Bab 8

1053 Words
Setelah kepergian Dyah, Pitha melajukan mobilnya ke toko perlengkapan bayi. Dia ingin membeli semua keperluan Nada. Setelah 30 menit perjalanan dia sampai Baby Shop, lalu dia memarkirkan mobilnya. "Baiklah, kita mulai dari perlengkapan mandi, baju, sepatu, lalu popok. Tapi tidak perlu banyak, mungkin Nada akan cepat besar." Pitha berbicara sendiri sambil mengambil semua keperluan Nada. Beberapa mainan untuk baby gril juga tidak dia lupakan. Gendongan bayi dan kereta bayi juga dia beli. Kedua barang itu sangat penting buat dia bawa ke rumah sakit bersama dengannya saat bekerja. Setelah selesai dengan berbelanja, dia menuju supermarket dan membeli stok dapur yang sempat Pitha cek dan dia mengambil sayur, ikan, dan buah untuk kesehatan Ayahnya serta baby Nada. "Baiklah, semuanya sudah selesai. Sekarang waktunya ke bank ASI untuk baby Nada lalu pulang ke rumah!" Kata Pitha di dalam mobil, lalu dia melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Setelah mendapatkan apa yang Pitha perlukan. Dia bergegas pulang, hampir 4 jam Pitha meninggakkan Ayahnya dan baby Nada. "Akhirnya sampai juga!" Katanya sambil membawa semua belanjaan yang dia beli tadi masuk ke rumahnya. "Aku harus mulai dari mana ini?" Gumam Pitha saat melihat semua kantong belanjaan yang dia bawa. "Baiklah aku akan memulai dari dapur dulu." Selesai menata semua belanjaan yang dia bawa tadi. Dia memutuskan untuk masak beberapa jenis masakan. Di rumahnya tidak ada pembantu, karena Pitha hanya tinggal berdua saja dengan Ayahnya. Mereka memutuskan untuk saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah bergelut dengan semua sayuran akhirnya masakannya sudah siao di hidangkan. Dia memasak sayur sop daging, perkedel kentang, tahu dan tempe goreng serta sambal kecap. "Akhirnya selesai juga! Sekarang aku akan ke kamar untuk membersikan diriku terlebih dahulu." Pitha menaiki anak tangga menunju kamarnya sesampainya di kamar. "Ayah apakah Nada rewel?" "Nada siapa Nak?" Tanya Pak Rahman bingung. "Astaga! Aku lupa memberi tahu Ayah. Aku dan Dyah memberikan nama Nada untuk bayi kecil ini." Jawab Pitha sambil menaruh semua belanjaan yang di beli untuk Nada tadi. "Ayah makanlah Pitha sudah masak. Terima kasih Ayah sudah menjaga Nada!" "Terima kasih sayang, Ayah turun dulu ya." Pamit Pak Rahman. Setelah kepergian Pak Rahman, Pitha mulai menata semua barang- barang Nada di kamarnya. "Akhirnya selsesai juga. Wah.. aku seperti seorang ibu yang memiliki bayi perempuan yang sangat manis." TakjubPitha. "Tunggu sebentar ya sayang, Aunty mandi dulu. Lalu Aunty akan menggendongmu. Eh tunggu dulu! Mengapa harus Aunty aku akan menyuruhmu memanggilku Bunda. Ya bunda adalah panggilan terbaik." Pitha meninggalkan Nada yang masih terlelap dan memutuskan untuk mandi. Selesai mandi dia melihat Nada yang sudah bangun tapi bayi itu hanya diam menatap langit- langit di kamarnya. "Wah.. wah.. anak Bunda sudah bangun mengapa kamu tidak mengeluarkan tangisan mu sayang?" Pitha langsung memberikan asi yang dia bawa tadi kepada Nada dan benar saja Nada menghabiskan sebotol s**u dalam waktu singkat. "Rupanya kamu sangat lapar ya cantik." Setelah memberikan s**u Pitha pun memandikan Nada dan memakaikannya baju santai. Dia tidak membedong Nada karena Pitha ingin memberikan kebebasan Nada untuk bergerak. Benar saja, Nada yang tadinya diam saja saat di bedong. Berbeda jauh saat tidak memakai bedong dia terlihat lebih aktif bergerak. "Baiklah rupanya kamu suka kebebasan ya anak cantik. Mmm.. kamu sudah harum sekarang waktunya kita turun ke bawah." Pitha membawa Nada ke bawah karena dia ingin makan. Dan dia ingin mengajak Nada ke ruang keluarga saat dia makan. "Mulai sekarang kamu adalah anakku aku akan membawamu kemana pun aku pergi." Pak Rahman yang mendengar itu pun senang karena anaknya sudah tumbuh dewasa dan sekarang berniat menjadi seorang ibu. "Dan aku akan memberi semua kasih sayangku padamu Nada cantik." Kata Pitha sambil mencubit pelan pipi Nada. "Dan Ayah akan menjadi Kakek untuk Nada. Kakek akan sangat menyayangi Nada." Sambung Pak Rahman kepada Pitha. "Heheh Ayah." Pitha terkejut dan pipinya merona mendengar ucapan sang Ayah. "Apakah Ayah sudah makan." Tanya Pitha mulai mengalihkan topik. "Sudah Nak, Ayah sudah makan." "Hmm, bisa Pitha titip Nada sebentar? Pitha ingin makan Yah." Pintah Pitha pada sang Ayah. "Baikalah Ayah akan menjaga cucu cantik ayah ini." "Dengar kata kakekmu dan jangan nakal ya anak cantik." Kata Pitha kepada bayi mungilnya. Seperti yang dia ucapaka di rumah sakit kemarin dia memutuskan untuk mengatur jadwal kerjanya karena memang sekarang dia sudah harus menjaga Nada. "Sepertinya aku akan mulai bekerjaan saat memiliki jadwal operasi saja dan mulai memperhatikan tumbuh kembang Nada." Entah sejak kapan Pitha mulai sayang dan mulai memiliki sikap ke ibuan pada Nada. Mungkin karena dia tidak ingin Nada tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Setelah selesai makan Pitha membawa Nada ke kamarnya. Pak Rahman juga pergi ke kamarnya untuk istirahat. Pitha tidak khawatir karena memang seorang bayi akan lebih banyak tidur pada umunya. # # # Pagi mulai menyingsing, sudah satu tahun Pitha merawat Nada. Dia sangat senang karena Nada sangat aktif dan sekarang sudah mulai belajar berjalan. "Putri Bunda sudah bangun, baiklah kita akan mandi lalu sarapan di bawah. Tapi tunggu, kalau setelah mandi sarapan pasti kamu akan kotor lagi. Lebih baikl kita sarapan dulu saja ya sayang." Semenjak memutuskan untuk mengadopsi Nada. Pitha lebih sering berbicara sendiri dan menjawab sendiri perkataannya tersebut. Pitha menuruni tangga sambil menggandeng tangan mungil putrinya. Selama setahun ini dia mendapatkan berita dari rumah sakit bahwa tidak ada yang mencari bayi ini. Pitha tidak peduli karena dia sudah menganggap Nada adalah putrinya. Bahkan dia sudah memiliki hak asuh yang di berikan Dyah beberapa bulan yang lalu. Putrinya juga sudah mempunyai surat keterangan Lahir. "Baiklah sayang tunggu di sini! Bunda akan menyiapkan sarapanmu." Pitha mulai memberikan sarapan kepada Nada saat usianya 6 bulan. Di usia 10 bulan Pitha mulai membiasakan Nada makan sendiri bersama Budan dan Kakeknya. Pitha mendudukan Nada di kursinya untuk menemaninya. Selesai bergelut dengan semua barang- barang yang ada di dapur dia menghidangkan masakannya di meja makan. Menu hari ini sop daging, ayam goreng, sambelan tahu tempe. Hari ini pertama kalinya Nada akan memakan nasi dan sayur sop yang sudah Pitha siapkan. "Wah cucu kakek pagi- pagi sudah berada di dapur." Pak Rahman tidak pernah sungkan untuk memberikan semua kasih sayang yang dia punya untuk Nada. Walaupun Nada bukan cucu kandungnya tapi pak Rahman memiliki hati yang tulus untuk menyayangi bayi cantik itu. "Ya Ayah, dia menemani Bundanya memasak hari ini. Dan hari ini Nada mulai belajar memakan nasi kakek." "Wah cucu kakek sudah mulai besar dan pintar." Nada tersenyum sambil mengoceh seperti mengerti apa yang sedang di bicarakan Bunda dan kakeknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD