Bu Ami membawaku ke suatu tempat, jauh dari Jakarta. Jalannya curam, terjal dan penuh tikungan tajam. Pikiranku tertinggal di pengadilan. Terpaku pada tatapan Elang yang kecewa. Tangisan mama di pelukan Arka dan lemparan sepatu mami di bahuku. Semua mengamuk begitu mereka menyadari kehadiran dan keterlibatanku, yang aku pun enggak tahu, kenapa namaku dibawa - bawa. Mereka pikir, aku lah dalang di balik semua laporan yang menjerat Eyang, Papa, Ayah Gagah dan Dennis. Aku enggak tahu apa - apa. Bu Ami bungkam, Mirza diam dan Ardi hanya memelukku tanpa kutahu dia siapa sebenarnya? Dalam kepalaku penuh tanda tanya. Mobilku berhenti di sebuah Villa di atas bukit. Ini puncak bukan sih? Aku enggak merhatiin jalan, sibuk mikirin Elang. Dia marah ya padaku? Apa dia pikir, aku juga yang melapor