura. Yang penderitanya akan mengalami demam tinggi, sakit tenggorokan, ruam merah, bayi dan bakita akan rewel dan mudah marah. "Baiklah Pith, jangan lupa kau juga harus membersikan cucu ke sayangan Ayah ini." Ucap sang ayah dengan memberikan cucunya pada putrinya. "Baiklah Ayah, Pitha akan memandikan Nada ." Pitha dan Nada memasuki kamarnya dan mulailah ritual mandi dua perempuan cantik itu. "Kamu sudah mulai aktif sekali putriku." Gemas Pitha dengan sikap putrinya yang semakin aktif. "Dengan mengepak-ngepak air di bak mandinya dia terus mengoceh dengan bahasa aliennya." Nada memang lebih dulu berbicara. Tapi saat ini Nada juga sedang berlatih berjalan bersama Pitha. Setelah bermain air selama 30 menit. Kedua gadis berbeda usia itu akhirnya keluar dari kamar mandi. Dan mulai sibuk dengan pakaian yang akan di gunakan. Pitha dan Nada memang selalu memakai baju kembar yang serasi semua di lakukan karena memang Pitha tidak ingin putrinya memakai pakaian berbeda dengan dirinya. "Kamu sangat lucu sayang saat mengunakan baju tidur berbentuk kelinci itu." "Baiklah kita akan turun dan makan malam." Ucap Pitha yang menuntun Nada dengan penuh kesabaran. Sesampai di meja makan Pitha menyiapkan dua mangkuk sop untuk ayah dan dirinya sedang Nada hanya di beri buah dan s**u karena perkembangan Nada sangat di perhatikan oleh sang bundanya. "Baiklah sayang malam ini kamu akan memakan buah apel." Sambil menaruh mangkuk putrinya di meja dan kursi milik baby girl yang mungil itu. "Ayah setelah makan minumlah vitamin yang sudah Pitha siapkan di meja kamar ayah." Kata Pitha. Pitha memang sempat memasuki kamar sang ayah waktu ayahnya sedang mandi untuk menaruh beberapa vitamin untuk melindungi kekebalan tubuhnya. "Baik Nak, terima kasih karena sudah peduli dengan kesehatan ayah." Kata Pak Rahman yang memang merasa bangga memiliki putri seperti Pitha yang menjadi kebanggaan serta sayang terhadap keluarga. "Tidak ayah aku hanya menjalan tugas ku sebagai putri ayah." Balas Pitha sambil memeluk sang ayah. Setelah perbincangan yang pengharukan itu Pitha dan Pak Rahman mulai menyantap makan malamnya. Setelah hening dan hanya terdengar suara denting sendok garbu akhirnya mereka selesai dengan aktifitas makanya. "Ayah besok Pitha akan mulai sibuk di rumah sakit karena banyak pasien yang terkena virus yang baru- baru ini menyebar." Kata Pitha sambil membereskan piring kotor. "Pitha tidak bisa membawa Nada seperti biasanya Yah. Karena kesehatan Nada sangat rentan untuk tertular." Jelas Pitha pada sang ayah. "Ayah mengerti nak, bahkan ayah akan sangat senang seharian menghabiskan waktu dengan cucu kesayangan Ayah." "Baiklah Ayah, tapi ingat Ayah harus jaga kesehatan. Aku akan memarahi cucu ayah karena sudah membuat kakeknya kerepotan." Seakan mengerti dengan perkataan Bunda dan kakeknya. Nada langsung melempar apel yang dia pegang dan mengomel. Bukannya marah Pitha dan Pak Rahman malah tertawa melihat tingkah bayi mungil itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD